kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI MANA DIA?
...***...
Putri Lixin Beiye menarik paksa tangan Pangeran Jun Hie menuju kediaman Selir Mingmei, hatinya sedang bergejolak luar biasa.
"Istriku? Untuk apa kau menarik aku ke kediaman selir mingmei?." Pangeran Jun Hie menepis kuat tangan Putri Lixin Beiye. "Aku bisa jalan sendiri jika hanya untuk mengunjunginya." Wajahnya terlihat jutek.
"Tadi aku melihat dia sedang bersama seorang laki-laki." Ia merasa kesal. "Pasti dia membawa simpanannya masuk secara diam-diam ke kediamannya!." Suaranya terdengar keras.
"Tidak mungkin!." Bantah pangeran Jun dengan keras. "Jangan sembarangan kau jika berbicara!." Hatinya terasa kesal.
"Kau?! Kau membentak aku?!." Putri Lixin Beiye sangat tidak terima. "Baik! Kalau begitu kita lihat?! Apakah dia benar-benar istrimu yang setia?!." Ia juga meninggikan suaranya.
Pangeran Jun Hie tidak mau berdebat panjang, langsung saja menuju kediaman Selir Mingmei.
"Hmph!." Putri Lixin Beiye mendengus kesal. "Aku mengetahuinya, karena aku telah memasukkan mata-mata di kediamannya, tentu saja aku mengetahui adanya laki-laki yang masuk ke sini." Ia terlihat percaya diri.
Setelah itu ia juga menyusul pangeran Jun Hie, untuk melihat selir Mingmei yang mungkin sedang bermesraan dengan laki-laki itu?.
"Heh! Kau tidak akan bisa menghindarinya." Dalam hatinya merasa kesal.
...***...
Nona muda Xin Qian diam-diam memasuki Paviliun Daiyun, hatinya sangat cemas, tidak karuan sama sekali.
"Lingyun kai!." Panggilnya dengan suara keras. "Lingyun kai! Apakah kau ada di dalam?!."
Nona muda Xin Qian berlari masuk ke dalam, matanya begitu liar memperhatikan setiap ruangan yang ia lewati.
"Lingyun kai! Lingyun kai!." Teriaknya dalam keputusasaan yang ia rasakan.
Namun tidak ada jawaban sama sekali, hanya keheningan saja. Hatinya semakin gelisah, ia mencoba menuju ke arah kolam pemandian air panas, tapi sosok yang ia cari tidak ada di dalam ruangan pemandian air panas.
"Lingyun kai, kau ke mana?." Nona muda Xin Qian menangis sedih, dadanya terasa sesak. "Hiks! Hiks! Lingyun kai? Apa yang kau lakukan sekarang? Kau di mana? Kenapa tidak ada di sini?." Ia tidak dapat menahan air matanya.
Ia masih ingat, ketika Lingyun Kai berendam di dalam kolam pemandian air panas. Pemuda itu masih bisa tersenyum padanya, padahal luka di tubuhnya masih belum sembuh total.
"Kakak, nanti datang ke sini lagi ya?." Lingyun Kai tersenyum kecil. "Tunggu saya selesai mandi." Ia malah cengengesan.
Nona muda Xin Qian berlutut, ia memasukkan tangannya ke dalam kolam pemandian air panas, merasakan kehangatan air tersebut.
"Tuan muda! Tuan muda!." Teriak An Hong dari luar.
Deg!.
"Ada yang datang?." Nona muda Xin Qian segera bangkit, ia ingin melihat siapa yang datang.
"Tuan muda! Tuan muda!." An Hong membuka pintu, matanya menangkap sosok seorang wanita di dalam ruangan pemandian air panas milik Lingyun Kai yang dibeli satu bulan lalu sebagai tempat persembunyian.
"Maaf, saya datang ke sini untuk mencari tuan muda lingyun kai." Nona muda Xin Qian memberi hormat. "Saya tidak bermaksud kurang ajar."
"Jadi? Nona adalah nona muda tertua xin qian?." An Hong masih ingat.
"Jika ada wanita yang masuk ke sini, dia adalah nona muda tertua xin qian." Lingyun Kai memberi pesan pada An Hong. "Tapi tanyakan dulu namanya, jangan sampai salah orang."
"Baik tuan muda." An Hong memberi hormat.
"Ya, itu saya." Balas nona muda Xin Qian.
"Apakah nona muda melihat tuan muda?." An Hong tampak cemas. "Tuan muda belum kembali dari kemarin, saya pikir tuan muda ada di sini bersama nona muda."
"Apa?!." Dari reaksinya nona muda Xin Qian tidak mengetahui apa-apa. "Lingyun kai belum kembali dari kemarin?." Hatinya semakin cemas setelah mendengar informasi dari An Hong. "Belum kembali dari kemarin?." Ia mengulangi kalimat itu.
"Benar nona muda." Responnya. "Takutnya tuan muda mengalami masalah."
"Mungkin saja tuan muda lingyun kai sedang menjalankan tugas rahasia?." Nona muda Xin Qian masih berpikiran positif. "Sehingga ia belum bisa kembali ke sini?."
"Jika memang tuan muda mendapatkan tugas rahasia? Pasti beliau akan mengatakan pada saya, meminta bantuan pada saya." Hatinya cemas. "Kemarin saya pergi mencari informasi sesuai dengan perintah tuan muda." Ia mencoba mengingat apa saja yang telah terjadi. "Kami berjanji bertemu di sini, tapi tuan muda belum juga kembali."
Deg!.
"Apa? Bagaimana mungkin?!." Nona muda Xin Qian semakin panik. "Lantas? Kita mau mencarinya ke mana?." Air matanya jatuh begitu saja. "Apakah kau mengetahui? Kira-kira ke mana lingyun kai pergi?!." Ia tidak dapat menahan tangisnya.
An Hong sedang memikirkan kemungkinan yang akan terjadi pada Lingyun Kai.
Deg!.
"Jangan-jangan diculik paksa oleh tuan jendral?." Jantungnya terasa ma meledak memikirkan kemungkinan terburuk itu terjadi.
"Diculik paksa tuan jendral?!." Hatinya terasa sesak memikirkan itu, bayangan Lingyun Kai dihajar oleh Jendral Xiao Chen Tao langsung melintas di dalam pikirannya. "Diculik paksa?." Kepalanya terasa sakit.
"Eh?! Nona muda!." An Hong segera menangkap tangan nona muda Xin Qian agar tidak oleng.
"Apa yang harus kita lakukan? Tuan muda lingyun kai pasti dalam bahaya." Nona muda Xin Qian semakin panik, dadanya terasa sesak. "Tidak mungkin juga aku meminta tolong pada ayah." Nona muda Xin Qian menangis sedih. "Lingyun kai." Hanya bisa menyebut nama pemuda itu dengan bibir bergetar.
"Nona muda jangan menangis, saya akan mencoba mencari cara, untuk membebaskan tuan muda, jika memang diculik paksa oleh tuan jendral." An Hong menarik nafas dalam-dalam. "Nona muda pulanglah dulu, jika tuan muda telah kembali? Saya akan datang menemui nona muda." Bujuknya dengan pelan.
"Baiklah." Nona muda Xin Qian menahan tangisnya, ia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan Lingyun Kai, jika memang diculik paksa oleh Jendral Xiao Chen Tao.
"Aku harap kau baik-baik saja lingyun kai." Dalam hatinya hanya bisa berharap demikian.
...***...
Kediaman Menteri Xin Taio.
Menteri Xin Taio baru saja keluar dari kamarnya, menuju ruangan keluarga untuk sarapan bersama.
"Di mana xin qian? Kenapa ia belum juga ikut bergabung?." Matanya memperhatikan kehadiran anak-anaknya.
"Kakak pertama pagi-pagi sudah keluar dengan keadaan terburu-buru." Jawab Xin Mei. "Katanya mau mengambil pesanan."
"Apakah dia pergi bersama su yan?." Menteri Xin Taio mengambil cangkir kecil.
"Tidak ayah, pelayannya masih berada di rumah." Xin Mei melirik ke arah pelayan pribadinya. "Sepertinya kakak sedang mengejar sesuatu, sehingga pergi begitu saja."
"Jika dia telah pulang? Suruh menemui ayah ke ruangan baca." Menteri Xin Taio menahan diri agar tidak marah di pagi hari.
"Baik ayah." Respon Xin Mei.
Sedangkan yang lainnya hanya diam saja, tidak mau terlibat dalam masalah apapun yang akan didapat nona muda Xin Qian nantinya.
"Lanjutkan makan kalian." Menteri Xin Taio tersenyum kecil.
"Baik ayah."
Mereka hanya nurut saja, tidak mau merusak suasana hati Menteri Xin Taio di pagi hari.
"Aku harap dia tidak datang menemui gigolo rendahan itu." Dalam hati Menteri Xin Taio merasa kesal. "Aku benar-benar akan membunuhnya, jika dia masih berani mendekati anakku." Dalam hatinya sedang dikuasai oleh amarah.
***
Lingyun Kai berpura-pura tidak sadarkan diri, ketika ia merasakan adanya langkah kaki yang hendak mendekati ruangan ia disekap. Ternyata benar, yang datang adalah jendral Xiao Chen Tao dan Jianhong.
"Ayah memukulnya terlalu keras." Jianhong memperhatikan keadaan Lingyun Kai. "Jika ayah berniat membunuhnya sekarang? Maka niat kita membunuhnya di hadapan Kaisar tidak akan tercapai." Ia menahan tawanya.
"Rasnya aku sudah tidak sabar lagi ingin membunuhnya." Jendral Xiao Chen Tao mendengus kesal. "Apakah kau sudah lupa? Bahwa dia telah berani menggagalkan rencana kita! Bahkan junfeng rela meninggalkan kediaman ini! Demi melindungi wanita yang ia cintai?!." Amarahnya keluar begitu saja. "Tidak ada gunanya mempertahankan dia! Lebih baik dia mati sekarang juga!." Hatinya terasa membara. "Kaisar tidak perlu mengetahui, jika aku lah yang telah menukarkan anak bungsunya dengan anak bungsuku."
"Jadi? Langsung dibunuh saja ayah?!." Jianhong menatap bingung. "Apakah tidak berbahaya?."
"Kau tenang saja." Responnya santai. "Aku punya cara yang bagus untuk menutupi masalah itu." Jendral Xiao Chen Tao menyeringai lebar. "Jangan sampai terbunuh di sini, tapi terbunuh di rumah bordil!."
"Hahaha!."
Terdengar suara tawa yang keras dari mereka, membayangkan Lingyun Kai mati mengenaskan karena bercumbu dengan salah satu wanita malam. Kejadian itu diketahui oleh publik, sehingga membuat Kota Istana gempar.
"Bajingan! Kau memang bajingan xiao chen tao!." Umpat Lingyun Kai dalam hati. "Akan aku turuti keinginan kau! Tapi aku harap kau tidak menyesali atas apa yang telah kau lakukan padaku!." Ia sangat mengutuk rencana yang akan dilakukan oleh Jendral Xiao Chen Tao.
"Angkat dia!." Perintah Jendral Xiao Chen Tao. "Lakukan dengan baik!."
"Tentu saja ayah." Jianhong sangat penurut sekali pada ayahnya.
Bagaimana kelanjutannya?. Apakah yang akan dilakukan Lingyun Kai agar terbebas dari masalah?.
...***...
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Dan
"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?
harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"