NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:45.4k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kawan Baru

#07

selamat ngikik kawan 👻

“Kok, mata kita cama, cih, walnanya bilu-bilu? Lambut juga cama?” cetus Mayra. 

“ … “ 

Al yang tidak banyak bicara, hanya menatap gadis di hadapannya, memang benar, mereka memiliki beberapa ciri fisik yang sama. 

“Kamu punya mulyut, loh. Kok aku cepelti nomong cama kalung jelami,” sambung Mayra. 

“Sembarangan, Mommy dan Oma bilang, aku ganteng. Enak aja bilang kayak karung jerami,” gerutu Al makin senewen. 

“Makana kalo ada gadis tantik nanya, tuh dijawab, bukan dikacangin.” 

Al berjingkat sedikit setelah mendengar Mayra berkata dengan gayanya yang narsis, “Cantik? Cantik dari mana?” Al membatin. 

“Sorry, aku gak suka kacang.” 

Pluk! 

Mayra menepuk jidatnya sendiri, “Bukan kacag untuk dimakan, tapi tenapa gadis tantik ini di cuekin makcudna. Hadeeuuh, tinggal di planet mana, cih? 

Al kembali diam melihat tingkah Mayra yang rempong. Kemudian melirik sekilas emblem nama yang menempel di pakaian Mayra. 

“Namamu, Mayra?” 

“Iya, kok tahu, cih? Kan aku belyum bilyang?” 

“Kan ini ada tulisan, ngomongnya yang benar, dong, masa sudah TK masih cadel, seperti bayi saja.” 

Ilfil seketika Mayra, selama ini orang-orang menganggap cara bicaranya lucu, baru kali ini ada yang mengejeknya terang-terangan. 

“Aku cudah becal, enak aja di bilyang macih bayi. Talo bayi tuh, ada di pelyut Nnda, di pelyut Mimi Dhela, dan di pelyut Onty Nada.”

Mayra mengabsen satu persatu para wanita hamil yang ada di keluarga besarnya, padahal bukan hal yang penting untuk diberitahukan, tapi rasanya sudah tak sabar memiliki anak buah yang bisa ia perintah sesuka hati. 

Karena di keluarganya dirinya menjadi satu-satunya anak kecil yang masih menjadi sasaran pembully-an terencana. 

“Tuh, marah kan? Tadi kamu bilang aku seperti karung jerami,” balas Al dengan sindiran jelas. 

Mayra manyun lalu bersedekap. 

“Cih, coba bilang ERRRRR—” sambung Al. 

“Boleh, capa tatut, ELLLLL— eh, calah,” tiru Mayra, ia kembali mengatur lidahnya agar tidak salah ucap. 

“El— elllll— ellss—” Sayang, usahanya masih gagal. 

Al tergelak geli, “Tuh, kan, macih cepelti bayi,” ledek Al, sengaja dengan suara cadel. 

Mayra kembali bersedekap, memalingkan wajahnya yang cemberut seperti rambut yang gagal direbonding. 

Hari pertama sekolah, Mayra berharap dapat teman baru yang manis, cantik dan juga baik, bukannya teman laki-laki menyebalkan seperti hari-hari biasa di rumah. Ternyata, Al juga 11 12 sama seperti para sepupunya di rumah, sama-sama bikin kesal saja. 

“Nama kamu capa?” tanya Mayra, masih kesal, tapi dia ingin tahu. 

“Nih, Al menunjuk emblem nama di pakaiannya.” 

“Iih, aku blyum bica baca, cebut aja!” 

“Alvaro Xzander,” jawab Al lugas. 

“Cucah amat namana, Lavalo xca— sa— duh, cucah,” keluh Mayra setelah beberapa kali memonyongkan bibirnya, ditambah gerakan lidahnya tidak sinkron dengan isi kepalanya. 

“Hei, namaku Alvaro, enak saja mengganti-ganti nama orang.”

“Iya, Lavalo, kan?” ulang Mayra sok tahu. 

Al menggaruk rambut di kepalanya. “Bukan Ravalo, tapi Al—”

“Al—” Mayra menirukan. 

“Va—”

“Va—”

“Ro—”

“Lo—”

“Al va ro—”

“La va lo— aku cudah benal.” Mayra tetap keukeuh mengatakan bahwa ia benar. 

Gubrak! 

Al hanya bisa meringis, kesal tapi harus maklum dengan kekurangan kawan barunya. Akhirnya Al hanya mengangguk pasrah, makhluk bernama wanita memang kadang sulit dimengerti. 

“Baik, Teman-teman. Semua sudah dapat pasangan?” tanya Bu Tyas, ketika semua muridnya sudah duduk di dekat pasangan mereka masing-masing. 

“Sudah, Bu.” 

“Nah sekarang, kita mulai bermain, ya?” 

•••

Jam sekolah tiba, murid-murid berhamburan menghampiri orang tua mereka masing-masing, namun, tidak demikian dengan Al dan Mayra yang sama-sama belum di jemput. 

Wajah Al cemberut, dan Mayra pun merengut, tadi keduanya gagal dapat juara 1 karena beberapa kali gagal menyebutkan nama sayur dan buah. 

Di babak terakhir permainan, ada 2 kelompok yang nilainya seimbang, jadi Bu Tyas memberikan satu tebak-tebakan, siapa yang bisa menjawab, dialah pemenangnya. 

Al sudah benar dengan jawabannya, tapi Mayra yang mengangkat tangan terlebih dahulu, dan ternyata, jawabannya salah. Jadi, bukan main kesalnya Al. 

“Dasar, kalau tidak pintar setidaknya jangan menjawab.” 

Begitulah bunyi tudingan Al, tentu saja Mayra marah, moodnya memburuk seperti baru saja diterpa badai maha dahsyat, dan bibir mungilnya menggerutu tak sabar mengadukan nasib buruknya pada sang uncle kesayangan. 

“Yang belum di jemput, boleh menunggu di sini, ya?” Bu Tyas menunjuk sebuah kursi panjang di halaman sekolah, kemudian mempersilahkan Mayra dan Al untuk duduk. 

Wanita itu tersenyum geli melihat kedua anak itu saling membuang pandangan mereka, padahal ketika bermain tadi keduanya kompak sekali. “Kok masih pada melengos? Kan tadi sudah berbaikan.” 

“Mayla da mau belbaikan denan laki-laki yang mulutnya kayak keong lacun.” 

“Bu, Al juga gak mau berbaikan dengan perempuan sok tahu.” 

“Waduh, kalau kalian marahan begini, terus Bu Tyas berteman dengan siapa, dong?” 

“Cama dia, tcuh!” 

“Sama dia, tuh!” 

Jawab Al dan Mayra bersamaan, seperti dua anak yang sudah seiya sekata, padahal masih sama-sama marah. 

Bu Tyas hanya menggelengkan kepala dengan senyum kecil di bibirnya, wanita itu mengusap kepala Mayra dan juga Al dengan sayang. Jika Mayra tak marah dengan perlakuan Bu Tyas, maka Al sebaliknya. 

“Sorry, Bu Tyas, Al tak suka di usap di kepala, karena Al sudah besar,” protes Al, yang membuat Bu Tyas reflek mengangkat telapak tangannya dari kepala Al. 

“Maaf,” ucap Bu Tyas reflek. 

“It's okay.”

Sekitar sepuluh menit kemudian, Leon datang lebih dulu, “Uncle!” pekik Mayra bahagia, ia berlari menyongsong pria itu, sementara Al hanya bisa melihat dengan tatapan yang entah bagaimana. 

“Cantik, gimana sekolahnya?” tanya Leon, namun, tatapannya terpaku pada Al yang kini menunduk seorang diri memandangi sepatunya. 

“Celu, cuma cedikit kecal,” lapor Mayra. 

Leon mengerutkan keningnya heran, “Kesal, karena?” 

“Tuh, dia menyebaltan, cepelti pala kembal di lumah!” sungut Mayra sembari melengos. 

“Masa, sih, coba Uncle kenalan dulu sama dia,” usul Leon. 

“Tidak bolyeh!” 

“Loh, kenapa?” 

“Selain menyebaltan, dia juga galak, nomongna pedes! tayak makan cabe cebaskom.” 

Leon pura-pura tercengang, “Masa, sih? Uncle jadi makin penasaran, soalnya belum pernah makan cabe sebaskom.” 

Mayra tak lagi mencegah, ketika Leon mendekati Al, “Hai, Boy.” 

“I'm a man, not a boy.” 

Baru juga satu kalimat yang Al keluarkan, Leon sudah terdiam menelan ludah. “Really? Wow, you are a good man. Tell me, what's your name?” 

“Al,” jawab Al singkat. 

“Hanya itu?” 

“Alvaro Xzander.” 

Al memiliki mata berwarna biru, namun, sorot matanya membuat Leon teringat pada seseorang. tak hanya mata, kini namanya pun serupa dengan nama keluarganya, Xzander adalah kata lain dari nama Alexander. 

“Hai, Al. Uncle adalah pamannya Mayra.” 

Leon mengulurkan tangannya, namun, Al hanya meliriknya sekilas. Bu Tyas yang masih berada di sana, hanya diam dan mengamati saja. “Yeah, I know.” 

“Mau beli ice cream? Uncle yang traktir.” 

Leon jadi makin penasaran dengan kawan baru Mayra tersebut, hingga ia sengaja mengajak Al pergi membeli ice cream di minimarket di depan sekolah. 

“Tidak, Mommy bilang, tidak boleh menerima pemberian dari orang asing yang tidak kita kenal. Karena mungkin saja dia adalah orang jahat.” 

Gubrak! 

Leon hanya bisa melongo mendengar penolakan Al. 

1
kalea rizuky
Agnes yg bkin semua ribet da Leon yg merasakan sakiit sendiri hm. gk adil bgt meski. ini andil si debrot perusuh
Bunda Aish
ayolah Leon semangat 💪 belajar sama bunda Emira gih gimana caranya 😁
Uba Muhammad Al-varo
begitulah cinta butuh pengorbanan dan kesetiaan dan jangan meureum melulu tuh mata dan hatimu kini waktunya melek, cobalah selidiki/telusuri apa yang sebenarnya terjadi pada waktu Agnes minta cerai Leon, gregetan jadinya....
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
😭😭😭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
yes 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
bisa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Apa Al mendengarnya 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
🤣🤣🤣
Sh
suka sekaliiii.... love...like..pakai banget....siksa terus.....aku kasih jatah 2 vote dan kopi😍😍😍
Sh
Makanya..Agnes kalau ngomong tuh harus pakai bahasa asing ..jadi kalau didengarin..ga ada yang ngerti...#$**@@..ngomong bahasa Indonesia ..pergi bertiga ama Daddy-nya Al....ya ketahuan lha...
moon: ntar gak segera di bongkar, netijen ribut lagi.🥺
total 1 replies
Sh
kalau di sana Leony agak terpaksa dengan Rama... kalau di sini aku ga ngerti...Agnes ada cinta ga Ama Rama
Sh: oh ..ok...ditungguin....lanjut.. goyang Mangggg
total 2 replies
Fa Yun
Leon kasihan ♥️
kymlove...
tetap aja Rama pemenangnya kalau leon aja tetap bodoh dengan tidak mencari kebenarannya di masa lalu... udah di kasih tau sejelas itu sama Agnes tapi otaknya tetap aja lelet gk konek dengan semua hal di masa lalu nya...
Ais
makanya jng egois satu sama lain smu pny andil salah kamu jg leon msh aja ngk ngeh akan clue yg agnes kasih dimasa lalu cb cek kontak kamu apakah ad nomer yg tiba"kamu blok coba pulihkan smua data dimasa lalu smua akan terjawab dr situ kamu bs mencari celah buat mengambil lagi apa yg mmg jd milik kamu😤😤😤
Bunda Idza
ya kalian berdua sama2 mengambil kesimpulan tanpa penelitian detail

ikutan perih ei.....
Marsiyah Minardi
Apa Leon ga punya jiwa petarung ya ,kok menye menye gitu ,hadehhhhh
Apa Leon baru tersadar jika Agnes duduk di pelaminan sama Rama
moon: udah do tabok anaknya nih, kak.

habis ini pasti gerak.

👻👻👻
total 1 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

kasihan kali kau leon, gak tahu apa-apa tapi seolah semua kesalahan tertimpa padamu... kamu yg ditinggalkan, ditolak, dan harus menanggung rasa sakit sendirian... huhuhu, sakit sakit sakitnya tuh di sini... kezaaaammm kezaaaammm, othor tega bikin ibu menangisss😭
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨: tak like lah/Smug//Smug//Smug//Smug//Smug/
total 2 replies
Lydia
Yang salah Agnes & Leon klo soal Al. Lanjut Author. Terima Kasih.
Esther Lestari
semangat Leon untuk berjuang merebut hati Al dan mommy nya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
iya si Leon terlalu lelet😅😅😅
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 16 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!