Seorang dokter jenius dari satuan angkatan darat meninggal karena tanpa sengaja menginjak ranjau yang di pasang untuk musuh.
Tapi bukanya ke akhirat ia justru ke dunia lain dan menemukan takdirnya yang luar biasa.
ingin tau kelanjutannya ayo ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 – Kesempatan Kedua
Suasana dingin menyelimuti Perguruan Qingshan. Di kamar kecil tanpa pemanas yang layak, tubuh seorang gadis terbaring diam. Nafasnya pelan, hampir tak terdengar. Tubuh itu tampak seperti tak bernyawa—hingga pada satu detik yang sunyi…
“Ughh—!!” Terdengar lenguhan dari seorang gadis muda berusia 13 tahun
Seketika, napas berat menyeruak dari tenggorokannya. Gadis itu terbangun dengan dada naik-turun cepat, mata membelalak menatap langit-langit kayu yang asing. Keringat dingin membasahi pelipisnya.
“Apa... aku tidak mati?, Ini dimana kok kuno sekali?" gumam gadis itu heran
Lalu iya memandangi sekitar dan juga lalu melihat kearah tubuhnya yang terlihat kecil dan halus, belum lagi pakaian dan kasur yang ia gunakan lalu Ia menoleh ke kanan dan kiri. Ruangan ini bukan kamar barak militer. Tidak ada suara dentuman bom, tidak ada prajurit yang terluka, dan tidak ada bau darah menyengat.
Yang ada hanyalah kamar kuno sederhana, lampu minyak di sudut ruangan, dan meja kecil dengan gulungan kitab.
Tangannya bergerak pelan, meraba wajahnya. “Kulit ini… tubuh ini… bukan tubuhku.”
Lalu tiba tiba semuanya membanjir, kenangan asing, potongan-potongan kehidupan gadis yang tak dikenalnya: seorang putri bangsawan bernama Li Xiaoran, putri kandung dari istri sah Menteri Kiri. Gadis ini sempat dibuang ke desa sejak bayi, hidup bersama keluarga petani hingga usia lima tahun, lalu diangkat anak oleh guru tua bernama Master Qiu.
Namun saat ia berusia tiga belas, sang kakek dari pihak ibu—Jenderal Besar Wu Jing menemukannya dan membawanya kembali ke rumah besar keluarga.
Dan sejak kembali, hidup gadis ini hancur perlahan-lahan.
“Ia difitnah, dijebak, dibenci… lalu mati di paviliun dingin setelah semua orang meninggalkannya.” gumam gadis itu
Dan sekarang… tubuh gadis itu dihuni oleh jiwa seorang dokter militer dari dunia modern, yang tewas sehari lalu karena menginjak ranjau.
Li Xiaoran atau siapapun ia sekarangg telah kembali.
Tok… tok…
Ketukan pelan di pintu mengusik keheningan. Seorang pelayan perempuan muda masuk sambil membawa air hangat dan semangkuk bubur. Namanya Lan’er. Pelayan setia milik Li Xiaoran saat ia berada di kediaman sang guru atau ayah angkat nya
“Nona Xiaoran?” panggilnya perlahan, seolah tak yakin.
Xiaoran menoleh. Wajahnya masih pucat, tapi mata hitamnya kini bening dan tajam, bukan seperti gadis lugu yang selalu ketakutan.
“Letakkan di meja saja. Terima kasih, Lan’er.”
Pelayan itu agak terkejut. Biasanya, Xiaoran tidak bicara dengan suara setenang itu. Ia selalu terbata, gugup, atau hanya menunduk diam.
Namun Lan’er menuruti perintahnya, meletakkan nampan di atas meja kecil. Saat ia hendak berbalik, telinganya terasa… aneh. Seperti ada bisikan lembut di dalam pikirannya.
“Dia baik… setidaknya, aku tidak merasa waspada padanya.” ujar Li Xiaoran dalam hati sembari memandangi Lan’er
Lan’er menoleh cepat, matanya membesar. Tapi ia tak mengatakan apa-apa. Hanya mengangguk pelan, lalu berjalan keluar sambil memegang dadanya yang terasa berdebar.
Xiaoran tidak menyadari apa yang baru saja terjadi.
Siang Hari
Xiaoran duduk bersila di depan jendela, cahaya matahari menimpa wajahnya yang tenang. Di pangkuannya, terbuka sebuah kitab tua tentang pengobatan. Tangannya cepat dan terampil refleks yang tak diajarkan di dunia ini. Ia memisahkan akar kering dan dedaunan dengan presisi tinggi, lalu mulai menulis catatan kecil:
“Daun Shanqing bisa digunakan untuk menurunkan panas tinggi dan infeksi luka… mungkin bisa digabung dengan air rebusan akar Baiwei sebagai antiseptik lokal…”
Pengetahuannya mengalir dari ingatan sebagai dokter. Dunia ini mungkin tak mengenal antiseptik, disinfeksi, atau teknik sterilisasi, tapi ia bisa membuatnya.
"Kesempatan kedua ini… bukan hanya untuk bertahan hidup. Tapi untuk hidup dengan benar. Aku tidak akan jadi korban lagi."
"Kakek akan datang menjemputku besok. Saat itu tiba, aku akan siap."
Ia tidak tahu bahwa suara hatinya yang hanya ia pikir sebagai pikiran batin—telah bergema di benak mereka yang tulus padanya.
Dan itu… akan menjadi kekuatan tersembunyinya.
Sedangkan di posisi Lan’er ia sedang berdiri di dapur kecil pelayan, wajahnya masih bingung. “Barusan… aku merasa mendengar Nona Xiaoran bicara di kepalaku… tapi dia tidak buka mulut…”
Salah satu pelayan tua yang ikut mendengar itu, hanya menggeleng dan berbisik, “Jangan dibicarakan sembarangan. Mungkin hanya perasaanmu.”
Tapi malam itu, Lan’er berdoa lebih lama dari biasanya.
Dan Xiaoran… duduk sendiri di kamarnya dengan cahaya lampu minyak, menatap langit malam lewat jendela.
"Kalau dunia ini memberiku satu kesempatan lagi… aku tidak akan diam. Aku akan buka luka-luka lama mereka dan menunjukkan siapa sebenarnya aku."
"Kamu salah membuangku, Ayah. Dan kamu salah menyingkirkanku, Yun’er."
Angin malam meniup dedaunan di luar. Cahaya rembulan memantul di matanya yang tak lagi lemah.
...---------------...
Pagi menjelang di Perguruan Qingshan. Embun tipis menggantung di dedaunan, burung-burung liar mulai berkicau, dan para murid perguruan telah bersiap menjalani latihan pagi mereka.
Namun, pagi ini tak biasa. Di halaman depan, kereta mewah berukir lambang burung elang mendarat mulus. Di depan kereta itu berdiri pria tua berpakaian jubah militer hijau zamrud. Jenderal Besar Wu Jing tokoh legendaris yang dulu mengguncang medan perang dengan strategi dingin dan tangan besi.
Wajahnya keras, penuh garis usia, dan sorot matanya tajam seperti menilai setiap jengkal dunia.
“Benarkah dia di sini?” gumam sang jenderal lirih. “Cucuku… yang katanya telah dibuang diam-diam seperti barang tak diinginkan.”
Di belakangnya, seorang ajudan muda bernama Fang Mo menunduk hormat.
“Benar, Jenderal. Master Qiu sendiri yang mengirim pesan melalui elang malam bahwa Nona Li Xiaoran adalah gadis yang selama ini tinggal di bawah pengasuhannya.”
Jenderal Li Jing menghela napas panjang. “Kalau benar dia cucuku… kenapa tak pernah mencariku? Kenapa hidup sembunyi?”
Di Kamar Xiaoran
Lan’er datang tergopoh, nyaris tersandung ketika membuka pintu kamar.
“Nona Xiaoran! Ada… ada seseorang dari ibu kota. Kereta jenderal besar… katanya dia ingin bertemu Anda!”
Xiaoran yang tengah merapikan gulungan catatan pengobatannya membeku sejenak.
"Kakek datang lebih pagi dari yang kuingat. Dulu, aku terlalu lemah bahkan untuk berdiri tegak ketika dijemput. Tapi sekarang—"
Lan’er yang mendengar itu terdiam kaku , karena lagi lagi ia mendengar suara hati Li Xiaoran
Tiba tiba Li Xiaoran berdiri tegak dan itu membuat Lan’er kaget, Li Xiaoran berdiri karena sudah bertekat untuk kembali Kali ini, tubuhnya tak menggigil, suaranya tak gemetar.
“Bantu aku berpakaian, Lan’er.” ujar Li Xiaoran
“Ya, Nona!” jawab Lan’er cepat
Setelah mengenakan jubah biru muda sederhana, rambutnya disisir rapi ke belakang dengan hiasan kayu kecil. Tak mewah, tapi bersih dan elegan. Xiaoran melangkah ke luar, tubuh mungilnya kini membawa aura tenang yang tak pernah terlihat sebelumnya.
Bersambung
semangat Xiaoran dan yang lain...
semangat kak author dan sehat selalu