Bias Masa Lalu

Arga berdecak kesal karena merasa bosan pada hal yang menurutnya membuang-buang waktu.

Padahal dia sudah mengatakan jika tak ingin repot dalam acara pertunangan yang direncanakan oleh Freya dan ibu tirinya.

Ditambah lagi, Gita belum membalas satu pun pesan yang dikirimnya.

"Gimana, Honey? Cantik gak aku?" tanya Freya yang entah sudah berapa kali berganti gaun dan menanyakan.hal yang sama.

Arga sudah muak melihat gadis manja di depannya itu.

"Kalau kamu masih mau pilih-pilih, silahkan saja. Saya harus pergi karena ada beberapa pekerjaan penting. Jangan khawatir soal tagihannya." kata Arga yang bangkit dari kursinya lalu berjalan pergi meninggalkan Freya.

Gadis itu menghentakkan kakinya dengan sangat kuat karena kesal pada laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya.

Freya menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang tadi diduduki oleh Arga.

Padahal dia hanya ingin mendengar Arga memujinya. Tapi sudah lima kali dia berganti gaun, tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut laki-laki itu.

Bahkan beberapa pelayan butik yang membantunya terlihat mengejeknya karena reaksi dingin dari Arga. Terlihat sekali jika hanya dirinya yang kecintaan dan antusias sementara Arga tidak bahkan terkesan menyepelekan dirinya.

"Arga sialan...." maki Freya.

Harusnya dia langsung fitting baju pengantin dan menikah saja jika tau Arga begitu sulit diatasi.

Bertunangan saja wajah laki-laki seperti ingin membunuhnya. Apalagi jika mereka menikah nanti.

Tapi Freya tak ingin mundur, gengsinya terlalu tinggi jika dia menyerah. Teman-temannya sudah pasti akan mengejek dan menghinanya.

Freya akan tetap memaksa Arga, meskipun lelaki itu tak mencintainya. Yang penting dia menjadi Nyonya Arga Ivanov Saputra.

"Bungkus semua gaun yang saya coba. Lalu kirimkan ke alamat ini." kata Freya pada pegawai butik yang sempat melongo tak percaya jika Freya membeli lima gaun yang dicobanya.

Tapi itu tak lama, dengan segera para pegawai itu menyiapkan semua gaun itu untuk dikirim ke alamat rumah Freya.

Sementara Arga yang terlihat gundah itu mencoba menghubungi Harlan. Sayangnya lelaki itu pun tak menjawab panggilan telepon dari Arga.

"Sialan... Kemana mereka?"

Arga terlihat khawatir, berbagai macam pemikiran mendadak muncul di otaknya.

"Jo..." Arga memanggil supir sekaligus bodyguardnya.

"Ya tuan."

"Kita kembali ke pulau sekarang." kata Arga

"Hah?! Sekarang tuan?" tanya Jo rak percaya

Namun bukannya menjawab, Arga malah menatap tajam lelaki yang memiliki nama lengkap Jonas Fernando

"Baik tuan." ucap Jo yang menyadari jika tuannya kini sedang dalam mode senggol bacok.

Akhirnya dengan kecepatan kilat, Arga kini sudah berada di pesawat pribadinya dan sedang lepas landas menuju pulau yang baru saja kemarin dia tinggalkan.

Lusa adalah hari pertunangannya dengan Freya. Dia sudah menuruti keinginan Helen untuk makan malam bersama keluarga Freya.

Sekarang Arga akan kembali untuk menemui wanita yang selalu mengganggu pikirannya.

Arga sangat ingin menghirup aroma wangi mawar yang menguar lembut dari tubuh wanita itu.

Sepertinya dirinya sudah tidak waras karena wanita yang menjadi tawanannya itu. Sejak bertemu dengan Gita di rumah sakit, Arga meminta asisten rumah tangganya juga Saka mengganti aroma pewangi di ruangan dengan aroma mawar.

Belum lagi bunga mawar segar yang harus tersedia di ruang kerjanya. Arga bisa sedikit rileks saat menghirup aroma bunga yang selalu menempel di tubuh Gita.

"Arga kau jangan lupa, siapa dia. Jangan. Sampai teperdaya olehnya." Arga mengingatkan dirinya sendiri.

Mengingatkan kembali tujuannya mengurung Gita. Alasan utama kenapa dia begitu membenci pesona wanita cantik itu.

Arga mendesah keras, sepertinya ini karena dia sudah lama tak melakukan hubungan sek*ual. Makanya dia selalu terangsang dan begitu menginginkan tubuh Gita.

"Dia itu murahan, seperti ibunya. Dengan harga yang pas dia pasti akan menyerahkan dirinya." batin Arga yang kemudian meminta Jo memanggil 'seseorang' yang sangat dia butuhkan untuk menuntaskan sesuatu di dalam tubuhnya.

Arga tersenyum tipis ketika melihat sosok wanita berseragam yang menyerupai Gita. Ya, seobsesi itu Arga pada Gita, hingga meminta para pramugari plus-plus nya berpenampilan seperti wanita itu.

Lelaki itu melepaskan semua fantasinya bersama Gita dengan menggunakan tubuh wanita lain. Arga terlalu gengsi untuk mengakui jika dia tertarik pada janda cantik itu.

Tanpa Arga sadari jia dirinya sebenarnya sudah terjebak dalam jebakan yang dibuatnya sendiri.