Bekerja sebagai tim pengembangan di sekolah SMA swasta membuat Hawa Tanisha bertemu dengan musuh bebuyutannya saat SMA dulu. Yang lebih parah Bimantara Mahesa menjadi pemilik yayasan di sekolah tersebut, apalagi nomor Hawa diblokir Bima sejak SMA semakin memperkeruh hubungan keduanya, sering berdebat dan saling membalas omongan. Bagaimana kelanjutan kisah antara Bima dan Hawa, mungkinkah nomor yang terblokir dibuka karena urusan pekerjaan? ikuti kisah mereka dalam novel ini. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SENANDUNG DI CAFE
Semarak lomba sudah berakhir dengan suka cita, dokumentasi selama perlombaan sudah dishare oleh tim dokumentasi OSIS. Tim yayasan ngakak, karena jepretan mereka sangat random dengan berbagai ekspresi lomba. Wajah Bu Dyah saat lomba kerupuk pun tak ada cantik-cantiknya, lawak banget.
Hawa langsung mengunggah foto yang ada dirinya dengan berbagai ekspresi, terutama saat trend viral, senyumnya sangat cantik, dipuji dirinya sendiri 😃😃😃. Bahkan foto monyong Hawa pun tertangkap kamera panitia.
Asyik banget sih, bareng anak SMA. Rifka mengomentari status WA Hawa.
Berasa muda terus tau. Rif.
Malam ini longgar gak?
Kosong, mau ajak jalan? Gas lah.
Datang dong di grand cafe gue. Cabang ke 10 loh, kasih kado juga nanti.
😀😀😀😀 beres.
Ajak Bima sekalian dong.
Dih yang punya acara situ. Undang sendiri. Nomor gue diblokir.
Sumpah? Masih diblokir? Gila, Bima tuh 😄😄😄
Baru tahu kalau dia gila?
Jangan benci-benci nanti cinta.
😪😪😪😪
Hawa pun mengiyakan pergi ke grand opening cafe milik Rifka, setelah maghrib ia minta diantar sang papa saja malas juga kalau naik motor. Ia pun sepulang kerja menyempatkan mencari kado untuk Rifka, hiasan dinding berupa quote dipilih Hawa.
Setelah maghrib, papa pun menjadi sopir untuk anak istrinya. Sang istri minta ditemani ke kondangan, sedangkan Hawa minta diantar ke cafe Rifka. Nanti papa akan menjemput Hawa juga. Kondisi cafe sudah ramai pengunjung, mungkin dari tamu undangan juga. Hawa sangat anggun malam itu. Menggunakan rok plisket warna putih, dan tunik biru muda serta jilbab segi empat senada dengan tuniknya. Tak lupa heels 3 cm mempercantik penampilan gadis ini.
"Si jomblo," sapa Ufa, teman SMA Hawa dan Rifka yang datang juga, langsung memeluk Hawa dengan erat. Ikut sedih dengan kandasnya hubungan Hawa dan Uki. "Sama Abang gue aja gimana, Wa!" ujarnya spontan.
Hawa langsung berdecak sebal, "No pacaran again!" ujarnya sembari menggeret Ufa ke meja dan segera menikmati hidangan yang disediakan.
Acara grand opening dimulai, sambutan dari Rifka begitu menginspirasi, ia tak mau menjadi pekerja kantoran, lebih suka jadi pebisnis saja. Nanti kalau sudah menjadi ibu, dia lebih suka menjadi macan ternak, mama cantik anter anak. Semua yang hadir tertawa, dan memberi applause pada Rifka, doa terbaik untuk kelancaran bisnisnya.
Rifka pun mempersilahkan tamu undangan untuk mengicip hidangan, karena semua yang disediakan adalah menu di cafe ini.
"Ini favorit sih," ujar Hawa saat mencicipi puding buah.
"Kalau aku suka minumannya sama pisang aroma, manis bet!" ujar Ufa, memang kebiasaannya suka manis, langsung ambil menu itu. Cafe milik Rifka ini bernuansa semi outdoor dengan live music, para tamu selepas ambil hidangan pun melihat live, penyanyi band mulai check sound.
"Malam semua, kami dari Cute Band akan mengiringi malam manis kalian semua dengan lagu manis nan romantis. Sebagai kehormatan, lagu pertama request dari owner cafe, Kak Rifka!" ucap sang vokalis, Rifka tertawa ia pun mengambil mic.
"Terimakasih semuanya sudah datang, lagu ini khusus untuk sahabat SMA saya yang sedang patah hati, Hawa Tanisha namanya, di sana tuh, Nyanyi bareng Neng, yuk," ujar Rifka sembari tertawa, semangat sekali meledek Hawa. Ufa pun langsung bertepuk tangan girang.
"Diselingkuhi, Kak! Jleb banget," teriak Ufa makin membuat suasana cafe riuh, dan menatap Hawa. Sungguh malu, ia mengarahkan bogeman pada Rifka.
"Buat Hawa. Have fun ya," ucap Rifka sebelum turun dari panggung. Mic sudah dipegang sang vokalis.
"Buat Mbak Hawa, semoga suka!" lanjut sang vokalis, kemudian petikan gitar dan suara piano mulai mengalun. Pergilah Kasih dilantun oleh sang vokalis. Hawa menunduk malu. Mana para tamu hafal lagu itu lagi. Malah makin kompak bernyanyi saat reff. Hawa pun terbawa suasana, ia langsung berteriak.
Pergilah Kasih kejarlah Selingkuhanmu.
Para tamu langsung bertepuk tangan, totalitas sekali Hawa bernyanyi, bahkan sampai mengubah liriknya. Ufa dan Rifka yang duduk di samping Hawa ikut tertawa.
"Dalem cuy," ujar Ufa masih cekikikan. Hawa menabok lengan kedua sahabatnya bergantian. Gara-gara Rifka, bisa-bisa ada video viral tentangnya lagi. Miris cuy.
Setelah lagu sendu, kini lagu beat yang membuat suasana cafe semakin ceria. Rifka pun menyambut tamu lain, dan lagi mulai ada pengunjung untuk menikmati diskon grand opening. Ufa pun sedang menerima panggilan telepon, otomatis Hawa sendiri dengan menikmati hangatnya minuman jahe merah.
"Sendiri, Wa?" seseorang datang, dia adalah sahabat Uki, Danu yang tempo hari sempat kirim chat padanya.
"Enggak, tadi sama Ufa, Dan! Apa kabar?"
"Baik, kerja di mana sekarang?"
"Di yayasan milik Bima."
"Bima yang blokir nomor lo?" tanya Danu kaget, hampir anak SMA tahu kelakuan Bima memblokir Hawa, bukan rahasia umum. Sehingga Bima jarang ikut kumpul dengan teman SMA, karena sebagian besar mereka berteman dengan Hawa dan Uki, alhasil daripada masuk circle perempuan yang ia blokir, mending gak ikutan.
"Iya, Bima siapa lagi."
"Cihuy, CLBK nih!" goda Danu.
"Apaan?" tanya Hawa curiga.
"Cinta lama belum kelar!"
"Heh, gue gak pernah cinta sama dia ya!"
"Bukan lo, Wa. Tapi si Bima. Pernah dengar sih, kalau sebenarnya yang naksir lo tuh bukan Satria, tapi dirinya sendiri."
"Enggak ada kayak gitu, Dan. Emang dia gak naksir, sekarang aja kalau bertemu tanpa ekspresi banget, nomor gue juga masih diblokir."
"Awet juga musuhan kalian, coba baca ini Wa!" ucap Danu membuka room chat Uki, lelaki itu mengomentari status WA Danu yang memposting video Hawa meneruskan lagu tadi.
Dia terlihat sakit banget ya, Dan. Salah gue emang!
"Balas apa nih?"
"Gak usah dibalas!"
"Enak aja, bikin panas dia kayaknya seru. Sini poto sama gue," pinta Danu yang punya rencana untuk memancing emosi Uki.
"Ogah," tolak Hawa. Ngapain juga menggubris Uki, dia tadi hanya spontan saja, tak ada niatan untuk mengingat Uki lagi.
Danu tertawa. Oke foto bersama Hawa tak berhasil, dia pun membalas pesan Uki.
Udah move on kayaknya Ki.
Sok tahu, gak mungkin Hawa secepat itu. Dia cinta banget sama gue.
Danu menunjukkan room chat itu, Hawa penasaran, dan membaca sekilas. Dia pun murah-murah muntah, percaya diri sekali.
Lah dia udah deket sama gue nih, Ki.
"Dan, lo benar-benar ya!" protes Hawa saat membaca balasan Danu. Namun lelaki itu tertawa ngakak.
"Kalian tuh masih cinta, sok-sok an putus. Bilang aja lo masih menjaga hati buat dia! Segitunya tak mau bikin sakit hati dia."
"Bukan menjaga hati. Cuma urusan hidup gue, Uki tak perlu tahu lagi."
"Dia sama Diana gue yakin cuma main sih."
"Main di ranjang maksudnya, cerita basi kali Dan. Udah sampai berhubungan itu gak main doang namanya, apalagi khilaf. Mereka sengaja, orang phone se* sering."
"Busyet. Benar Wa?" tak menyangka Uki bertindak sejauh itu.
"Dia mengaku sendiri. Gue seharusnya gak cerita juga sih, rahasia kita ya Dan. Mau bagaimana pun dulu gue pernah cinta sama dia, tak sepatutnya gue mengumbar aibnya."
"Sabar, Wa. Uki bukan jodoh lo."
"Betul."
Auto bawa sperangkat alat solat sekalian akhlak nyaa
awokwook /Curse/
Hawa: ga beLagak tapi belagu/Slight/
reader: bim, ci pox bim ampe engappp/Grin//Tongue/
maaf aq nyaranin jahat 🤭🤭🤭