 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
"...."
Untuk tingkat penjagaan semacam itu terhadap sebuah ruangan, tentu saja akan terlihat mencurigakan, pasalnya. Penjaga yang mengunakan armor biasanya memiliki tugas khusus yang tidak sembarang orang bisa kerjakan.
"Apa ada sesuatu di dalam sana?."
Karena penasaran dengan ruang yang mereka jaga, aku mengunakan sihir dari kehidupan ke-15 ku.
Sekilas info, setiap kali aku bertransmigrasi, semua pengalaman termasuk bakat yang kumiliki ikut kubawa bersamaku setiap kali berpindah dunia. Bagian ini adalah hal yang sanga aku syukuri, kecuali fakta bahwa semua uang yang susah payah susah payah ku timbun menghilang entah kemana. biarpun begitu, rasa bersyukurku masih tetap lebih besar.
"Fyuh... Apa yang sudah hilang biarlah hilang dan mari kita ambil simpan hal baru untuk masa depan."
Wussss.... Sebuah benang hitam halus transparan yang kuberi julukan 'Benang Hantu' mulai mengambang tanpa menimbulkan bunyi kearah kedua penjaga yang sigap menjaga pintu dengan segenap jiwa mereka.
Untung saja dunia ini memiliki konsep sihir yang mudah di pahami. Bukan hanya itu saja, energi sihir yang meluap-luap juga menjadi faktor pendukung yang membantu jiwaku beradaptasi dengan cepat di dunia ini.
"Baiklah."
Tali sihir yang ku gunakan sangat transparan, hampir tidak terlihat. Untuk tingkat orang biasa, mereka tidak akan bisa melihat benang ini ketika itu melilit tubuh mereka.
"Kena kalian," bisikku pelan.
Benang transparan itu mengikat bagian kepala, bahu hingga perut kedua penjaga ke arah berlawanan. Kemudian. Perlahan, aku mengerakkan jari-jariku seperti sedang memainkan boneka tali.
MENARIK.
Tarikan dari dua arah berlawanan menyebabkan kedua penjaga itu saling berbenturan menghantam baju besi masing-masing.
DUBRAK. Suara hantaman cukup keras namun sihir kedap suara telah ku pasang lebih awal sebelum membuat benang hantu dan meredam kebisingan suara semaksimal mungkin.
"Yes!."
Melihat keduanya tumbang, aku pun bisa keluar dari tempat persembunyian lalu melangkah mendekat. Sesampainya di dekat penjaga yang pingsan, aku melihat mereka sebentar dan memastikan tidak ada orang lewat dari arah lain.
Bagus.
"Maaf, aku hanya penasaran dengan ruangan ini."
Ku alihkan perhatianku kembali pada pintu, menyentuhnya dengan telapak tangan lalu mencoba melihat kedalam ruangan, tetapi.
BBBBZTT...
"Wow!!!."
Saat energi sihirku masuk melalui pintu, pancaran gelombang magis kuat memantulkannya kembali padaku. "Awt- awt-!.Itu menggelitik." Sejenak mata kananku terasa mati rasa tapi untunglah hanya sebentar.
"Hahaha...," tersenyum. "Selama aku hidup hanya sedikit hal yang dapat membuatku tertarik, dan sekarang." Sekali lagi aku menyentuh pintu kayu tebal itu dengan tangan kanan ku dan kembali di sengat oleh energi listrik.
"Angni"
Begitu kalimat sihir yang memiliki arti 'Terbuka' terucap dari mulutku. Cahaya biru dengan lingkaran sihir rumit kelas tinggi menunjukkan wujudnya.
Sihir 'Pengucapan' yang baru saja ku gunakan adalah salah satu sihir kelas atas yang hanya dapat di gunakan oleh mereka yang hidup sebagai mahluk Ilahi.
Aku dengan mudah mengucapkan itu sekarang karena di kehidupan ku yang ke-24, aku hidup sebagai sebuah Pohon Roh di dunia tanpa manusia. Kehidupan ku sebagai pohon tidak berlangsung lama, hanya sekitar 5 tahun dan aku mati setelah menguasai penuh bahasa Pohon Roh tingkat atas. Memikirkan berapa sulitnya masa-masa belajar berbicara rasanya sangat menyedihkan.
Tidaklah mudah untuk mengucapkan sihir Pengucapan dengan bahasa fasih, bahkan saat menjadi pohon roh dulu, sering kali aku menderita karena daunku selalu gugur dan ranting-ranting ku patah berkali-kali setiap kali salah mengucapkan bahasa Roh.
"Glup."
Tapi itu tetap saja sangat menyakitkan sekaligus memuaskan setelah mendapat hasil yang setimpal.
Creeek.... Pintu terbuka.
"Hum."
Pertama kali melihatnya, aku sedikit kecewa karena ruangan itu hanyalah ruangan biasa. "Yang benar saja... Apa sihir penyegel tingkat tinggi itu di pasang hanya untuk menyembunyikan ruangan gelap in—."
Samar-samar aku merasakan sesuatu dari dalam. Itu bukanlah keberadaan manusia, melainkan sesuatu yang familiar bagiku.
"Kekuatan Ilahi ada di tempat macam ini?."
Rasa penasaranku kembali datang, membuatku buru-buru masuk semakin dalam kedalam. Tak lupa juga, kedua penjaga di atas lantai kembali ku kendalikan dengan benang hantu dan membuat mereka seolah sedang berjaga.
Selesai memastikan semuanya akan, aku kembali masuk kedalam. BRAK. Langkahku terhenti dan kembali kulihat kebelakang, pintu besar itu tertutup rapat dan lingkaran sihir kembali terpasang disana.
"Segel dua arah, orang gila mana yang menyewa jasa Ras Ilahi hanya untuk menyegel pintu dari rumah penguasa wilayah sederha- ... Ini tidak benar, aku harus mencari tahu lebih!."
Aku sangat yakin kalau mereka menyembunyikan sesuatu di dalam sana.
Saat rasa penasaranku mulai tumbuh, takkan ada seorangpun yang dapat menghentikan ku dalam melakukan apapun.
"Nununu...," sambil bersenandung, aku mengunakan sihir penerangan berukuran bola golf mengambang di udara sebagai penerang jalan.
"Hum?."
Tak lama berjalan, akhirnya akhir dari tampak jalan pun terlihat. Ini jalan buntu. Kembali aku meraba sisi tembok dan mendapati jejak samar sihir Ilahi di bagian tembok juga.
"Istwyur." Sekali lagi sihir Pengucapan kelas tinggi tingkat rendah yang memiliki arti. 'Tunjukan' . meski tingkat rendah, tetap saja bibirku mulai keluh.
Pikirku. Mungkin karena kondisi tubuh ini belum menyesuaikan diri dengan sihirku.
"Baiklah." Karena tidak ingin membebani tubuh lebih banyak lagi, aku memutuskan untuk tidak mengunakan sihir kelas atas demi kenyamanan.
Sebaliknya, setelah sedikit berusaha, jalan buntu mulai menunjukan pola lingkaran sihir penyegelan yang lebih sederhana. Bersamaan dengan itu, sebuah lubang kunci kecil di bagian sudut bawah pun terlihat.
Orang biasa pasti tidak dapat melihat dua penghalang ini. .... Berkedip. Menggunakan pengamanan ganda seperti ini membuktikan kalau apa yang ada di dalam benar-benar berharga. Aku jadi semakin penasaran mahluk atau benda ilahi apa yang ada didalam sana.
Untuk membuka pintu jalan buntu tersembunyi, aku mengunakan penjepit rambut kecil seperti lidi. Krek. Untungnya struktur lubang kunci lebih sederhana sehingga mudah bagiku untuk membukanya. Tapi sekarang, setelah membuka kunci, masalah lain muncul dimana aku harus memutar otak untuk mengotak-atik sihir penyegelan selanjutnya.
"Hum... Karena masih sehari di dunia ini, pemahamanku tentang struktur lingkaran sihir dunia ini masih nol ...." Perlahan aku melihat garis-garis lurus dengan tulisan-tulisan kecil dengan cermat satu persatu.
"Terlihat seperti tulisan di dunia Obsara tapi sedikit lebih rumit." Aku menyentuh cahaya lingkaran biru lalu menguraikan mantranya. "Iuweak Ikraiii Lutrya Saasmta..?."
BRUK. Jalan buntu yang tertutup, mulai bergeser dan menunjukan pintu besar lainnya.
"Ooh!."
Ternyata benar! Bahasa sihirnya mirip dengan bahasa dunia Obsra. Aku sangat beruntung. Hatiku lebih berbunga-bunga, dikarenakan arti di dalam mantra sihir tersebut mengandung makna 'hartaku' .
Setiap kali aku melewati pintu, pintu lain di depannya ikut terbuka, begitu saja seterusnya sampai pada pintu terakhir.
Menyeringai. "Apapun yang ada di dalam sana, aku akan mengambilnya dan menjadikannya milikku."
BRAK. Akhir dari puluhan pintu ini ialah sebuah pintu emas mewah, dan kuduga pintu itu adalah pintu terkahir. Dalam hati, ku ucapkan kekagumanku kepada sang pencipta karena telah berhasil membuat sebuah mahakarya rumit seperti ini.