Serena Halim, seorang Aktor papan atas yang mengalami Transmigrasi ke tubuh seorang Istri Pemburu.
Bagimana jadinya jika Serena yang kaya raya, tiba-tiba menjadi istri durhaka, yang hidup dalam kemiskinan di peradaban China kuno.
Note : Berdasarkan Imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Unjuk Bakat
Yue dan Yuwen berlutut menerima Dekrit Kaisar, mereka terlihat menawan meskipun Yue terlihat hanya mengikuti Yuwen saja.
"Saya menerima Dekrit Kaisar, terimakasih atas kemurahan hati yang mulia Kaisar." Ucap Yuwen.
"Bangunlah, semoga kalian hidup bahagia dan berumur panjang." Ucap Kaisar Lin.
Yue dan Yuwen berdiri, memberi penghormatan pada Kaisar. Seorang pelayan datang membawakan nampan berisi cangkir, serbuk teh, gula dan air hangat. Yue menyedihkan teh terbaik yang dirinya bisa, dia sudah belajar menyeduh teh.
Setelah teh jadi, Yue membawa satu cangkir untuk memberikannya pada Kaisar. Bentuk bakti dan penghormatan dari Yue sebagai menantu, Yue juga memberikan satu gelas pada Permaisuri selaku Ibu mertua tirinya.
Kaisar dan Permaisuri meneguk teh itu, semuanya berjalan lancar tidak ada drama keracunan. Setelah pemberian Dekrit di sah kan, Yue dan Yuwen kembali ke kursi mereka.
"Dimana Yi'er?." Kaisar tidak melihat Yi'er.
"Dia akan datang bersama He." Ucap Yuwen.
"Panggil mereka kemari." Perintah Kaisar.
Pengawal dengan cepat berlari, memanggil Yi'er dan He yang masih sibuk menghitung ikan di dalam danau.
"Paman, apa disini ada buaya." Tanya Yi'er.
"Tidak, kenapa kau bertanya hal menakutkan." He Mengkrenyit.
"Di sungai gunung, ada banyak buaya yang besar-besar. Giginya sangat tajam, aku pernah hendak dimakan salah satu dari mereka. Untung saja Ayah menyelamatkanku tepat waktu." Ucap Yi'er.
"A-apa? apa kau baik-baik saja? kau tidak takut air karena truma kan?." Tanya He.
"Aku ketakutan sampai demam, tapi setelah itu aku biasa saja. Ayah sudah memburu dan membunuh semua buaya di sungai." Ujar Yi'er.
"Sepertinya hidupmu selalu menegangkan, selain buaya apalagi hewan yang pernah kau temui?." Tanya He, merasa penasaran.
"Ada beruang, serigala, harimau, Babi, Rusa, kelinci... ada banyak hewan. Paling menakutkan saat musim salju itu serigala dan haina." Ujar Yi'er.
"Astaga, bagaimana cara kalian bertahan selama ini?." He terlihat syok.
"Hanya berburu dan berlatih, tapi aku senang disana Paman. Disana tidak ada orang jahat." Jujur Yi'er.
"Mungkin kau nyaman disana, tapi kau harus ingat kalau kau ini manusia. Kau harus hidup bersama sesama manusia." Ucap He, menasihati.
"Bukannya Ayah dan Ibu itu juga manusia." Heran Yi'er.
"Maksudku, hidup bertetangga dan punya teman sesama manusia." He merasa bingung dengan pola pikir Yi'er.
"Manusia menyebalkan." Gerutu Yi'er.
"Kau juga manusia." He melirik.
"Bukan, aku siluman Naga." Sombong Yi'er.
"Ohh, benarkah? Lalu Ayahmu itu siluman apa?." He menahan tawanya.
"Siluman Kadal." Jawab Yi'er polos.
"Pfttt, Hahahahahhaha." He tidak bisa menahan tawanya lagi.
Membayangkan manusia sebesar dan segagah Yuwen menjadi siluman Kadal. He merasa perutnya geli dan sulit menahan tawanya.
"Kenapa paman tertawa?." Yi'er bingung.
"Hahahaha, tidak-tidak. Lalu Ibumu itu siluman apa?." He merasa sangat terhibur.
"Kata Ayah, Ibu siluman monyet." Jawab Yi'er.
"BAHAHAHAHHAHAAH." Tawa menggelegar He pecah, dia tertawa sampai tubuhnya bergetar.
"Hey, Paman menertawakan Ayah dan Ibu ya?!." Yi'er marah.
"Tidak kok, aku tertawa karena merasa terpukau." Ucap He, menghapus air mata di sudut matanya.
Saat mereka sedang sibuk cekcok itu lah, pelayan dan pengawal datang menghampiri. Memberitahukan perintah Kaisar agar mereka segera datang ke Aula perjamuan.
"Hormat kepala yang mulia pangeran He dan pangeran Yi. Kaisar meminta anda menghadap, perjamuan akan segera dimulai." Ujar Pelayan.
"Ya." Jawab He.
He menggandeng Yi'er dan berjalan menuju Aula perjamuan. Mereka terlihat mirip, hanya saja aura Yi'er lebih mendominasi dan He terbanting oleh anak kecil.
"Aku merasa menjadi pemeran sampingan." Batin He.
"PANGERAN KE ENAM DAN PANGERAN YI MEMASUKI RUANGAN."
Kasim berteriak menggelegar, He melepas tangan Yi'er. Membiarkan anak itu berjalan masuk dan bersinar, dia akan mengikuti dari belakang.
Yi'er melangkah dengan kaki kecilnya yang mantap, tatapan matanya tajam. Dia terlihat Mengintimidasi padahal masih kecil, dia menatap lurus ke arah Kaisar dan berhenti tepat di tengah, bersiap memberi salam.
"Memberi hormat pada yang mulia Kaisar." Ucap Yi'er, sudah belajar dan diomeli oleh Yue.
Kaisar menatap dengan puas dan bangga, Yir sangat pantas menjadi seorang Pangeran. Dia tampan dan berkharisma, tatapannya tajam dan dia terlihat memiliki aura kuat yang mendominasi, meksipun usianya masih belia.
"Kenapa kau baru datang?." Tanya Kaisar.
"Melihat ikan di danau bersama Paman He." Jujur Yi'er.
"Apa kau tidak tau disiplin?." Sindir permaisuri.
"Pemeran utama selalu datang terakhir." Ucap Yi'er, sombong.
"Ohh, artinya pemeran utama hari ini adalah He." Ucap Kaisar, merasa geli.
"Paman burung tidak ikut memainkan peran." Ujar Yi'er.
"Paman burung?." Heran Kaisar.
"Ayah bilang, Paman He suka menggigit burung anak nakal." Ucap Yi'er.
Yue mati-matian menahan tawanya, Yuwen hanya datar-datar saja seakan tidak punya dosa. Sedangkan Hen sudah memerah malu dan kesal, lagi-lagi dia dibuat kesal setengah mati oleh anak iblis itu.
"Sialan, akan ku hajar kau setelah ini. Dasar anak iblis." Batin He, merasa kesal.
He merasa tiba-tiba merinding dan punggungnya dingin. Dia menoleh, melihat tatapan tajam Yuwen padanya, He langsung kicep begitu saja.
"B-begitu ya, duduklah dan nikmati pestanya." Kaisar kehabisan kata-kata.
Yi'er berjalan ke meja orangtuanya, dia langsung memeluk manja Ibunya. Yuwen yang melihat itu tersenyum, dia mengangkat Yi'er agar duduk di tengah dan makan makanan perjamuan dengan lahap.
Para penari mulai masuk, penari itu melenggak lenggok dengan menggoda. Pakaian mereka sedikit terbuka dan mata mereka melirik pada para pria, Yue melihat dengan santai.
Banyak sekali yang melirik ke arah Yuwen duduk, lama-lama Yue jadi kesal dan menoleh ke arah suaminya. Yuwen boro-boro melihat pertunjukan, dia malah sibuk mengunyah penekuk yang disuap oleh Yi'er. Mulutnya sudah penuh tapi Yi'er terus menyuapinya.
"Hmhmhnhmhn." Yuwen menolak suapan.
"Makan yang banyak biar cepat besar." Ucap Yi'er.
Gluk
"Harusnya Ayah yang bilang begitu padamu." Ucap Yuwen, menelan dengan susah payah.
"Yi'er sudah besar, nah ayo makan lagi. Jangan jadi anak nakal, nanti burung Ayah di gigit Paman burung." Ancam Yi'er.
"Itu mengerikan." Wajah Yuwen menghitam.
He yang duduk di meja sebelah menutup kedua telinganya muak, dia ingin berteriak keras. Ingin sekali dia menyumpal mulut Yi'er.
Tidak lama berselang, Selir kesayangan Lin Ru atau putra mahkota maju ke depan. Dia membawa seruling, dia akan melakukan pertunjukan entah untuk apa.
Dia meniup seruling lalu melenggak lenggok dengan tidak pantas, dia terus menari dengan fulgar. Lalu melirik ke arah Yuwen, Yue mengernyit.
"Apa sih njir? Lo lagi menggoda suami gue terang-terangan? Ohh Lo pasti berpikir semua laki-laki suka sama Lo ya? Idihh." Batin Yue julid.
Setelah dia selesai menari, Yuwen sama sekali tidak melirik bahkan sedetik. Dia fokus menjawab semua pertanyaan Yi'er yang sedang pintar-pintarnya.
"Yang mulia Kaisar, saya dengar Adik Ipar adalah seorang Pendekar. Saya jadi ingin melihat bakat adik ipar." Ucapnya.
"Yue? apa kau ingin menunjukkan bakatmu?." Kaisar menoleh pada Yue, yang sudah menahan muak.
"Wah saya tidak diperbolehkan menari seperti itu, tapi saya bisa sedikit menyanyi bersama suami saya disini." Jawab Yue.
"Bersama Yuwen?." Kaisar terkejut, tidak tau jika Yuwen bisa menyanyi.
"Hanya sedikit saja." Ucap Yue.
"Lakukanlah." Ucap Kaisar.
Yue menatap Yuwen. Beberapa waktu belakangan Yue sering menyanyikan lagu "Tak sanggup tanpamu" dalam bahasa Mandarin, Yuwen jadi tau lirik reff nya sedikit.
Sesungguhnya aku,
Tak sanggup tanpamu.....
Tapi taukah kamu ...
Betapa ku mencintai dirimu...
Tak sanggup ku melawan hatiku..
Yang selalu menginginkanmu...
Hanya beberapa penggal kalimat, tapi menghipnotis banyak orang. Suara Yuwen yang berat, dingin namun merdu menyatu dengan suara Yue yang halus dan bernada tinggi. Mereka menyanyi dengan sangat merdu sekali, bahkan membuat semua orang jadi ingin tau lirik ful nya.
Wah lagu apa itu?
Lagu yang romantis
Aku sampai tersipu
Suara mereka indah sekali
Apa mereka membuatnya sendiri
Mereka romantis sekali
Sangat manis
"Aku tidak menyangka kau bisa menyanyi, Yuwen." Kaisar terpana.
"Itu karena aku selalu diminta menyanyikan lagu tidur oleh Yi'er." Jujur Yuwen.
"Itu menakjubkan, tapi bukankah terlalu singkat." Ucap Putra mahkota.
"Karena aku tidak rela suara merdu istriku di dengar banyak orang." Yuwen posesif.
"Bukankah kau terlalu mengekang?." Putra mahkota Mengkrenyit.
"Tidak, mana mungkin aku mau membiarkan pria lain melihat betapa indah dan menawan istriku. Hanya aku saja yang boleh tau." Ucap Yuwen, tidak bisa diganggu gugat.
Para tamu undangan berbisik, teringat dengan selir putra mahkota yang sempat menari di hadapan banyak pria. Mereka juga merasa itu aneh, karena selir adalah wanita bersuami.
"Sialan, Awas saja nanti." Batin Selir.
semua itu ada pada tempat nya dan porsi nya masing-masing.