Bekerja sebagai tim pengembangan di sekolah SMA swasta membuat Hawa Tanisha bertemu dengan musuh bebuyutannya saat SMA dulu. Yang lebih parah Bimantara Mahesa menjadi pemilik yayasan di sekolah tersebut, apalagi nomor Hawa diblokir Bima sejak SMA semakin memperkeruh hubungan keduanya, sering berdebat dan saling membalas omongan. Bagaimana kelanjutan kisah antara Bima dan Hawa, mungkinkah nomor yang terblokir dibuka karena urusan pekerjaan? ikuti kisah mereka dalam novel ini. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SELESAI
Pak Bima hanya diam saja mendengar penjelasan beberapa saksi, Pak Sur pun menyerahkan sepenuhnya pada keputusan Pak Bima. Apalagi Pak Jayadi dan Bu Tera sudah mendapat sp 2 dan tingkah mereka di luar sana juga sudah menyangkut nama instansi. Buktinya keluarga Pak Jayadi tahu kalau selingkuhan Pak Jayadi ternyata satu instansi. Bima sendiri sudah memiliki keputusan terbaik untuk keduanya. Setelah laporan dari Amelia tempo hari, sepertinya instansi sudah tidak bisa memaklumi Tera dan Pak Jayadi.
Sehari setelah kejadian wedges melayang, Tera dan Pak Jayadi kembali dipanggil oleh Pak Surya, di ruangan itu sudah ada Bima. Kalau tempo hari Pak Jayadi tampak santai, berbeda dengan pertemuan kali ini. Beliau lebih sering menunduk begitu juga dengan Tera, keningnya masih diperban, karena sempat mendapat jahitan juga.
Pak Surya tak mau basa-basi, beliau menyerahkan sepenuhnya pada Pak Bima. "Maaf, saya sebagai pimpinan dalam instansi ini, terpaksa harus mengambil tindakan ini untuk kebaikan semua pihak. Ada siswa yang kami lindungi dari praktik tindakan yang melanggar norma, ada wali murid yang kami jaga kepercayaannya, sehingga saya harus memutuskan untuk mengeluarkan kalian secara tidak hormat, kepala TU akan segera mengeluarkan surat pengalaman kerja untuk kalian, begitu juga dengan tali asih sebagai bentuk terima kasih instansi pada Pak Jayadi dan Bu Tera. Saya harap Anda berdua tidak memberikan dampak negatif lagi meskipun sudah keluar. Kita saling jaga nama baik saja," pesan Bima di akhir pertemuan dengan kedua rekan kerjanya itu, sempat bersalaman dengan Pak Jayadi saja, tidak dengan Tera.
Ia kembali ke ruangannya dengan memijat kening, mendadak pusing. Baru juga mulai menjabat, kenapa sampai memecat keduanya, tapi ini akan menjadi catatan bagi semua pihak untuk tidak sembrono melakukan sesuatu hal di lingkungan pendidikan. Baik buruknya tingkah laku dan ucapan pasti akan berefek pada siswa-siswi. Bima tak berniat untuk memutus rezeki orang, melainkan menyelematkan instansi yang ia pimpin dari perbuatan yang melanggar norma. Kalau saja Bima masih membiarkan, bisa jadi akan muncul oknum lain dengan berdalih ah dulu Pak Jayadi dan Bu Tera dimaafkan, Bima menghindari asumsi itu. Tegas untuk semua pihak, kalau dua-duanya salah, maka konsekuensi juga untuk keduanya.
Hawa dan rekan lain di kantor yayasan sendiri ikut sedih juga melihat Pak Bima yang terlihat kecewa dan mungkin tak enak hati mengambil keputusan ini, Hawa malah diminta menghibur karena dirasa Hawa teman dekat Bima. Ya elah, teman dekat dari Hongkong, nomor saja diblokir. Tapi kata Bu Dyah ada peristiwa ini akan mendewasakan Bima untuk mengambil kebijakan terkait hubungan kerja antara bapak dan ibu guru. Jangan sampai bekerja di lingkungan pendidikan yang seharusnya mendidik dan memberi contoh kepada siswa malah menjadi tempat utama tindakan tidak bermoral, jangan sampai itu terjadi. Buang hama tak apa kok, toh bukti sudah ada.
"Apa mungkin mereka sudah menikah ya?" tanya Pak Zul di sela-sela mereka berkutat dengan tugas sekolah.
"Bisa jadi sih, tiap hari ke kontrakan dan pulang selepas isya, yakin cuma makan mie ayam doang," sahut Bu Dyah yang membuat para gadis tertawa cekikikan. Hawa yang polos saja, bisa menebak kalau laki-laki dan perempuan berdua saja di sebuah kamar pasti melakukan, terlepas sudah menikah atau belum. Kalau pun sudah menikah, ya diumumkan saja agar orang lain tidak berprasangka pada hubungan mereka.
"Nah buat kalian para cewek-cewek jangan mau pacaran modal i love you aja, apalagi dinikahi siri doang, kalian yang rugi," ujar Pak Zul menasehati, sembari melihat Hawa, Amelia dan Heni.
"Baik, Bapak!" jawab mereka kompak.
"Coba dengarkan cover lagu ini," ujar Pak Iqbal sengaja memutar video dari media sosial yang sengaja beliau simpan. Jadi video itu ada 3 orang remaja cowok sedang bermain gitar, mencover lagu Kopi Dangdut dengan mengganti lirik, liriknya tersebut berisi pesan pada seorang wanita untuk tidak bodoh memilih seorang pasangan. Salah satu lirik yang menohok Hawa dan Amelia adalah.
Gak bisa tidur Gak bisa makan kalau gak dikabarin ayang (nada ala Kopi Dangdut)
Mendengar hal itu, Hawa tertawa ngakak. Ingat saja kalau lirik itu pernah ia jalani. Gak makan kalau Uki belum mengingatkan makan siang, sebelum tidur pun mereka video call dulu. Ah ternyata Hawa sealay itu saat pacaran dulu.
Lanjut lirik lagu plesetan yang membuat Hawa dan Amelia terpingkal karena lagu itu benar-benar mirip kisahnya.
Cewe sekarang maunya dapat cowo setia
Percuma setia kalau gak nikahi Anda
Janjinya nikah cuma di mulut saja
Salah siapa
Salah kalian
Cari cowok banyak gaya
Di tengah alunan lagu itu, Bima keluar dan melihat Hawa dan Amelia saling tabok lengan sambil tertawa, tentu penasaran. Pak Iqbal juga gak sadar kalau Bima mendengarkan, atasan ganteng itu ikut tersenyum mendengar lirik lagu itu. Dia melirik Hawa, bisa tersenyum selebar itu sakit hatinya mungkin sudah sembuh.
"Sumpah, Pak Iqbal kirim dong! Buat pengingat biar gak bodoh dua kali," sahut hawa masih tertawa.
"Pastika laki-laki selanjutnya adalah suami kamu, Miss Hawa!" ucap Bima yang membuat semua orang terdiam, tawa Hawa luntur seketika, mendadak ruangan garing hanya suara jarum jam yang bergerak. "Kalian gak makan siang?" tanya Pak Bima.
"Makan Pak sebentar lagi," jawab Amelia.
"Kalau begitu saya duluan," pamit Bima berjalan menuju pintu.
"Silahkan," jawab anak buah kompak.
"Penasaran deh siapa perempuan yang bakal jadi istrinya Pak Bima, pasti dicintai ugal-ugalan. Hem ..tiba-tiba jiwa jombloku memberikan isyarat buat mengejar Pak Bima," ucap Amelia.
"Pret, katanya udah gak pro sama Pak Bima," sindir Hawa mengingatkan Amelia tempo hari.
"Percuma mengejar, kalau tipe Pak Bima bukan Bu Amelia. Mencintai sendirian itu sakit tahu," sahut Pak Iqbal menirukan kata anak zaman sekarang. Hawa cekikikan, bapak tiga anak itu ternyata bisa konyol juga. Bisa-bisa menyimpan video cover lagu, dan diputar sesuai kisah Hawa dan Amelia.
"Kita kejar yang lain aja deh Bu Amel, ilmu, pengelaman, uang!" ujar Hawa.
"Ilmu, malas ah sekolah lagi. Pengalaman? Enaknya apa?"
"Kita ganti genre hidup saja. Kalau kemarin genre romantis, kita genre horor atau petualangan gimana."
"Kalau genre horor kita dikejar kuntilanak gitu?"
"Ya masa' kita yang mengejar kuntilanak," sahut Hawa, duo perempuan ini mulai guyon absurd. Mungkin untuk mengalihkan sakit hati ditinggal cowoknya. Percayalah, tawa yang paling keras akan dimiliki oleh orang yang paling luka batinnya, asyeekk.
"Genre petualangan gimana, Miss. Mendaki gunung."
"Capek dong," Hawa mana mau capek, kerja saja sudah capek masa' iya cari selingan hidup dengan capek lagi.
"Ya elah, kamu belum pernah merasakan naik gunung sih, capek akan hilang saat sampai ke puncak!" ucap Amelia mendramatisir sesuai pengalamannya saat naik gunung dulu semasa jadi mahasiswa.
"Tapi kalau mendung ya harus remedial," sahut Bu Dyah membuat Amelia cemberut, gagal dong bujuk Hawa. Pasalnya, Amelia setiap putus cinta selalu lari ke alam, salah satunya dengan mendaki.
Auto bawa sperangkat alat solat sekalian akhlak nyaa
awokwook /Curse/
Hawa: ga beLagak tapi belagu/Slight/
reader: bim, ci pox bim ampe engappp/Grin//Tongue/
maaf aq nyaranin jahat 🤭🤭🤭