Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 wisuda
Cika berdiri kaku di depan ruang praktik bedah. Hari ini ujian keterampilan tangan: suture (jahit luka) di waktu terbatas.
Tangannya berkeringat. Nafasnya cepat.
“Tenang… kamu sudah latihan,” bisik Cika pada dirinya sendiri.
Tapi bayangan buruk muncul. Beberapa hari lalu, ia dimarahi dokter pembimbing karena salah teknik pegang forceps. Sejak itu, percaya dirinya runtuh.
Saat gilirannya tiba, Cika mulai. Tangan kirinya menahan, tangan kanan menjahit. Tapi benangnya terputus.
“Cika, waktu tinggal dua menit!” suara penguji lantang.
Cika menunduk.
Tangannya gemetar.
Lalu dia melihat tulisan kecil di sudut jasnya. Tertulis dengan spidol yang sudah pudar:
“Kamu bisa, karena kamu pernah berani mencoba. — Kayla”
Cika menarik napas. Ia lanjutkan jahitan. Lambat tapi tepat. Tidak sempurna, tapi cukup untuk menyelamatkan luka.
Sedangkan di tempat Lala
Lala menghadapi hal yang lebih sunyi.
Ia tidak gagal ujian, tapi… hatinya hampa.
Kuliah anestesiologi membuatnya makin terasing. Penuh hitungan dosis. Penuh shift malam. Jarang interaksi.
Ia merasa… tak terlihat.
“Mungkin aku bukan dokter sejati seperti mereka…” katanya suatu malam sambil menatap layar ponsel kosong. Tak ada pesan masuk.
Tapi malam itu, Cika tiba-tiba menelepon.
“Lala, kamu hidup gak sih?” tanya Cika
“Baru aja mikir kalau aku hantu.” jawab Lala
“Besok… kita kumpul. Kayla dan Rina juga akan datang.” ujar Cika
“Beneran?!” tanya Lala antusias
“Kalau kamu gak datang… aku cari kamu pakai speaker kampus.” ancam Cika
Keesokan harinya
Empat sahabat itu berkumpul di sebuah penginapan kecil dekat danau. Mereka memeluk, tertawa, menangis, dan berdiam bersama.
Saat malam menjelang, mereka duduk di halaman belakang, berselimut jaket dan mengenakan kaos kampus masing-masing.
Kayla:“Gimana skripsi kalian?”
Rina: “Aku ganti topik. Aku mau bahas trauma visual anak korban KDRT.”
Lala:“Aku analisis anestesi pada pasien pediatri.”
Cika: “Skripsi-ku… tentang kesalahan prosedur dan efek psikologisnya pada dokter muda.”
Kayla: “Semua… dari luka yang kita alami.”
Cika: “Karena kita tahu rasanya… jadi takut gagal.”
Lala: “Atau merasa nggak dilihat.”
Rina: “Atau terlalu banyak melihat kematian.”
Kayla:“Dan tetap memilih hidup.”
Hening sebentar. Angin danau berembus pelan.
Kayla: “Kita bukan lagi anak-anak asrama. Tapi kita tetap anak-anak yang belajar memeluk dunia…”
Lala: “…dan satu sama lain.”
Malam itu, mereka menyalakan lilin kecil. Sama seperti waktu SMA.
Cika: “Demi lilin ini…”
Rina:“Kita akan lulus…”
Lala:“…menjadi dokter…”
Kayla: “…yang menyembuhkan luka, bahkan tanpa kata.”
Hari itu tiba.
Gedung auditorium rumah sakit pendidikan penuh mahasiswa berpakaian rapi, wajah tegang, dan jantung yang tak berhenti berdebar.
Ujian OSCE — ujian kelulusan terakhir bagi dokter muda.
Kayla berdiri di depan pintu bilik nomor 7. Di tangan, hanya selembar soal dan stetoskop.
Sera menyenggol lengannya dari belakang. “Kay… tanganmu dingin banget.”
Kayla tersenyum kaku. “Jantungku lebih parah, kayak drum band.”
“Kalau kamu gugup… gimana aku?”ujar Sera
“Tenang, Ser. Kita bukan cuma belajar, kita bertahan. Itu lebih dari cukup.” ujar Kayla
Pintu dibuka. Waktu dimulai.
Kayla masuk. Seorang aktor pasien berpura-pura mengalami sesak napas.
Penguji berkata singkat, “Tindakan yang tepat dalam waktu tujuh menit.”
Kayla langsung bekerja. Ia periksa tanda vital, ambil anamnesis cepat, lalu menganalisis kemungkinan serangan asma akut.
“Saya akan bantu Bapak dengan intalasi. Tapi saya butuh Anda tenang dulu, ya…” ujar Kayla
Aktor pasien menggigil. Kayla menatap matanya dengan tenang. “Tarik napas. Ikuti saya… satu, dua… bagus.”
Saat alarm berbunyi, penguji mencatat dengan wajah datar.
Kayla keluar. Nafasnya baru bisa lega.
Rangkaian 12 bilik akhirnya selesai.
Di koridor panjang, Kayla, Sera, dan teman-temannya duduk di lantai sambil menunggu hasil.
“Kalau gagal satu bilik, gimana?” tanya Sera panik.
“Remedial,” jawab putri dari belakang sambil mengunyah permen.
“Kalau gagal semua?” tanya Sera lagi
“Jadi satpam RS,” celetuk Mila.
Suasana meledak dalam tawa. Kayla tertawa sambil menutup wajah. “Astaga, kalian”
Beberapa jam kemudian… hasil keluar. Satu per satu nama dipanggil.
“Kayla Putri Anindya' panggilan terdengar
Kayla maju.
“Lulus. Tanpa remedial. Nilai sempurna di bilik 3, 7, dan 11.”
Tepuk tangan kecil terdengar. Tapi bagi Kayla, suara yang paling terdengar adalah:
Detak hatinya sendiri. “Aku lulus, Bu… aku akan jadi dokter.” ujarnya penuh haru
WISUDA
Beberapa minggu kemudian. Aula universitas dihiasi bunga-bunga putih dan kursi berjejer rapi. Musik instrumental mengalun.
Kayla berdiri di barisan mahasiswa dengan toga dan selempang bertuliskan:
“Lulusan Terbaik Program Profesi Dokter”
Tangannya gemetar.
Di sisi kanan, ia melihat Cika, Lala, dan Rina tersenyum bangga dari barisan tamu.
“DOKTER KAYLA PUTRI ANINDYA, SUMMA CUM LAUDE.”
Suara rektor bergema di seluruh aula.
Kayla berjalan pelan ke atas panggung. Saat toga-nya disentuh dan gelar diberikan, air matanya jatuh pelan.
Bukan karena gelarnya. Tapi karena… Ia membuktikan pada dunia bahwa anak yang tak diinginkan pun bisa jadi penyembuh dunia.
Setelah acara, Kayla dan ketiga sahabatnya berpelukan erat.
“Dokter,” bisik Rina bangga.
“Dokter paling bandel waktu SMA,” goda Cika.
“Dan dokter paling lembut yang pernah aku kenal,” ucap Lala pelan.
Kayla memeluk mereka satu-satu. “Tanpa kalian… aku nggak akan sampai sini.”
Mereka saling menggenggam tangan.
Dan bersama-sama berkata:
“Kita bukan hanya lulus. Kita lahir kembali.”
BERSAMBUNG
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....