Seorang gadis cantik berumur 18 tahun bernama Adiva Arsyila Savina, tengah ikut balap liar di sebuah sirkuit karena sebuah taruhan.
"Kamu pasti kalah dan bersiaplah mendesah di bawah kungkunganku, Adiva." Teriak Bagas Dewantara, semakin terobsesi.
"Sampai mati pun, aku tidak mau kamu jadikan pelampiasan nafsumu."
"Aahhh...."
Tiba-tiba roda ban motor sport milik almarhum orang tua Adiva tergelincir. Sialnya rem blong membuat motor hilang kendali.
Motor Adiva menabrak pembatas jalan kemudian terseret beberapa meter hingga akhirnya jatuh ke dalam jurang.
Bruukkk...
Duarrr...
Kepulan asap membumbung ke langit, membuat sesak nafas.
"Aduh... Sialan dadaku sakit." Ucap Adiva merasakan nafasnya tersenggal-senggal.
Braakkk...
Pintu kamar terbuka kasar, seorang pria berwajah dingin muncul. Tanpa kata menggendong tubuh Adiva.
"Sudahi dramamu, jangan bertingkah yang akan membahayakan bayi dalam kandunganmu Adiva Sabiya. " Ucap Arsenio Davidson.
"Aku, kok tiba-tiba hamil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sambil Menyelam Minum Madu
"Kamu pusing? Aku lebih pusing asal kamu tahu." Ucap Adiva.
"Jika aku tidak bekerja di perusahaanmu lantas aku harus kerja di mana? berikan satu jawaban. Sedangkan kondisi perutku yang semakin membesar tapi status pernikahan di KTPku masih tertulis belum menikah. Ditambah lagi selama 3 bulan aku tidak mendapatkan nafkah lahir."
"Jika dihitung kerugianku sangat banyak, tidak hanya secara moril tapi juga materil. Sekarang juga aku minta semua itu dibayar lunas. Atau aku laporkan ke komnas perlindungan wanita." Ucap Adiva mengancam.
"Arsen berikan saja Adiva 5 juta, aku rasa itu sudah lebih dari cukup." Ucap Selly.
"Wow... Aku merasa sangat terkesan."
"Tidak aku sangka, jika istri sah Tuan Arsenio begitu dermawan. Memberikan sumbangan 5 juta padaku. Tapi, masalahnya aku menuntut uang nafkah selama 3 bulan, bukan sedang minta sumbangan." Ucap Adiva.
"Sebelum itu aku tanya padamu, berapa Arsen memberimu uang bulanan. Belum lagi kartu kredit tanpa batas yang kamu gunakan belanja."
"Jadi, sebagai sesama istri Arsen. Aku berhak mendapatkan jumlah sama. Dikali 3 bulan, sekarang juga." Ucap Adiva dengan penuh ketegasan.
"Berikan nomer rekeningmu, nanti ku transfer." Ucap Arsen diangguki Selly.
"Wah kalian pikir bisa mengelabui aku lagi, sekarang juga dengan uang tunai." Ucap Adiva lagi.
"Ternyata dia cerdas." Gumam Arsen.
Karena tidak ingin semakin ribet, semakin lama berangkat ke kantor. Arsen langsung naik ke atas, menuju ruang kerjanya yang terdapat brangkas berisi barang-barang pentingnya. Brangkas hanya Arsen yang bisa mengaksesnya karena memerlukan sidik jari dan retina mata untuk membukanya. Arsen mengambil uang 500 juta serta 1 kartu kredit platinum.
Bruukkk
Arsen melempar uang dan kartu hitam di atas meja. Selly melotot melihat banyaknya uang yang diberikan pada madunya itu. Padahal dia yang menjadi istri pertamanya saja hanya diberikan uang nafkah 100 juta per bulannya. Meskipun ada kartu yang katanya non limit, tapi tidak pernah melebihi 500 juta untuk sebulan.
Dan sekarang baru menikah 3 bulan sudah dapat 500 juta. Dan kartu hitam itu.... Astaga, wajah Selly sudah ditekuk dalam. Dia merasa iri dengan Adiva. Karena kartu hitam itu berisi profit perusahaan yang setiap bulannya bisa mencapai 5 miliar rupiah.
"Arsen apa kamu sudah gila?" Teriak Selly memperlihatkan wujud aslinya.
Rupa yang biasanya pucat pasi, itu seketika langsung merah membara. Warna putihnya luntur terkena bara api dari amarah istri pertama.
"Untuk apa kamu berikan dia uang sebanyak itu, bahkan aku saja tidak pernah menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. Dan sekarang kamu berikan pada pelacur murahan itu." Murka Selly.
PLAK
PLAK
Bruukkk...
Adiva menampar kuat dua kali pipi Selly hingga wanita itu jatuh tersungkur. Kemudian, Adiva mendekati wajah Selly. Dan mengusap kulit wajahnya yang terlihat putih seperti mayat hidup.
"Hebat juga ya make up mu, bisa membuat kulit putih. Arsen ternyata istri tuamu MUA, kamu wajib bangga." Ejek Adiva.
Deg
Kali ini, Selly benar pucat pasi bukan karena bedak. Karena Adiva telah membongkar satu dari sekian banyak list kebohongannya.
"Arsen... Aku bisa jelaskan semua. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku... Aku hanya tidak..."
"Hanya menjalankan peran sebagai seorang artis dalam rumah tangga kita. Lebih tepatnya rumah tanggamu sendiri."
"Arsen... Arsen... Katanya CEO arogan, tapi kok kamu go blok. Berapa tahun sih kamu bersamanya, sampai tidak tahu kalau dia pandai bersandiwara dan menjalankan perannya. Lihat, wajah putihnya hanya bedak. Artinya dia tidak benar sakit, entah apa tujuannya berpura-pura. Yang jelas aku berdoa pada Tuhan, semoga Selly sekarat betulan."
"Terima kasih uangnya, aku pergi dulu. Sampai jumpa di kantor." Ucap Adiva benar-benar pergi membawa banyak uang dan kartu.
Sementara itu terjadi pertengkaran hebat antara Selly dan Arsen, tanpa ada yang mau mengalah. Bahkan Nyonya Yunia masih terpaku, terlalu syok melihat menantu kesayangannya ternyata seorang artis yang pandai bersandiwara.
"Ini tidak lucu Selly, kamu pura-pura sakit supaya tidak aku tuntut memberi ASI Lolly. Mana nalurimu sebagai ibu yang melahirkan bayi yang tidak sehat. Kenapa kamu tidak mau memberi Lolly nutrisi ASI dari tubuhmu." Ucap Arsen bergetar. Pria itu menangis bukan hanya karena sedih, tapi juga kecewa dengan istrinya.
"Aku tetap tidak mau memberi Lolly ASI, apa pun alasannya. Aku ini seorang model, menyusui hanya akan membuat tubuhku rusak. Suruh saja Adiva yang memberi ASI sebagai ganti karena dia sudah mencuri suamiku." Ucap sengit Selly kini telah membuka topengnya.
"Arrrggghhh... Aku tidak menyangka kamu seperti ini Selly." Ucap Arsenio.
Sementara itu, Adiva tidak langsung pergi ke perusahaan milik Arsenio. Selain karena tidak tahu alamatnya, juga karena Adiva butuh ke suatu tempat yang lebih penting.
"Pak tolong carikan saya showroom motor sport terbaik di sini." Ucap Adiva pada sopir taxi. Meskipun kota ini nampak seperti Jakarta, tapi sebenarnya kota berbeda.
Adiva menatap sekeliling, semua sama seperti kota-kota pada umumnya. Tapi Adiva tidak tahu di dimensi mana saat ini berada. Karena jika ini Jakarta, harusnya dia mengenali kota kelahirannya sendiri. Sedangkan yang tertulis di KTP, kota ini disebut kota Kamboja. Adiva sempat merinding jika mengingat pohon kamboja di kuburan kembar.
"Terserah mau kota Kamboja, kota Kuburan yang penting aku hidup. Dan bisa menjalani kehidupan dengan normal seperti kehidupan di duniaku. Hanya perbedaannya aku wanita hamil, bukan lagi seorang ratu jalanan." Gumaman Adiva terdengar oleh sopir taxi yang merasa bingung mendengarnya.
"Wanita ini mungkin stres ditinggal mati suami." Pikir sopir taxi.
Ciittt...
"Sudah Neng, ini showroom yang kamu tanyakan. Di kota ini hanya ada satu showroom. Memangnya mau beli motor sport?" Tanya sopir taxi itu kepo.
"Iya Pak, mau buat kado." Ucap Adiva tidak bicara jujur. Bisa-bisa dia semakin disangka gila karena wanita hamil beli motor untuk dia pakai sendiri.
"Terima kasih Pak, ini ongkosnya." Ucap Adiva seraya menyerahkan 5 lembar uang berwarna merah, tapi bukan gambar sang proklamator RI.
Tidak ingin pusing, Adiva langsung masuk dan memilih-milih motor. Tapi ada yang aneh, di tengah-tengah showroom ada satu motor yang sama persis dengan punya almarhum kedua orang tuanya.
Motor yang dia pakai balapan terakhir kali lalu jatuh ke jurang yang menyebabkan dia meninggal. Kemudian pindah alam, bukan ke alam baka melainkan ke alam antah berantah yang lokasinya tidak ada terdapat di gugel map.
Motor sport berwarna merah menyala, keluaran tahun 2000 itu terlihat seperti baru. Bukan motor lama.
Adiva mendekati motor itu dengan seksama, benar-benar mirip sekali.
Seorang pramuniaga datang menghampiri Adiva. Lalu pramuniaga itu bertanya Adiva ingin membeli motor yang mana. Meskipun sedikit menatap aneh pada perut Adiva yang terlihat buncit.
"Saya mau beli motor ini." Ucap Adiva menunjuk motor sport merah yang ada di tengah.
"Baiklah, motor ini keluaran terbaru. Dan untuk harganya dia juga yang termahal di showroom ini. Apakah Anda ingin melanjutkan transaksi?" Tanya pramuniaga itu menatap ragu.
"Tentu saja, aku akan membayarnya." Ucap Adiva sambil menyerahkan kartu hitam dan KTP kepada pramuniaga. Tidak lama kemudian, urusan jual beli selesai membuat Adiva bahagia.
Karena belum ada plat nomornya, motor itu pun Adiva minta antar ke alamat rumah Arsen. Dan sekarang dia akan langsung ke perusahaan untuk menjalankan misinya. Tentang menjadi sekretaris pribadi, tentu saja itu hanya alasan semata.
Adiva tersenyum miring kala melihat satu meja diperuntukkan untuknya sebagai sekretaris pribadi Arsenio yang baru.
"Aku ini baru 18 tahun, meskipun IQku tinggi tapi menjadi sekretaris bukan cita-citaku." Gumamnya.
"Tujuanku hanya satu, yakni membantu Adiva pemilik tubuh balas dendam. Dia saja cuma seorang OG. Dan sekarang menjadi sekretaris pribadi. Aku ingin lihat reaksi semua orang tentang posisiku saat ini. Mana aku sedang hamil lagi."
"Dengan menjadi sekretaris, aku akan lebih mudah memantau kehidupan Arsen. Aku harus mencari bukti lain, supaya Arsen bersedia menceraikan Selly. Sambil menyelam minum madu, aku akan mencari cara supaya mulut Arsen sendiri yang akan mengakui statusku di hadapan semua orang. Tidak ada salahnya memanfaatkan kekuasaan, untuk mendapatkan keuntungan." Gumam Adiva.
sama sama nyebelin🤣🤣
smgt💪💪😍😍