Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Seorang gadis berjalan pelan menuju rooftop. Saat ini sudah waktunya pulang, sekolah sudah lumayan sepi. Namun, bukannya pulang ia malah memilih ke rooftop berniat untuk menenangkan diri.
Setelah sampai di atas, ia menatap sekelilingnya sangat sepi. Tempat ini begitu asing di matanya, karena pertama kalinya ia menginjakkan kaki di sini.
Gadis yang bernama Adzkia, biasa di panggil Kia. Ia mulai berjalan pelan ke arah kiri, menyusuri sambil sesekali memejamkan matanya menikmati hembusan angin sore yang menerpa wajahnya. Tanpa di sadari ada sepasang mata yang terus menatapnya.
"Berani banget nginjakin kaki di sini!" tiba-tiba terdengar suara bariton seseorang.
Kia sontak langsung menoleh ke belakang. Terlihat Elang yang sedang menyender di tembok dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana. Wajahnya begitu datar dan terus menatapnya dengan tajam. Entah darimana dirinya muncul dan sejak kapan berada di sana.
"Punya nyali berapa lo datang ke sini?!"
Bukannya menjawab Kia malah diam mematung. Sontak ia mulai memundurkan langkahnya saat Elang berjalan mendekatinya. Dengan langkah yang tegap, dan pasti. Setiap hentakan kakinya terdengar begitu mengancam. Tatapan mata tajamnya penuh mengintimidasi. Seolah-olah ia telah membuat kesalahan besar.
Bruk!
Tubuh mungil Kia ter pentok di tembok pembatas yang tingginya sebatas dadanya. Elang terus menyudutkannya, tangan kirinya ia letakkan di dekat bahu kanan Kia. Sedangkan tangan kanannya masih di dalam saku. Kia melirik sekilas melihat tangan berurat pria itu yang sangat dekat sampai berdempetan dengan bahunya.
"Lo anak baru kan?"
Kia mengangguk pelan sambil menunduk. Pria itu terus menatapnya dalam, wajahnya semakin dekat. Kia bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat, bau asap rokok sangat menyengat di tubuhnya.
"Culun! Sangat culun!" kekehnya sambil mengetuk-ngetuk kening Kia menggunakan jari telunjuknya.
Sontak Kia langsung mendongak saat merasakan jari telunjuk menarik dagunya. Pria itu masih menatapnya dengan mata tajamnya. Tatapan mereka saling beradu dengan posisi yang sangat dekat.
"Lo gak tau peraturan di sini?!" tanyanya penuh penekanan.
"Siapapun di larang menginjakkan kaki di rooftop!" lanjutnya.
"Terus kenapa kamu di sini?" tanya Kia sambil menatapnya polos.
Elang menjauhkan sedikit wajahnya, lalu menghempaskan dagu gadis itu.
"Kecuali gue dan teman gue!" sahutnya sambil menarik tangan kirinya yang masih menempel di tembok.
Saat menunduk tak sengaja ia melihat sesuatu pada saku baju gadis itu. Tangannya tergerak untuk mengambilnya, membuat Kia tersentak kaget.
Elang menjauhkan dirinya sambil memegangi sebuah coklat payung. Ia mulai membuka dan memasukkan ke dalam mulutnya, jari jemarinya asik memutar gagang coklat tersebut.
Kia hanya memperhatikan dengan sedikit jengkel, karena coklat miliknya di ambil begitu saja. Sedangkan Elang terlihat santai dan mulai berjalan ke arah pojok kanan. Tak jauh dari sana terdapat sebuah gazebo tempat dirinya dan temannya menongkrong.
Kia perlahan mengikutinya, ia baru menyadari ada tempat tersebut. Gerak-gerik Elang tak luput dari pengawasannya. Ia terus memperhatikan pria itu yang mulai berbalik dan mendudukkan dirinya di sofa kecil. Kakinya bertumpu dengan dua kancing baju kembali di buka, memperlihatkan dadanya yang kotak-kotak.
Seketika Kia terdiam mematung menatap dada pria itu yang begitu menggiurkan. Tiba-tiba ia tersadar saat gagang coklat payung melayang dan hampir mengenai matanya.
"Lo ngapain masih di sini?!"
Kia menoleh, terlihat Elang yang duduk menyender dengan kaki panjangnya di biarkan menjuntai ke bawah. Kedua tangannya bertumpu pada pinggir sofa, kepalanya mendongak menghembuskan asap rokok yang di hisapnya. Sesekali ia memainkannya dengan membentuk bulat dan love.
...
Gila, pria itu benar-benar gila. Baru sehari ketemu, Kia sudah di buat gedek melihatnya. 'Bajingan!' Batinnya mengumpat. ...
"Heh culun! Gue ngasih kesempatan karena lo anak baru! Pergi sebelum gue berubah pikiran!" usir Elang merasa risih karena gadis itu terus menatapnya.
"Dan jangan pernah lagi injakan kaki di sini!" lanjutnya sambil menatapnya dengan penuh ancaman.
Kia yang tidak mau mendapatkan masalah. Ia memilih pergi dari sana, terlihat dari raut wajahnya sedikit ada rasa kesal. Berniat ingin menenangkan diri dan memikirkan sesuatu, tapi malah bertemu dengannya. Namun, dengan susah payah ia mencoba biasa saja.
Elang mengedikkan bahunya acuh menatap kepergiannya. Dan kembali menghisap rokok sambil memejamkan matanya sejenak. Ia tidak pulang karena malas di rumah. Dirinya tidak betah di rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar.
Beberapa menit berlalu. Di sebuah rumah minimalis modern yang terlihat elegan. Seorang gadis baru saja pulang, kakinya mulai melangkah masuk ke dalam.
"Assalamualaikum."
Sepi, tak ada sahutan maupun sambutan hangat seperti dulu. Suasana sangat hening, rasanya hampa. Rumah yang dulu selalu di hiasi dengan canda tawa, perdebatan dan pertengkaran kecil. Kini berubah menjadi rumah yang sunyi dan penuh kedamaian.
Lilin yang biasanya menyala terang, redup seketika. Semuanya gelap, dirinya terpontang-panting berjalan dalam kegelapan mencari cahaya. Ia sudah tidak punya siapapun di dunia ini. Entah apa alasannya masih bertahan, yang jelas ia ingin membalas semuanya. Membalas perbuatan bejat seseorang yang telah merusak semuanya.
Gadis itu terisak pelan di kamarnya sambil menatap sebuah foto. Foto dirinya bersama orang-orang tersayangnya, yang sekarang sudah tidak lagi berada di sampingnya.
Tangannya terkepal kuat mengingat seseorang yang telah menghancurkannya. Giginya menggertak, ia melemparkan kacamata bulatnya. Lalu mengusap air matanya kasar. Wajahnya sangat sembab, mata yang membengkak dengan hidung memerah.
"Gue gak bakal biarin hidup lo tenang! Setelah apa yang telah lo lakuin!"