Pernikahan paksa yang sama sekali tidak diinginkan oleh Rakha, membuat pria berusia 27th itu membalas kekesalannya pada Elvira sang istri.
Rakha mengira jika wanita 20th itu sengaja mendekati Neneknya hingga berhasil menikah dengannya hanya untuk mengincar harta mereka.
Namun dibalik itu semua, tersimpan rahasia besar di masa lalu yang memaksa Elvira harus melakukan berbagai cara untuk bisa menikah dengan pria yang dianggapnya baj1ngan itu.
Lalu apa rahasia masa lalu itu, dan bagaimana Rakha dan Elvira menjalani pernikahan yang diawali dengan keterpaksaan dan kebencian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Pernah Menghargai
Begitu Rakha pergi dengan kemarahannya, Elvira menjatuhkan diri ke lantai dengan rasa lemas ditubuhnya. Sebenarnya hatinya merasa sakit, tubuhnya merasa lelah, tak sekuat seperti yang ditunjukkan di depan Rakha, Tapi dia harus tetap terlihat kuat demi untuk masa depan yang tengah dia perjuangkan. Mengingat itu semua, Elvira kembali berpikir, apa sikapnya salah dalam menghadapi Rakha sehingga Rakha semakin menjadi-jadi? Pertanyaan itu terbersit dipikirannya, tapi Elvira pikir lagi, dia tidak memiliki pilihan lain karena Rakha sudah begitu membencinya atas pernikahan yang terjadi.
"Tapi tidak ada salahnya jika sekarang aku merubah sikapku kepada," batin Elvira, mengusap air matanya dan bangkit dari duduknya.
"Ya, mungkin saja jika aku bersikap lembut dan patuh, Rakha akan luluh, dan meninggalkan semua kebiasaan buruknya." memikirkan itu semua, keesokan harinya Elvira pagi-pagi sekali sudah menyiapkan sarapan untuk Rakha, setelah itu, menyelinap masuk ke kamar, untuk menyiapkan satu stel pakaian untuk digunakan Rakha pegi ke kantor. Mendengar kunci kamar mandi tengah di buka, Elvira buru-buru keluar dan kembali ke dapur menyiapkan bekal. Ini pertama kalinya Elvira membuatkan bekal untuk Rakha sehingga dia sendiri pun merasa ragu apakah Rakha mau membawanya atau tidak.
Sementara itu, Rakha yang keluar dari kamar mandi, merasa heran melihat satu stel pakaian sudah disiapkan di atas tempat tidur.
"Siapa yang menyiapkan ini," gumamnya dalam hati.
"Ah siapa lagi kalau bukan wanita manipulatif itu." lanjut Rakha yang menduga itu dilakukan oleh Elvira. Karena hal itu, Rakha enggan memakainya dan memilih sendiri pakaian yang akan di kenakan.
Setelah selesai bersiap, Rakha turun dan semakin merasa heran dengan Elvira yang menyambutnya dengan senyum manisnya.
"Kamu sudah siap, duduklah kita sarapan," ucap Elvira menarik kursi, mempersilahkan Rakha duduk. Meskipun hatinya merasa kecewa karena baju yang disiapkan tidak di pakai oleh Rakha, tapi Elvira tetap berusaha tersenyum dan melayani Rakha dengan baik.
"Ada apa dengan mu?" tanya Rakha heran.
"E-tidak ada." saut Elvira, mengulas sedikit senyumnya.
Karena sudah terlanjur benci dengan Elvira, Rakha menatap Elvira dengan tatapan penuh curiga, Rakha berpikir ini hanyalah trik barunya untuk membuatnya tetap menjadi istrinya. Karena bagaimana mungkin, setelah pertengkaran hebat kemarin, Elvira justru bersikap baik padanya. Memikirkan itu semua, Rakha menjadi kehilangan selera makan. Rakha langsung bangkit dan menendang mundur kursi yang dia duduki, lalu bersiap untuk berangkat.
"E-Rakha, aku menyiapkan ini untuk mu," ucap Elvira, mengulurkan kotak makan yang sudah di siapkan.
"Apa yang kali ini kamu rencanakan, apa kali ini kamu menambah racun ke makanan itu?" tanya Rakha melangkah mendekati Elvira dengan sikap dinginnya.
"Aku tidak merencanakan apapun, dan bagaimana mungkin aku menaruh racun kedalam makanan mu, sementara aku hanya ingin menjadi istrimu?"
Mendengar jawaban yang Elvira berikan, Rakha kembali merasa kesal dan langsung berbalik meninggalkannya.
"Rakha..."
Mendengar panggilan Elvira yang terdengar lembut, beda dari biasanya, Rakha kembali menghentikan langkahnya.
"Semalaman aku sudah merenungi kesalahanku. Ya, tidak seharusnya aku bersikap kasar padamu, seharusnya aku tetap menerima apapun yang kamu lakukan jika ingin tetap menjadi istrimu, untuk itu, aku minta maaf, aku janji mulai hari ini aku akan belajar menjadi istri yang baik untuk mu."
Setelah mendengarkan itu Rakha kembali melangkah tanpa menoleh apalagi menjawab apa yang Elvira katakan. Rakha sama sekali tidak percaya dengan apa yang Elvira katakan. Rakha berpikir jika ini hanyalah trik baru Elvira untuk mendapat simpati darinya.
"Kita lihat, seberapa lama dia berpura-pura." batin Rakha yang kemudian meninggalkan rumah dengan mobilnya.
...----------------...
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa ini sudah memasuki tahun pertama pernikahan Rakha dan Elvira, dan selama itu juga Elvira tetap bersikap baik dan melayani Rakha dengan sepenuh hatinya meskipun sampai saat ini Rakha masih tidak menghargai apa yang dilakukan untuknya. Rakha justru semakin semena-mena pada Elvira karena berpikir Elvira sudah jatuh cinta padanya.
Seperti malam ini, dimana Nenek mengadakan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, justru Rakha tidak pulang untuk merayakan dengan berbagai macam alasan. Padahal tadi sore, Rakha sudah berjanji untuk pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya tapi sampai para tamu undangan pulang Rakha tidak juga pulang. Karena merasa malu, Nenek yang juga sudah sangat kelelahan merasakan sesak hingga terasa ke belakang tulang dada hingga nyaris membuatnya jatuh.
"Nenek..." teriak Elvira, menahan tubuh Nenek yang terlihat begitu lemah.
"Elvira..." lirih Nenek, memegang lengan Elvira dengan rasa bersalahnya.
"Maafkan Nenek tidak bisa membuat Rakha pulang merayakan aniversary kalian."
"Tidak papa Nenek, belakangan ini Rakha memang sangat sibuk."
"Kesibukan apa yang dilakukan sampai dia tidak bisa pulang sebentar saja untuk merayakan momen penting ini?"
Mendengar itu Elvira hanya tersenyum. Sebenarnya dalam hatinya juga sudah merasa lelah menjalani pernikahannya dengan Rakha, tapi ada janji yang harus di tepati sehingga Elvira harus tetap bertahan dalam pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan.
"Elvira, apa tidak sebaiknya kita katakan saja kebenarannya pada Rakha, mungkin jika dia tahu kebenarannya dia jadi berpikir dan mau berubah."
"Tidak Nenek, aku tidak ingin dia berubah karena mengetahui kebenaran, tapi aku ingin dia berubah karena dia ingin berubah."
Mendengar jawaban Elvira, Nenek hanya terdiam menyerahkan keputusan pada Elvira, tapi dalam hatinya berjanji, jika sekali lagi cucunya menyakiti Elvira, maka dia akan mengatakan kebenarannya sendiri tanpa perlu persetujuan dari Elvira.
"Nenek sakit sekali," keluhnya.
Mendengar itu Elvira yang merasa khawatir berteriak memanggil Rendi dan memintanya untuk membawanya ke Rumah Sakit.
Begitu tiba di rumah sakit, Elvira mencoba menghubungi Rakha berberapa kali tapi Rakha tidak mengangkat panggilan darinya, begitupun dengan pesan yang Elvira kirimkan tentang kondisi Nenek, jangankan di balas, dibaca pun tidak.
Setelah Dokter keluar, Elvira bergegas menanyakan keadaan Nenek pada Dokter. Dan jawaban Dokter yang mengatakan Nenek terkena penyakit jantung membuat Elvira merasa semakin khawatir dengan kondisi Nenek.
Sesudah melihat kondisi Nenek, yang kini terbaring tak sadar kan diri, Elvira meminta Rendi untuk menjaga Nenek sementara dia pergi ke kantor untuk menemui Rakha karena sudah berulang kali menghubungi tapi Rakha tidak meresponnya.
Mengingat ini sudah hampir jam satu dini hari, suasana kantor begitu sepi, hanya ada beberapa penjaga keamanan di depan dan beberapa orang yang bekerja lembur, itupun sudah bersiap untuk pulang.
Dengan jantung berdegup kencang, Elvira menuju ruangan Rakha tapi begitu dia sampai disana, Elvira kembali harus mendengar aktivitas jahanamnya dengan seorang wanita. Tidak tahan dengan itu, Elvira menendang pintu hingga membuat dua orang yang tengah beradu menoleh ke arahnya.
"Berrrani sekali kau!" hardik Rakha yang tengah berada di ujung has-ratnya tapi di hentikan oleh Elvira.
Namun Elvira mengabaikan kemarahan Rakha dan menarik wanita itu turun dari pangkuan Rakha dengan menjambak rambutnya.
Tidak hanya menjambak, Elvira juga menamparnya berkali-kali lalu mengusirnya dari sana tanpa memberinya kesempatan untuk memakai pakaiannya dengan benar.
"Pergilah kau wanita sia-lan!" teriak Elvira begitu berhasil mengeluarkan wanita itu dari ruangan. Tapi begitu Elvira berbalik badan, Elvira dikejutkan oleh Rakha yang sudah berdiri di depannya.
"Kau mengusirnya disaat aku sedang begini, apa kau memang ingin menggantikan posisinya?"
Bersambung...
ini udah happy nanti yg pernah di masukin PD datang minta pertanggungjawaban
lanjut thor makin penasaran
lanjut thor jangan kelamaan
lanjut thor penasaran nih
lanjut thor semangat
menunggu konflik selanjutnya masih hangat" kuku bukan panas membara jadi masih so so only
lanjut thor..