Setelah Empat Tahun Berlalu ( Luka)

Untuk bisa keluar dari rumah sakit itu,Rudi kembali meminjam uang kepada rentenir yang lain,Lidia kali ini benar-benar patuh kepada suami nya, terbukti setelah ancaman yang suami nya berikan beberapa hari yang lalu,Lidia tak pernah datang lagi membesuk adik nya ke rumah sakit ,hanya pernah sekali mengirim makanan mungkin itu tanpa sepengetahuan suami nya.

Sekarang Rudi dan Neneng sudah kembali ke rumah mereka,tak ada satu pun keluarga yang datang menjenguk mereka begitu juga dengan tetangga sekitar tempat tinggal.karena semua tetangga tidak ada yang menyukai Neneng yang mereka ketahui sudah merusak rumah tangga orang lain.

” Siapa kalian semua ini? Kenapa bisa masuk ke rumah ku?" teriak Neneng sangat kaget melihat ada orang asing menyelonong masuk ke dalam rumah nya.

Neneng masih belum bisa berjalan dengan cepat karena bekas operasi nya kemarin masih terasa sangat perih.sehingga Rudi lah yang mengambil alih semua urusan rumah.tidak sakit saja dia banyak drama apalagi sedang sakit begini.

"Anda harus segera keluar dari rumah ini, rumah ini akan di sita oleh pihak Bank, sudah beberapa bulan anda telat membayar angsuran pinjaman anda."ucap salah satu di antara mereka yang memakai seragam yang sama dengan yang lain nya dan badan yang begitu besar.

"Nggak...Kalian pasti salah alamat.suami ku tak pernah telat bayar angsuran nya.kalau pun telat satu bulan anggap saja bonus untuk Kami,kalian jangan serakah jadi orang."Rudi yang baru keluar dari kamar mandi langsung terdiam membisu melihat wajah orang-orang ini.

Tubuh nya menggigil mengingat kembali hutang-hutang nya yang bertebaran dimana-mana.dua bulan terakhir ini hampir semua angsuran pinjaman tidak ia bayar.untuk makan saja susah sekarang apalagi untuk bayar hutang.

Rudi sudah berusaha untuk mencari pekerjaan baru tetapi selalu gagal karena usia nya yang sudah tidak muda lagi.ia kalah saing dari anak muda yang paham dengan perkembangan teknologi.

" Mas! Mereka mau menyita rumah ku." ujar Neneng mengadu kepada suami nya.

Tetapi Rudi bergeming.kepala yang belum sembuh total kembali berdenyut nyeri.setiap hari ada saja masalah yang datang di kehidupan mereka.

Salah satu di antara mereka menghampiri Neneng lalu menyerahkan selembar surat yang mereka bawa dari kantor kepada Neneng.

" Ini pasti penipuan! pergi dari sini...Usir mereka Mas." teriak Neneng kesetanan.

Keempat pria ini hanya diam melihat drama dari Neneng, sedikit pun mereka tidak mundur karena harus segera mengosongkan rumah ini.apapun dan bagaimana pun cara nya pemilik rumah ini harus segera keluar sesuai dengan kesepakatan yang sudah mereka tanda tangani secara sadar.

" Kalian mau keluar secara baik-baik dari sini atau kami usir secara paksa dan kasar?"tanya petugas itu lagi.

" Saya tidak akan pernah keluar dari rumah ini,rumah ini hasil keringat saya sendiri dan kalian tidak berhak mengambil nya dari saya."balas Neneng tak mau kalah.

" Kami beri kalian waktu satu jam untuk mempersiapkan diri.jika kalian tidak segera keluar maka kami tidak akan segan lagi mengambil tindakan tegas." setelah mengatakan itu ke empat pria berbadan besar langsung keluar meninggalkan Neneng yang meraung-raung sambil memukuli sofa tempat duduk nya.

Rudi yang putus asa hanya bisa terduduk pasrah di samping Neneng,semua aset tak bisa di selamatkan lagi.semua karena gaya hidup Neneng yang terlalu tinggi dan Rudi selama ini selalu diam tanpa pernah memperingati istri nya.

" Gara-gara Kamu! Rumah ku harus di sita pihak Bank." teriak Neneng sambil menunjuk wajah Rudi.

Seketika emosi Rudi langsung meledak setelah mendengar ucapan Neneng.sekarang wanita ini malah berbalik menyalahkan dia.padahal Rudi terpaksa meminjam uang ke bank atas desakan dari Neneng yang waktu itu ingin ikut liburan ke luar negeri bersama teman-teman nya.Rudi di minta Neneng untuk meminjam uang sebanyak dua ratus lima puluh juta sebagai uang jajan nya selama berada di negara tetangga.begitu balik ke tanah air lagi uang itu sama sekali tidak bersisa lagi bahkan untuk ongkos taksi saja Neneng tak punya dan Rudi lah yang di minta melunasi nya.

" Ngaca Kamu! Nggak ingat Kamu kemana Kamu bawa uang itu? Sepeserpun Aku tidak menikmati uang tersebut." bentak Rudi dengan suara menggelegar membuat nyali Neneng ciut .bahkan untuk menatap Rudi pun tak berani karena selama ini Rudi tak pernah berkata seperti tadi kepada nya.

Rudi lalu bangkit berjalan menuju kamar mereka,satu persatu koper yang ada di atas lemari ia turun kan sebagai tempat baju yang akan mereka bawa pindah dari sini.setelah membereskan pakaian nya.Rudi berjalan keluar menyeret beberapa koper hingga sampai ke teras depan.

" Kamu mau ikut Aku atau mau tinggal di sini saja?" tanya Rudi tanpa menatap wajah Neneng.

Sebenarnya Rudi bisa saja meninggalkan Neneng begitu saja di rumah ini,tapi entah kenapa ia enggan melakukan nya dan malah menawarkan Neneng untuk ikut bersama nya.lalu kemana tujuan mereka selanjutnya? Rudi pun tidak tahu.

Dengan gerakan pelan Neneng berdiri mengikuti langkah kaki Rudi,di luar sana ke empat pria tadi sedang duduk menunggu rumah ini di kosong kan.

" Aku nggak mau ya Mas tinggal di rumah Kamu yang sempit dan jelek itu." ketus Neneng tetap dengan kesombongan nya.

" Rumah mana yang Kamu maksud? Bukan kah rumah itu juga sudah kita jual dulu." sergah Rudi cepat semakin kesal kepada Neneng.

Rudi kembali teringat akan keluarga kecil nya dulu, meski pun hidup sederhana dan apa ada nya tetapi Maryah tak pernah sekalipun meminjam uang kepada rentenir.

" Nggak mungkin Maryah mendoakan Aku yang jelek-jelek." gumam nya masih belum sadar juga dengan apa yang sudah ia lakukan di masa lalu.

 Rudi yang sudah tidak punya uang sepeser pun akhirnya mengajak Neneng pindah ke rumah kakak nya tanpa berpikir panjang dengan penolakan yang akan Irman berikan kepada nya.

" Aku tidak akan pernah mengizinkan adik mu untuk tinggal di rumah ku." ucap Irman dengan tegas setelah menguping pembicaraan antara Lidia dan Rudi.

Beruntung tadi ia menyempatkan untuk pulang ke rumah setelah mengantar makanan milik tetangga nya.kalau tidak! Mungkin sekarang adik ipar benalu ini sudah tidur manis di kamar tamu yang tersedia di rumah mereka.

" Pergi...Pergi kalian dari sini." murka Irman sambil menyeret paksa semua koper milik Rudi dan Neneng hingga ke teras depan.

" Aku tidak mau rumah ku kotor karena kalian berdua." sinis Irman lalu menutup paksa pintu rumah tepat di depan wajah Rudi yang sudah bersiap-siap ingin menyerang nya.

Dor...Dor...Dor...

" Keluar Kamu Irman.... Aku tidak Sudi kamu perlakukan seperti ini." teriak Rudi sangat keras berhasil mengundang tetangga untuk melihat keributan ini.

Bersambung.

Jangan lupa untuk Like dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar ya guys.