NovelToon NovelToon
Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Sukma Dukun Santet, Dalam Tubuh Detektif Tampan.

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Roh Supernatural / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan

Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.

Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.

“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.

Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Lindungi Mereka, saat aku tiada.

***

"Huwasuk!"

Lanang tiba-tiba teringat sesuatu, kalau benar ini ruamnya Adam, dia pasti punya kamar dan punya tempat tidur. Orang yang tidur biasanya cukup lama. Dan jika tidurnya lama, besar kemungkinan ada jejak yang bisa ia manfaatkan untuk melacak entitas Adam.

“Jelas sekali… kenapa tidak terpikirkan dari tadi?” Lanang mendengus kasar, lalu tubuhnya melompat ringan dari sofa.

Ia segera menyusuri lorong rumah besar itu dengan mata yang awas mencari pintu. Ternyata ada dua kamar berukuran sama besar. Keduanya sama-sama memiliki ranjang, sama-sama terlihat nyaman. Sayangnya, ia tidak tahu kamar mana yang biasa digunakan Adam.

“Baiklah… coba yang ini lebih dulu,” gumamnya sambil membuka pintu kamar pertama yang ia temui.

Kamar itu cukup rapi. Tanpa banyak pertimbangan, Lanang langsung duduk bersila di atas ranjang. Ia menarik napas panjang, membentuk pola di udara dengan jarinya, lalu mulai memasuki keadaan meditasi. Dunia nyata di belakangnya perlahan memudar. Ia sempat merasa optimistis akan segera menemukan jejak Adam.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pandangannya malah terseret kembali ke rumah sakit.

Dari dalam ranah meditasi, ia melihat Brian sedang mengamuk di depan seorang petugas berjas putih.

“…Bagaimana bisa pakaian terakhir yang Adam kenakan hilang? Sudah periksa seluruh staf laboratorium?” bentak Brian dengan wajah memerah.

Lanang langsung terbelalak.

“Wedus gembel!” makinya pelan. “Pantas saja jejaknya tipis… ternyata ini kasurnya Brian!”

Keningnya berkerut, pikirannya mulai dipenuhi rasa curiga. Mengapa Gandarwa itu sering tidur di rumah Adam? Ada sesuatu yang janggal.

Dengan dengusan kesal, Lanang bangkit dan keluar. Ia lalu menuju kamar satunya lagi.

Begitu pintu terbuka, ia langsung yakin, kalau inilah kamar Adam.

Aroma cat minyak tercium samar di udara. Tumpukan sketsa wajah berserakan di meja. Kuas-kuas tidak tertata. Puluhan sketsa wajah menempel di dinding—sebagian dengan tatapan mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.

Lanang sempat terhenti.

“Bocah ini… benar-benar tidur ditemani tatapan mata sebanyak ini? Gila juga.”

“Tidak heran orang-orang menyebutnya aneh. Aku saja, yang terbiasa bergaul dengan makhluk gaib, tidak akan mau tidur ditemani mahluk-mahluk itu.”

Ia mulai berkeliling, matanya menyapu setiap sudut kamar. Saking asyiknya memperhatikan isi ruangan, ia tidak sadar kakinya menginjak sebuah kaleng cat pasta yang tergeletak di lantai.

Crottt!

“Kampret…” makinya, tepat sebelum terdengar suara keras.

Gedabruk!

Tubuhnya langsung terhempas jatuh. Sialnya lagi, kepalanya menghantam pinggiran meja. Pandangannya gelap seketika, meski hanya berlangsung sebentar.

Tidak lama kemudian, pandangan itu kembali terang. Ia mendapati dirinya sudah berdiri di tempat yang sama sekali berbeda. Udara di sekeliling terasa tenang dengan cahaya redup. Lanang segera mengenalinya: ini adalah Meditation Realm.

Di hadapannya sudah berdiri Adam dalam wujud ruh. Tangannya terlipat, tatapannya malas, persis seperti saat mereka pertama kali bertemu.

“Oh… rupanya kau bersembunyi di sini?” ucap Lanang dengan nada acuh.

Jiwa Adam menyeringai getir.

“Kau sudah cukup sehat rupanya, sampai bisa menyeretku ke alam ini?”

“Ya. Bukankah itu yang kau inginkan? Supaya aku bisa diperalat melindungi keluargamu?” balas Lanang sarkastis.

“Aku terpaksa melakukannya,” jawab Adam dengan raut wajah tanpa bersalah.

“Sekarang, apa yang kau inginkan? Sampai-sampai kau yang justru mengundangku datang ke tempatmu?” tanyanya menambahkan.

“Pembicaraan kita kemarin belum selesai, bocah. Kau tiba-tiba menghilang saat semuanya masih menggantung,” jelas Lanang.

“Ah, ya. Aku ingat. Kemarin aku ingin mengatakan bahwa ada mata-mata di kantor pusat. Kurasa sejak lama ia mengawasiku.”

“Mata-mata? Kau yakin?”

“Pasti. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa diculik semudah itu? Mereka tahu aku sendirian… dan mereka hanya mengincar satu hal.”

Lanang sedikit condong ke depan. “Apa?”

Adam menatapnya. Cahaya di sekeliling tubuh rohnya bergetar halus. “Sesuatu yang kutemukan di TKP. Awalnya benda itu tidak ada, tapi saat aku memeriksa ulang, aku menemukannya. Aku tidak sengaja membawanya pulang ke rumah. Mereka menyebutnya Mestika. Sejak saat itu mereka memburuku. Sebenarnya mereka tidak menginginkan aku mati… tetapi aku harus mati agar iblis bisa masuk, lalu menghadapi mereka.”

Lanang belum puas. Ia kembali mencondongkan tubuh, suaranya menurun. “Benda yang mereka incar itu… di mana sekarang?”

Aura Adam meredup sejenak, seolah menimbang jawabannya. “Yang jelas, tidak ada di rumah. Mestika itu berbentuk kalung. Saat aku diculik, kalung itu masih kupakai.”

Lanang memicingkan mata. “Lalu?”

“Aku berhasil merebutnya kembali dari tangan mereka dengan susah payah. Setelah itu, aku menyelipkannya di kantong baju yang kupakai terakhir kali. Sekarang… mungkin masih ada di sana.”

Riak energi Lanang bergetar semakin cepat.

“Baju terakhir yang kau pakai? Maksudmu… yang penuh darah itu?”

Adam mengangguk pelan. “Ya. Tetapi aku tidak tahu bagaimana nasibnya setelah itu.”

Mata Lanang membelalak. Ingatannya seketika melayang ke Meditation Realm sebelumnya, ketika ia melihat Brian mengamuk di rumah sakit karena pakaian terakhir Adam hilang. Dan jika pakaian itu lenyap, maka…

“Jancuk…” geram Lanang.

Energinya berdesir tajam seperti bilah pisau. “Itu artinya Mestika juga ikut hilang. Tambah satu masalah lagi untukku.”

“Sekarang, apa sebenarnya maumu? Dan apa yang kudapat jika aku mengabulkan permintaanmu?” tanyanya lugas, langsung menekan inti persoalan.

Cara bicara dan karismanya saat itu benar-benar menyerupai iblis yang sedang bernegosiasi dengan calon pengontrak. Ironisnya, ia sendiri keras menolak disebut iblis.

“Selesaikan kasus terakhirku. Dan… tolong lindungi mereka, orang-orang yang kucintai.” Suara Adam terdengar muram. Auranya meredup, semakin suram ketika wajahnya ikut mengeras.

Melihat wujud sukma itu, nurani Lanang sempat terusik. Ia tidak tega, namun tetap berusaha logis. Semua hal memiliki nilai, dan setiap nilai harus dibayar.

“Heh… itu keinginanmu, Nak. Tidak perlu kau ulangi, aku sudah tahu. Yang kutanyakan, apa yang kudapat?”

Nada suaranya kini terdengar persis seperti penagih hutang.

“Aku sudah mati. Memangnya apalagi yang bisa kuberikan?” sahut Adam polos. Cahaya di sekeliling tubuh rohnya berdenyut pelan.

Lanang mengangkat bahu rohnya, lalu aliran energinya berdesir panjang.

“Kau memang sudah mati, tetapi ragamu belum.”

“Oh, benar juga… tapi sebentar lagi raga itu bisa ikut mati kalau aku tidak segera keluar dari sini!” serunya agak histeris. Mendadak ia teringat: dirinya masuk ke Meditation Realm karena kepalanya terbentur meja.

“Sudahlah, cepat jawab. Apa yang kudapat kalau berhasil memenuhi permintaanmu?” desaknya buru-buru.

“Apa saja, selama masih bisa diberikan oleh tubuhku yang belum mati,” jawab Adam datar, meski auranya bergetar enggan.

Lanang sama sekali tidak peduli. Tubuh rohnya mulai memudar, bersiap menghilang.

“Hei! Jangan percaya siapa pun dari kantor pusat, mengerti? Mulai sekarang, apa pun yang kalian bahas soal kasus, jangan sampai mereka tahu!” teriak Adam. Energinya berdesir kencang saat wujud Lanang hampir lenyap.

“Ya, ya… terserah kau saja, Nak,” sahut Lanang pasrah, lalu menghilang sepenuhnya.

Tak lama kemudian, kelopak mata Lanang terbuka perlahan. Pandangan buramnya langsung disambut wajah Brian yang menunduk terlalu dekat—begitu dekat hingga matanya tampak seolah hendak menembus isi kepalanya.

“Adam! Hei, sadar! Kau dengar aku tidak?” serunya cemas.

Refleks, Lanang yang masih setengah sadar menampar pipi Brian.

“Menjauh, Nak! Seram sekali wajahmu nyosor begitu. Mau membuatku jadi homo?”

Brian mundur dengan wajah tersinggung. “Aku ini khawatir, tahu!”

Sambil memegangi pelipis, Lanang duduk perlahan.

“Sudahlah… aku hanya ingin bertanya. Baju Adam yang hilang di akuarium itu, sudah ditemukan atau belum?”

Brian tertegun. Bukan karena Lanang masih saja menyebut laboratorium sebagai akuarium, melainkan karena satu hal lain.

“Tunggu dulu… dari mana kau tahu bajumu hilang? Apa ada orang lain yang sudah memberitahumu selain aku?"

***

1
Nana Colen
lanjut thooooor aku suka 😍😍😍😍😍
Yuni_Hasibuan: Sabar kakak...
OTW... Bruuummmmm...
total 1 replies
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤🥰🥰
Yuni_Hasibuan: Terimakasih udah mau mampir kakak 🥰🥰🥰
total 1 replies
Maulana Alfauzi
Belanda memang licik
Yuni_Hasibuan: Liciknya kebangetan Bang.
total 1 replies
Maulana Alfauzi
hmm...
seru dan menyeramkan.
tapi suka
Maulana Alfauzi
Aku suka aja sama novel fantasi begini.
Maulana Alfauzi
Makasih up nya Thor.
semakin seru ceritanya
Yuni_Hasibuan: Makasih udah Mampir Bag.../Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!