Amara Santya Raharja.....
seorang wanita dengan background hidup seorang broken home,
ibunya tiada karena syok melihat kebenaran tentang perselingkuhan suaminya di kala ia masih berusia 10 tahun.
ia mencintai sahabatnya secara membabi buta seperti orang gila hingga membuatnya menjadi seorang pembunuh dan berakhir di penjara.
Kekuatan uang membuat seorang pria tiba tiba datang dan mampu membawanya keluar dari penjara.
Namun....
itulah awal kehidupannya yang sebenarnya hancur di mulai.
Seseorang itu menjadikan ia tawanannya dan pada akhirnya membuat ia menjadi budak ranjangnya.
Mampukah seroang Amara Santya Raharja menyelamatkan hidupnya dari sosok berkuasa itu.......
ikuti kisah baru aku....
" CINTA INI MEMBUNUHKU......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5 kenangan mengerikan 1
" tidak tidak...tidak...jangan lakukan itu padaku kumohon....jangan...jangan....lepaskan aku.....tidak....!!! "
Amara berteriak teriak sedikit kencang dengan mata yang terpejam rapat.
Tangan dan kakinya bergerak gerak seperti menendang dan mendorong liar.
" Amara...Amara...bangun Amara " April yang tidur di sisinya sontak terbangun karena terkejut mendengar teriakan wanita itu.
April semaki terkejut ketika ia melihat Amara mengigau di sisinya.
Karenanya, ia lekas membangunkan wanita yang telah beberapa bulan ini mejadi kawannya.
" Amara...bangun...." April terpaksa menggoyang kasar tubuh Amara agar terbangun.
" iya iya..." Amara sontak terbangun dari tidurnya dan langsung mengambil posisi duduk.
Tatapan matanya nanar memindai sekitarnya dan wajahnya nampak kebingungan.
Selain kebingungan wajah Amara juga nampak pucat.
Keringat dingin sebesar biji jagung membasahi keningnya
" Amara...kau baik baik saja ?! Kau bermimpi sesuatu yang burukkah...?! " April memegang pergelangan tangan Amara.
Wajah wanita itu nampak cemas menatap Amara yang terlihat kebingungan.
" di mana aku...?! " tanya Amara bingung.
" Amara...kau di penjara...pen..ja...ra...." jawab April hati hati dan mencoba menyadarkan Amara yang masih nampak kebingungan.
Perlahan Amara mulai tenang, di tatapnya sejenak April sebelum akhirnya ia memegangi kepalanya yang tiba tiba terasa pusing.
Matanya sempat terpejam sejenak.
" Amara...ada apa ?! Kau mimpi buruk ?! " tanya April lagi.
" lihat....wajahmu sangat pucat, kau juga berkeringat dingin " kata April sambil mengusap peluh di kening Amara.
Ya....
Sesayang itu April kepada Amara, ia memperlakukan Amara seperti adiknya sendiri. Selama ini April memang tidak pernah memiliki teman dekat apalagi teman baik selepas ia keluar dari rumah panti asuhan tempat ia di besarkan dulu.
Semua orang yang ia kenal selalu memandang rendah dan remeh latar belakangnya.
Saat berkawan dengan seseorang pun, ia selalu di remehkan dan di rendahkan.
Amara mulai tenang, perlahan tapi pasti...darahnya terasa mengalir lebih normal dan terasa hangat.
" aku tidak apa apa April...tidurlah lagi, ini masih malam....
Kita masih harus menyiapkan banyak tenaga untuk besok bukan ?! " kata Amara lirih kepada April.
" kau yakin kau baik baik saja ?! "
" hemm...aku baik baik saja "
" yakin tidak ingin bercerita apapun padaku ?! "
" hemm...ayo tidur " jawab Amara sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian ia kembali membaringkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap dinding dan membelakangi April.
Malam kian sunyi tapi Amara masih kesulitan memejamkan matanya.
Bayang bayang mimpinya tadi sungguh mencekam jiwanya.
Mimpi itu terasa begitu nyata, seakan ia kembali ke masa itu.
Mimpi itu adalah kenangan buruk masa lalunya yang hampir saja menghancurkan masa depannya.
Amara tergugu dengan tubuh yang gemetar, pertemuannya dengan seseorang pagi tadi seolah sukses melemparnya kembali ke masa lalu.
" Mattew...." desisnya pelan nyaris tak terdengar.
Amara menggigit ujung jarinya sendiri kala bibirnya menyebut nama itu.
Sebuah nama yang tak ingin ia sebut apalagi ia dengar.
Seseorang yang sungguh membuatnya takut hingga membuatnya meninggalkan pendidikannya yang hanya kurang satu tahun di Jerman dan kembali dengan terpaksa ke Indonesia dulu.
Hingga akhirnya,
Ia gagal meraih gelar M,ba nya di Jerman karena pada akhirnya ia terpaksa melanjutkan studynya di Indonesia kala itu.
Flass on
Amara sedang asyik berkutat dengan ponselnya dan berselancar di dunia maya dengan ponselnya ketika Ricky tiba tiba datang menghampirinya dan duduk di hadapannya.
Saat ini Amara sedang berada di ruang santai mahasiswa yang ada di kampus elit ini.
" Amara...kau di sini ?! Sedang apa ?! " tanya laki laki berkacamat tebal itu.
Amar mendongak dan menatap Ricky.
" aku sedang menunggu Ryu...." jawab Amara sambil tersenyum manis kepada Ricky. Sementara Ricky yang di beri senyum oleh Amara menatap Amara dalam.
" ckk....Amara, bukalah matamu....berpikirlah sedikit realistis.
Sampai kapan kau akan selalu seperti ini ? Menunggu Ryu... Ryu... dan Ryu....sadarlah Amara, Ryu sama sekali tak pernah menghargai apalagi melihat keberadaanmu "
omel Ricky kesal melihat sosok wanita di hadapannya itu yang sudah seperti orang bodoh karena cinta sendirian kepada seorang Ryuga Carter yang tak pernah melihat sedikitpun kepadanya.
Meski hubungan mereka terlihat dekat, tapi Ricky tahu Amara hanya cinta sendirian kepada Ryu karena Ryu yang mencintai adik sepupu Amara sendiri.
" apasih Rick...suka suka akulah aku mau cinta sama siapa.
Sampai kapanpun aku akan selalu mencintai Ryu, tidak perduli meski aku harus cinta sendirian kepada Ryu.
Atau jika bahkan cinta ini membunuhku aku tak apa..." jawab Amara tegas.
Secinta itu memang seorang Amara Raharja kepada sosok tampan Ryuga Carter.
Bagi Amara,
Ryu adalah satu satunya temannya yang selalu ada untuknya sejak mamanya tiada dulu.
Ryu bahkan selalu menemaninya saat ia selalu datang ke pemakaman saat saat pertama sang mama tiada.
" terserah kau sajalah Amara, capek nasehati kamu " omel Ricky.
" oh ya...apa kau ada urusan dengan Matt ?! " tanya Ricky ketika ia mengingat sosok itu berada di sekitar Amara beberapa waktu yang lalu di koridor gedung belakang kampus.
Pertanyaan Ricky sukses membuat Amara mengerutkan kening dan menatap penuh tanya kepadanya.
" Matt ?! " cicit Amara, ia seperti tak asing dengan nama itu.
Tapi ia tak tahu siapa itu
" hemm...Matt " jawab Ricky sambil mengkode dengan matanya yang melirik sejenak ke arah seorang laki laki yang sedang berdiri di bawah pilar dan sejak tadi tanpa Amara tahu terus melihat kepadanya.
Amara mengikuti arah lirikan Ricky sejenak, namun secepat kilat ia kembali menatap ke pada Ricky ketika ia tahu laki laki itu yang menatapnya di koridor waktu itu.
Dan sama seperti hari itu, saat ini laki laki itu juga sedang menatap ke padanya.
" tidak...aku tidak ada urusan apapun dengannya..." jawab Amara dengan cepat.
" baguslah kalau begitu..dan kalau bisa juga jangan "
" kenapa ?! " tanya Amara kepo.
" dia orang yang sangat berbahaya Amara, dia suka sekali mencari gara gara namun tidak ada yang berani dan bisa menyentuhnya "
" maksudnya ?! "
" bisa di bilang dia itu preman kampus, dia sering sekali terlibat keributan di kampus.
Tapi pihak kampus tak pernah bisa memberi dia sanksi karena dia adalah tuan muda Nix "
" tuan muda Nix ?! " cicit Amara kaget, sebagai seseorang yang juga berkecimpung di dunia bisnis. Karena Amara yang memang sudah memutuskan terjun memegang perusahaan sang mama sejak masih SMA.
Nama Nix Corporation juga pernah ia dengar. Ia tahu...Nix Corporation adalah sebuah perusahaan besar dan sangat berpengaruh dari China.
" tidak..aku tidak ada urusan dengannya " Amara kembali mempertegas jawabannya karena ia yang memang tak merasa memiliki hubungan dengan laki laki yang ia ingat juga ia lihat di koridor saat ia sedang menunggu Ricky saat itu.
" ok..." jawab Ricky percaya.
" oh ya...aku akan ke ruang perpustakaan, kau mau ikut ?! " tawar Ricky lagi.
" Rick..plis...aku sedang menunggu Ryu " jawab Amara dengan wajah manjanya.
Ricky menghela nafas.
Tak lama laki laki itu pun bangkit dan berdiri dari duduknya.
" baiklah...terserah padamu, jika Ryu tak kunjung datang,
kau hubungi saja aku...aku yang akan mengantarmu pulang. Ok...." jawab Ricky sambil mengusap gemas rambut Amara.
" haish....kenapa kau suka sekali merusak tatanan rambutku " omel Amara sambil mengibas pelan tangan Ricky yang berada di atas kepalanya.
Ricky hanya tertawa lebar.
" ok Amara...?! " Ricky menegaskan kata katanya yang belum di jawab oleh Amara.
" hemm...ok..." jawab Amara kemudian.
" good girl...gadis pintar...aku pergi dulu " kata Ricky kemudian dan mulai berlalu meninggalkan Amara.
Sepeninggal Ricky, Amara kembali fokus dengan ponselnya ketika lagi lagi seseorang datang menghampirinya.
" hei...boleh aku duduk....?!
aray malah Matt yg bangunkan dia?
❤❤❤😍😙😗