Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Indah...
Lama perjalanan sekitar satu jam, Celine yang tampak kegirangan itu terus bercerita panjang lebar tentang banyak hal.
Tentang teman-teman di sekolah nya, tentang pelajaran nya, tentang guru-guru di sekolah nya, dan banyak lagi yang lainnya.
Tak terkecuali bercerita bagaimana keadaan dirumah nya yang dia selalu merasa kesepian, tak ada teman di sana hanya ada dia dan bibi Erina.
Dia juga bercerita Felix yang sudah pergi ke luar kota untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sedih, tapi dia juga senang karena kakak nya itu mau terus belajar.
Tak lama dari sana, akhirnya mereka sampai di pantai yang hari itu tidak terlalu banyak pengunjung. Karena mereka datang pada hari biasa bukan hari libur, jadi tak banyak orang di sana.
"Wahh... Ini pantai ya paman" matanya berbinar saat melihat hamparan pasir putih yang membentang dari ujung ke ujung, belum air yang berwarna biru kehijauan menambah keindahan pantai itu.
Dia berlari menuju bibir pantai, tak peduli masih mengenakan pakaian sekolah dan juga sepatu sekolah. Dia memperhatikan air pantai yang pasang surut, mengingatkan nya pada papa dan mama nya yang selalu mengajaknya jalan-jalan ke tempat yang tak pernah dia datangi.
Sementara itu, bibi Erina dan Ricardo menyiapkan tempat mereka di pinggir pantai, mengeluarkan makanan yang sudah di siapkan sebelum nya.
"Celine kemari sebentar!" teriak Ricardo memanggil keponakan nya itu.
Celine berbalik dan menatapnya "Iya paman!" teriaknya dan berlari kembali ke arah mereka.
"Kamu pergi dengan bibi Erina ganti pakaian dulu, jangan pakai pakaian sekolah, oke" ucapnya sambil tangan nya terus mengeluarkan makanan dari tas.
Bibi Erina mengambil tas pakaian dan mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Celine. "Ayo nona" ajaknya menuju kamar mandi di sana.
Meskipun sedang berjalan mata Celine tak lepas dari pemandangan tepi pantai yang indah itu apalagi waktunya sudah hampir sore dan matahari yang tak terlalu panas.
"Nona...baru pertama kali ke pantai?" tanya bibi Erina sambil memperhatikan dirinya yang menatap tepian pantai.
"Celine tidak tahu bi, Celine lupa. Sudah lama Celin tidak jalan-jalan seperti ini, jadinya tidak ingat. Tapi, seperti nya dulu pernah." ucapnya dan mengingat-ingat kembali kenangan masa lalu.
"Ya sudah, kalau begitu pemandangan ini jangan pernah nona lupakan, ya" ucapnya dengan lembut dan tersenyum hangat.
Celine pun mengangguk, kali ini menatapnya dengan benar "Iya bi" dia pun tersenyum lebih lebar dari biasanya.
...****...
"Paman!" teriaknya dari kejauhan saat mereka berjalan kembali dari berganti pakaian.
"Sudah selesai?" Ricardo menggendong Celine dan mereka pun bersama-sama melihat pemandangan itu dengan mata Celine yang tampak berbinar.
Bibi Erina yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil. Dia mengeluarkan ponselnya dan memotret keduanya.
Sangat dekat, sangat hangat dan penuh kasih sayang. Itulah kata yang bisa menjelaskan keduanya yang sangat dekat seperti ini.
"Kamu mau bermain air?" tanya Ricardo saat menatap Celine yang terus tampak kagum dengan pantai.
Celine mengangguk cepat "Iya paman, Celine mau!" jawabnya dengan penuh semangat dan tampak tak sabaran.
"Baiklah kalau begitu ayo" Ricardo pun berjalan ke arah bibir pantai dengan masih menggendong Celine di tangannya.
"Kamu pernah ke pantai Celine, hanya saja kamu melupakan nya karena itu saat kamu masih kecil" celetuk Ricardo. Jelas dia mendekatkan percakapannya tadi dengan bibi Erina yang bertanya tentang pantai.
"Benarkah? Tapi Celine tak pernah ingat pernah pergi ke pantai, paman" dia kembali mencoba mengingat-ingat.
"Kan sudah paman katakan, Celine melupakan nya karena waktu itu Celine masih kecil dan belum terlalu besar untuk bisa mengingat." dia menurunkan Celine di pinggiran pantai, membiarkan kaki gadis itu menyentuh air yang pasang surut.
"Kalau begitu, pasti bukan pantai ini yang Celine datangi waktu itu"
Ricardo tertawa kecil mendengarnya"Kamu tahu darimana bukan pantai ini yang kamu datangi?" dia tampak penasaran.
"Karena pantai ini begitu indah, jadi tidak mungkin Celine melupakan keindahannya dan pasti akan mengingatnya. Jadi kesimpulannya adalah, bukan pantai ini yang Celine kunjungi waktu itu" dia menendang air yang datang menyentuh kakinya.
"Begitu ya?" ucapnya dan berjongkok sambil memperhatikan hamparan air laut yang luas. "Kamu benar, bukan pantai ini yang kamu kunjungi saat itu"
"Nah, benar kan Celine bilang, paman" nadanya terdengar puas mendengar kalimat yang keluar dari bibir pamannya itu.
Ricardo pun kembali tertawa mendengarnya yang seperti itu. "Kamu berbicara sudah seperti orang dewasa ya, Celine? Padahal waktu itu kamu hanya bisa berkata 'paman paman, belikan Celine eskrim' seperti itu" celetuknya sambil tertawa.
"Tapi kan sekarang Celine sudah besar seperti yang paman katakan, jadi sekarang Celine akan berbicara layaknya orang dewasa"
"Haduh, kamu ini benar-benar mirip sekali seperti ibu mu, ya?" dia tampak menghela nafas saat memperhatikan gadis itu yang bermain air dengan kakinya.
"Memangnya mama seperti aku dulu?"
"Tentu saja, kalian sangat mirip"
"Tapi, aku hanya tahu mama yang lembut dan penyayang" kata-kata nya penuh dramatis yang membuat Ricardo tergelak.
Dari kejauhan datang bibi Erina yang membawakan tiga mangkuk eskrim untuk di makan di tepian pantai. "Ayo, ke sini makan eskrim dulu, atau eskrim nya akan cair."
"Eskrim?" Celine pun berlari dan langsung menyerbu eskrim itu saat datang. "Terimakasih bibi" ucapnya sedikit tidak jelas karena eskrim yang penuh di mulutnya.
Ricardo dan Erina hanya bisa tertawa melihat betapa lucu tingkah gadis kecil itu bersama dengan mereka.