Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Langkah Arumi terhenti ketika medengar suara seseorang memanggil namanya. Ia pun menoleh ke belakang melihat siapa sosok orang yang memanggilnya.
"Mama" gumam Arumi ketika melihat sosok mantan ibu mertuanya yang ada di hadapannya.
Prokk....
Prokk...
"Ternyata tuduhan itu benar, kamu tidak hanya selingkuh, kamu juga memiliki anak yang lain dengan pria ini" ucapnya sambil menatap kearah Alvaro dan dua bocah menggemaskan yang berdiri diantara sampingnya.
Arumi menghela nafas panjang, mencoba mengontrol emosinya.
"Maaf ma, kami buru-buru" ucap Arumi berbalik sambil menggandeng tangan putrinya. Dia menghindari Anggun, mantan ibu mertuanya.
"Dasar wanita iblis" hina Anggun.
"Ma, mohon pengertiannya, semua ini..." Namun sebelum Arumi sempat menyelesaikan kalimatnya, mantan ibu mertuanya itu mengibaskan tangannya, menunjukkan rasa kecewa yang mendalam.
"Cukup! Saya tidak ingin mendengar alasanmu lagi. Arumi, kamu telah mengkhianati anak saya, dan sekarang kamu berani mempermalukan kami dengan memiliki anak dari laki-laki lain." wanita itu berbicara seolah-olah anak dia tersakiti.
Arumi merasakan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, tetapi ia berusaha keras untuk menahan agar tidak jatuh di hadapan wanita yang pernah ia anggap sebagai ibu sendiri. Dengan suara yang serak, ia berkata, "Maafkan saya, ma. Saya tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Saya memang sudah menikah lagi, namun pernikahan saya baru terjadi minggu lalu, bukan seperti yang mama tuduhkan. Dari dulu saya sudah katakan, saya tidak berselingkuh dari mas Reza" tegas Arumi.
Alvaro masih bingung dengan apa yang terjadi, dia memeluk Arumi, mencoba memberikan kekuatan. Sementara itu, dua bocah itu, yang masih belum mengerti situasi, saling pandang dengan raut wajah bingung.
"Apalah nenek lombeng ini, cuka cekali malah-malah. Kemalin malahin Bella, cekalang malahin mama. Nanti Bella aduin ke oma lah bial tau laca" gerutu Bella mengingat wajah wanita itu yang tak lain adalah Anggun, yang mereka temui bersama sang oma waktu itu.
"Kamu pelnah di malahin cama nenek lombeng itu juga?" tanya Naka.
Bella menganggukan kepalanya, "Iya, padahal Bella cuma jawab peltanyaannya tapi dia malah-malah, dia bilang Bella ini bodoh" ungkap Bella.
"Kamu tidak melawan? Halusnya kamu malahin dia juga. Kata kakek kalau kita nda calah nda ucah takut, kita halus belani melawannya" ucap Naka.
"Memangnya kamu belani melawan nenek lombeng itu?" tanya Bella sambil mengerutkan keningnya.
Naka menggaruk kepalanya sambil melihat wajah Anggun yang terlihat menakutkan. Namun, sebagai lelaki dia tidak boleh takut.
"Belani, kamu lihat ya" ucap Naka yakin.
Bocah kecil itu berdiri tegak di hadapannya Arumi sambil berkacak pinggang, menghadap ke arah Anggun.
"Kamu nenek lombeng, nda ucahlah kamu malahin mamanya Naka. Mau memang mulutnya di cumpal pakai bon cabe? Bial kepedecan, bial nangis nanti" ucap Naka galak, namun bukannya terlihat menakutkan justru terlihat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya, kecuali anggun yang saat ini sedang di kuasai oleh amarah.
"Kamu anak har*m tidak usah ikut campur urusan orang dewasa" sentak Anggun.
Plakkkk.......
Sebuah tamparan mendarat di pipi Anggun yang di lakukan oleh Alvaro. Pria itu marah mendengar putranya, hasil buah cintanya dengan mendiang istrinya di katai dengan kata-kata yang tidak sepantasnya.
Alvaro berdiri tegak, urat-urat di lehernya menegang, matanya memancarkan kemarahan yang mendalam. "Jaga ucapan anda nyonya, sekali lagi anda menghina anak saya. Maka saya tak segan-segan merobek mulut anda," ucapnya dengan suara yang rendah namun penuh ancaman, sambil menatap tajam ke arah Anggun yang berdiri beberapa langkah di depannya.
Anggun, yang merasakan kepanasan dari tatapan Alvaro, hanya bisa menggelengkan kepalanya lemah.
Tangannya refleks memegang pipinya yang masih terasa panas akibat tamparan yang diberikan Alvaro beberapa saat yang lalu. "Saya akan membawa masalah ini ke kantor polisi," ucap Anggun dengan suara yang bergetar, mencoba mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya.
Dia berbalik pergi, langkah kakinya cepat meninggalkan mereka yang masih terpaku di tempat, di tengah keramaian mall yang tiba-tiba menjadi sunyi.
Arumi, yang terkejut dengan kelakuan suaminya, segera mengusap dada Alvaro yang naik turun karena emosi yang belum juga reda. "Tenang, mas. Biarkan saja, kita tidak perlu menurunkan diri kita ke levelnya," bisiknya, berusaha menenangkan suaminya sambil menatap penuh kekhawatiran ke arah Anggun yang semakin menjauh.
Orang-orang di sekitar mereka mulai berbisik, menunjukkan tatapan penuh penilaian yang membuat suasana menjadi semakin tegang.
Alvaro menghela napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosinya yang masih membara, sementara Arumi terus berdiri di sampingnya, memberikan dukungan dalam diam.
Sementara itu Bella dan Naka saling berpelukan takut melihat amarah Alvaro. "Papa kalau malah cangat menyelamkan, Naka" bisik Bella.
"Tidak Bela, macih menyelamkan opa" kata Naka.
"Benalkah? Memangna opa kalau malah gimana?" tanya Bella penasaran.
Naka pun mengurai pelukannya, "Begini" ucap Naka sambil meragakan sang opa ketika marah.
"NAKA, KAMU HALUS BELHENTI MAKAN, KALAU TIDAK OPA AKAN MELEMPALMU KEKANDANG BUAYA MILIK OPA, BIAL MENJADI CANTAPAN MELEKA"
"Cepelti itu Bella, cangat menyelamkan kan. Macak Naka yang gemoy dan menggemackan ini mau di jadikan cantapan Buaya, tega cekali opa itu" ucap Naka drama.
Bella menukikkan alisnya tajam, ia mencoba mencerna ucapan Naka.
"Memangnya opa puna Buaya?" tanya Bella.
"Punya, di belakang lumah. Kamu jangan nakal bial nda di jadikan cantapan Buaya cama opa" jawab Naka.
Bella mengangguk cepat, dia bergidik ngeri membayangkan tubuh kurusnya di lempar kedalam kandang Buaya, dan menjadi santapan mereka. Gadis kecil itu pun beringsut memeluk kaki mamanya.
"Naka, adiknya jangan di takut-takuti" tegur Alvaro, dan mengangkat tubuh Bella, lalu menggendongnya.
"Sudah-sudah, ayo kita lanjutkan lagi" lerai Arumi sebelum terjadi perdebatan antara ayah dan anak itu.
Setelah melewati drama yang cukup panas, mereka kembali mengelilingi mall. Suasana di dalam mall cukup ramai, namun mereka tidak terlalu memperdulikannya.
Mereka terus melangkah menuju ke lantai dua, tempat toko sepatu anak-anak berada. Di depan toko, beberapa model sepatu terpajang rapi dengan warna-warni ceria. Bella, yang sebelumnya terlihat lesu, kini matanya berbinar ketika melihat sepatu-sepatu lucu tersebut.
"Lihat, papa! Sepatunya gambal unicoln!" serunya sambil menunjuk ke arah sebuah pasang sepatu pink.
Alvaro tersenyum melihat antusiasme anaknya yang kembali muncul. Dia mengangguk dan membimbing Bella masuk ke dalam toko.
Mereka menghabiskan waktu cukup lama di sana, mencoba berbagai sepatu hingga akhirnya Bella memilih sepatu dengan gambar unicorn yang dia sukai. Sementara Naka memilih sepatu yang bergambar robot kesukaannya.
Saat membayar di kasir, Alvaro merasakan kelegaan dan kebahagiaan melihat senyum lebar di wajah putri serta putranya. Drama yang sempat terjadi seolah terbayar dengan momen kecil namun berharga ini.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al