Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perseteruan Hati
Kepala sekolah dan Pak Eko membagi uang itu kepada 10 peserta lomba. Ini semua hasil kerja sama dan hasilnya pun dirasakan bersama-sama.
Pak Eko tidak mendapatkan uang, ia berkata jika itu hak anak muridnya. Tetapi murid-murid malah menyumbangkan 1 juta masing-masing tiap anak. Sehingga Pak Eko mendapatkan 10 juta hingga ia terharu dengan kebaikan anak muridnya.
Sepulang dari sekolah dan mendapatkan uang hasil lombanya. Monday segera berbaring melepaskan lelah. Namun lelahnya terbayarkan setelah dia mendapatkan uang senilai empat puluh sembilan juta rupiah. Besok Monday akan menyimpan uangnya ke bank.
Saat hendak merebahkan tubuhnya ke dalam kasur lama nya. Ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Segera Monday membuka pintu dengan rasa yang amat berat.
"Kak Tegar, ada apa ya?" canggung menyelimuti mereka.
"Hallo Mon, kakak ganggu gak?" sahut Tegar.
"Enggak, Monday gak lagi ngapa-ngapain tadi si baru mau istirahat," ucap Monday.
"Oh ya ini martabak buat kamu, kamu pernah bilang kan, udah lama gak makan martabak manis," ucap Tegar seraya memberikan sekotak martabak kepada Monday.
"Oh astaga sampe inget aja, eh iya sampe lupa. masuk kak, bentar ya Monday ambil minum dan piring dulu," ucap Monday sembari masuk ke dalam.
Tak berapa lama Monday datang dengan segelas minuman dan martabak yang sudah tersaji di piring lalu diletakkannya ke meja.
"Yuk kak dimakan martabaknya, pasti enak nih, hmmm baunya bikin lapar," ucap Monday.
Tegar tertawa kecil melihat kelakuan Monday. Dia juga ikut menyantap.
"Oh ya ada apa kak, pasti mau bicarain hal serius nih," ucap Monday.
"Begini, kemarin itu Mama merekomendasikan Monday untuk jadi guru les musik anaknya Pak Iman. Dia bilang ada kesalahpahaman dan ingin minta maaf. Berhubung dia tidak tahu nomer Monday. Maka dia minta maaf lewat Mama. Mama juga ternyata belum punya nomer Monday hehe. Jadi yaudah Aku kesini aja toh rumah kita dekat ini kan," ucap Tegar.
"Haha iya bener kak deket banget malah hehe," ucapnya sambil tertawa.
"Gimana Monday mau maafin Pak Iman kan? Pak Iman juga bilang kalau tidak keberatan Monday bisa mengajar lagi disana," ucap Tegar.
"Aku udah maafin kok, cuma untuk mengajar lagi disana, Aku rasa gak bisa. Aku juga gak punya sertifikat mengajar. Jadi enggak dulu lah," ucap Monday.
"Ok nanti kakak sampaikan Pak Iman. Oh ya Kakak perhatiin kamu sekarang jarang nari di lampu merah, kenapa? udah ga minat nari lagi ya?" tanya Tegar.
"Masih lah itu kan jiwanya Aku kak, kemarin itu karena sering hujan, jadinya jarang nari diluar. Kak Tegar punya sanggar tari, Aku boleh nari disana gak?"
"Tempat sanggarnya lagi direnovasi, nanti kalau udah bagusan Monday kesana aja. Buat Monday gratis," ucap Tegar.
"Mana bisa gitu, tetap nanti Aku bayar. Aku gak mau ya dibilang muka gratisan hehe," canda Monday.
"Haha kamu tuh periang banget ya," sahut Tegar.
"Gini, kakak punya ide. Sementara kalo kita nari bareng gimana, pake kostum tari gitu. Jadi lebih banyak orang yang nonton," ajak Tegar dengan idenya.
Monday berfikir sejenak, selama ini dia menari hanya menggunakan kaos dan celana panjang seadanya, beserta pelengkap selendang peninggalan ibu nya dan alat Sound system portable yang mudah dibawa kemana-mana. Tidak ada salahnya juga jika dia memakai kostum biar lebih menjiwai.
"Ide Kak Tegar boleh juga, tapi Kak Tegar yakin mau nari di jalanan bareng Aku ?" Tanya Monday memastikan.
Tegar mengangguk, dia merasa tidak masalah. Monday pun setuju , besok pulang sekolah Kak Tegar akan membawakan baju tari andalan mereka. Gatotkaca Gandrung, mereka akan menari di taman bermain di tengah Kota dan lampu merah dekat rumah.
Setelah berdiskusi lumayan lama, Tegar pamit. Saat Tegar melangkahkan kaki keluar pintu. Friday datang.
Kedua orang yang mendambakan satu wanita ini berpapasan, mereka saling beradu mata hingga setajam bilah pisau. Saling menyayat hati dan menerkam, namun itu hanyalah imajinasi mereka. Tegar mengucapkan salam perpisahan sedangkan Friday mengucapkan salam pertemuan.
"Friday .. ada apa? malam-malam gini." tanya Monday.
Jujur Monday masih takut akan ancaman Siti. Tapi di lain sisi dia merindukan sosok Friday dengan tatapan lemah lembut .
"Aku baru kelar pemotretan, ngelewatin rumah kamu jadi aku langsung kesini. eh ini ada martabak bandung hitam manis" Ucap Friday sambil menyodorkan bungkusan martabak.
"Wah ini favorite aku banget,"
"Oh ya, sama dong, kita sehati,"
"Tapi aku baru aja makan itu sama kak Tegar," ucap Monday jujur dan membuat Friday sedikit kecewa.
Monday mempersilahkan masuk namun Friday enggan karena sudah malam. Akhirnya mereka duduk diteras .
Monday masuk kedalam rumah, ia menuju dapur lalu menaruh martabak kedalam piring serta membawa 2 gelas air minum didalam 1 nampan besar.
Friday menatap rembulan yang bersinar sangat terang, lalu memejamkan matanya. Di hirupnya udara malam yang mulai dingin dan berembun , bersamaan dengan angin sepoi yang melintasinya .
Tercium wangi aroma Monday yang semakin lama semakin mendekat. Perlahan Friday membuka mata dan menoleh ke arah Monday yang telah datang membawa minuman dan martabak yang telah berganti tempat.
Dibawah lantai dingin yang licin dan bersih mereka duduk berdua. Bersama sambil mencicipi nikmatnya martabak Bandung hitam manis.
Bentuknya hitam pekat namun sangat legit dimakan. Makanan ini menjadi favorite mereka berdua dan akan terbungkus dalam memory yang tak mudah terhapus kan.
"Aku bahagia, meski berada di sisimu seperti ini saja. Menikmati makanan ini. Kamu tau gak mon.. Kamu seperti Coklat di martabak ini , yang akan selalu manis meskipun dia berwujud beku ataupun cair , hehe, " Friday tertawa berusaha mendamaikan hati yang pernah ada untuknya.
Monday tersipu malu dibuatnya. Dia tak tau harus berkata apa. Biarlah diam yang menjawab seribu tanya.
Jantungnya berdegup semakin kencang, hingga debarannya terdengar bersama hening. Inikah namanya cinta. Baru pertama kali dia mengalaminya.
Rasanya sungguh tak nyaman kala itu. Sebelumnya Dia sudah menyuruh Friday untuk tidak mendekatinya bahkan Monday juga berkata kalau dia tidak suka dengan Friday.
Lalu yang terjadi sekarang, seperti menelan ucapan sendiri. Dia tahu, Friday sedang berusaha merayu hatinya dengan seribu cara.
"Mon, kok diam? " Ucap Friday sambil memandanginya, lalu tersenyum. Friday menundukkan kepala lalu mengangkatnya
"Aku bingung jawab apa. Kan itu bukan pertanyaan. Itu adalah sebuah pernyataan yang gak butuh jawaban , hehe." Terang Monday
"Iya sih," Friday tersenyum.
"Kamu bisa main gitar gak mon?" timpal Friday
Ia berpura-pura bertanya padahal dia pernah melihat Monday bermain gitar di sebuah halte dekat sekolah.
"Bisa, aku juga ada gitar kok dirumah. Bentar ya aku ambilkan," Monday dengan girangnya masuk ke dalam rumah. Padahal sedari tadi dia menahan detak jantung yang berdegup kencang saat itu.
Tak berapa lama Gitar sudah meluncur di hadapan Friday. Friday pun mengambil gitar itu dan memainkannya beberapa not.
"Aku udah lama ga main gitar. Ada satu lagu nih buat kamu, tau gak lagunya How Do I live , aku suka versi Trisha Yearwood," sahut Friday sambil memetik-metik gitar.
"Oh Ya tau.. yang ginikan hemm ehemm," ucap Monday seraya mengatur suara.
"How do I...Get through one night without you?"
Monday sambil bernyanyi merdu dengan sigap Friday mengikuti nadanya dengan gitar. Dan membalas lagu yang terpotong.
" If I had to live without you, What kind of life would that be? Oh now, I need you in my arms need you to hold," Friday bernyanyi kemudian berhenti dan mengisyaratkan Monday untuk melanjutkan lagu yang dipotong Friday. Tanpa berfikir Monday pun melanjutkan
"You're my world my heart my soul, If you ever leave" Monday bernyanyi dan berhenti karena giliran Friday, tapi Friday pun tiba-tiba mengganti nadanya ke reff
"And tell me now, How do I live without you?" Friday menghentikan musiknya , dan berkata,
"Jawab Mon.. How do I live without you..Bagaimana aku hidup tanpamu, Aku sayang kamu," ucap Friday.
Rupanya terjemahan lagu ini sama seperti mereka. Monday baru menyadari akalnya Friday dan tertawa sendiri.
"Friday, ih ini lagu ya.. kok bisa sih haha," Monday tertawa
"Haha iya ni lagu nyentuh banget dihatiku..tadi kamu sendiri loh yang bilang 'You're my world my heart my soul 'mau aku translatein sekalian? Kau duniaku, hatiku, jiwaku, trus kenapa kamu nyuruh aku buat ninggalin kamu," ucap Friday.
"Itukan cuma lagu Frid," jawab Monday.
"Saat ini kita terjebak di dalam perasaan saling cinta kan. Aku tahu kamu juga cinta Aku kan Mon? Monday , Aku cinta kamu Mon, aku ingin kamu jujur sama perasaan kamu dan bilang kamu juga cinta," timpal Friday.
Hening menyambar diantara keduanya . Monday Terdiam dan Friday mengharapkan jawaban dari bibir manis Monday yang sudah dia tau jawabnya.
"Aku pernah mengatakan keputusanku sekali. Aku ingin kamu hargai keputusan aku." Ucap Monday
"Tapi apa salahnya aku mendengar sekali saja kalau kamu cinta aku. Biar hatiku tenang.. Kalau perlu Aku janji, aku gak akan mengusik mu saat ini hingga lulus SMA nanti atau bahkan hingga kamu siap nanti." ucap Friday.
"Aku ga hanya ingin jadi orang yang ngasih kamu martabak coklat aja. Tapi aku juga ingin jadi orang yang bisa ngasih kamu seperangkat alat sholat nantinya. Aku akan nunggu kamu Monday! Cukup sekali pernyataan yang bisa membawa hubungan kita, tak jadi salah arti," timpal Friday.
Mereka berdua terdiam, Friday Menggenang kan air mata. Namun tak mengalir. Begitupun Monday yang sangat ingin menyandarkan kepalanya ke bahu Friday namun hanya imajinasi belaka.
Egonya berpadu dengan hasrat. Mencoba meleleh karena panasnya kobaran api cinta namun rapuh begitu saja termakan arogan yang semakin angkuh.
Friday beranjak dari duduknya, dia lalu melangkahkan kaki pulang tanpa pamit.
Hatinya kesal dan ingin membencinya. Beberapa langkah ke depan sebelum benar- benar berlalu, dia berhenti dan menoleh kebelakang untuk terakhir kalinya.
Berharap Monday memanggilnya dan menyatakan perasaannya. Monday terlihat masih terdiam dalam duduknya dan menunduk menangis.
Friday pun tak sanggup menahan air mata yang sedari tadi hanya menggenang.
Tess...
Kini air mata itu mengalir tanpa diminta.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,