NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1

“Sayang, hari ini kamu pulang nggak?”

Suara lembut dari wanita cantik itu menghampiri suaminya.

“Enggak, kenapa emang?”

“Loh, kenapa? Kan aku mau makan malam bareng kamu, sayang.”

“Yola, please deh. Bisa nggak sih kamu nggak selalu merepotkan aku? Kan aku jadi nggak bisa fokus kerja karena kamu.”

“Maaf, sayang. Aku cuma mau makan bareng kamu aja. Kalau kamu nggak mau makan bareng aku, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa.”

Suaminya, Leon, pergi dari hadapan sang istri yang cantik. Tak lama, Leon menatap ke arah Yola sambil mengusap kepala Yola.

“Aku minta maaf ya kalau tanpa sadar sudah menyakiti perasaan kamu. Maksud aku baik, tapi kalau kamu merasa aku jahat ya aku juga nggak bisa berkata apa-apa.”

Yola merasa senang, lalu langsung mendekap Leon tanpa berkata apa-apa.

“Ya, tidak apa-apa, sayang. Aku juga minta maaf ya kalau ada salah sama kamu.”

“Hmm, ya sudah kalau gitu aku pergi kerja dulu ya. Nanti kalau aku pulang telat, kamu makan duluan aja.”

“Ya, sayang.”

Leon pergi dari hadapan Yola, dan Yola mengantar Leon ke depan rumah. Tak lama, telepon Leon berdering.

“Halo, ada apa?”

Yola terus menatap ke arah Leon, tapi Leon sebisa mungkin terlihat santai dan menyembunyikan dengan siapa dirinya bertelepon.

Yola sama sekali tidak peduli dengan siapa Leon bicara di telepon. Bahkan Yola hanya terus memandang ke arah pakaian Leon, apakah berantakan atau tidak.

Setelah Leon selesai telepon:

“Sayang, baju kamu rapi ya. Kamu tahu nggak ini ulah siapa?”

“Kamu kan? Emang siapa lagi kalau yang rapi bukan kamu?”

“Ya, sayang, benar aku. Kalau bukan aku, siapa lagi?”

Tak ada kata terima kasih yang keluar dari Leon kepada Yola. Walau begitu, Yola tetap memahami perasaan Leon kepadanya. Tidak bisa dipungkiri, mungkin Yola sudah terlalu cinta pada Leon.

Yola tidak apa-apa walau sudah sering disakiti. Selama menikah tujuh tahun, Yola tidak pernah merasa Leon tidak mencintainya. Mungkin Leon hanya capek saja dengan pekerjaannya yang tak kunjung selesai.

“Leon, kata kamu mau pergi kerja. Sayang, pergilah, nanti kamu telat, loh.”

“Ya, ini aku mau pergi. Bye, sayang.”

“Bye.”

Leon pergi dari hadapan Yola, tapi Yola tidak berkata apa-apa dan langsung masuk ke dalam rumah. Tak lama, Yola mendapat pesan lama dari Yoto.

“Hai Yola, apa kabar? Kamu sekarang aku rindu kamu. Ini aku, Yoto. Kamu masih ingat aku kan?”

Yola malas untuk melihat pesan lama dari Yoto. Entah kenapa, saat mendengar nama Yoto disebut, Yola merasa dunia tidak berpihak kepadanya.

Flashback

Masa sekolah menengah ke atas, penuh cinta.

“Yoto, kamu ada kepikiran menikah dengan aku nggak sih?”

“Ada, emang kenapa?”

“Andai aku nggak selesai sekolah, kamu mau nggak nikah sama aku?”

“Loh, bukannya kamu suka sekolah? Malah aku mau kerja buat kamu, biar kamu bisa kuliah sampai S3. Lakukan yang kamu mau, Yola, jangan pikirin aku. Aku akan selalu setia nunggu kamu, sayang. Kamu cukup percaya sama aku, karena semuanya akan terwujud asal kamu percaya sama aku. Mengerti?”

Yola senang mendengar perkataan Yoto. Awalnya Yola dan Yoto memang sepasang kekasih di bangku SMA.

Mereka dijuluki seperti Romeo dan Juliet. Tapi terkadang Yoto tidak peduli apa yang orang lain bicarakan tentang hubungan mereka. Bagi Yoto, semua berjalan sesuai arah saja.

“Yol.”

“Apa, sayang?”

“Aku ada keperluan di ruangan kepala sekolah. Kalau kamu pergi ke kelas duluan, tidak apa-apa kan?”

“Ya, tidak apa-apa. Aku tunggu di kelas aja.”

Yoto hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Yola. Tidak lama, sampailah Yoto di ruangan kepala sekolah.

“Siang, Pak. Permisi, Pak. Ini Yoto.”

“Yoto, duduk. Ada yang Papa mau bicarakan ke kamu.”

“Soal apa, Pa? Kan Yoto sudah bilang, kalau soal kuliah di luar negeri, Yoto nggak bisa. Yoto sudah ada Yola yang harus Yoto bahagiakan. Pa, emang Papa tidak pernah muda?”

Plak! Plak! Plak!

Papa menampar Yoto dengan kencang sehingga Yoto terdiam dan tidak berani menjawab apa yang papanya bicarakan.

“Papa boleh tampar aku, tapi Papa tidak boleh merendahkan harga diriku. Karena aku nggak akan terima, walau Papa itu papaku.”

“Dasar anak nggak guna! Pantas saja mendapatkan wanita seperti itu. Kamu kira Yola itu mau sama kamu? Kalau dia tahu kamu anak siapa, mana mungkin dia tolak kamu? Asal kamu tahu, Yola itu ada dalam genggaman Papa. Kalau Papa tidak mau naikin dia kelas, Papa juga bisa. Asal kamu ingat itu, Yoto! Papa itu berkuasa. Papa mau melakukan apapun juga Papa bisa. Ingat itu, Yoto!”

Yoto yang mendengar itu langsung keluar dari ruangan kepala sekolah. Di sisi lain, Yoto malu dengan sikap papanya yang sangat kasar kepadanya. Tapi Yoto juga tahu kalau papanya memang tipe orang yang kasar dan keras kepala.

Semenjak Yoto ditinggalkan oleh mamanya, Yoto merasa kurang figur wanita di dalam keluarganya. Hanya Yola yang bisa memenuhi itu. Yoto bersyukur ada Yola di hidupnya, tapi sepertinya Yola juga harus mengakhiri rasa cintanya kepada Yoto karena papanya yang tidak jelas.

Yoto mencoba keluar dari bayang-bayang papanya. Dia capek selalu menjadi boneka papanya setiap kali ingin melakukan hal di luar nalar papanya. Apa yang harus Yoto lakukan?

Saat Yoto kembali ke kelas, wajahnya terlihat sedih. Tapi Yoto tidak bisa marah dan hanya diam. Yola yang melihat itu ingin mengganggu Yoto, tapi takut kalau rasa ganggunya tidak dipedulikan Yoto.

Yoto mencoba diam saja, tetapi sesekali mata mereka saling bertatapan. Walau begitu, Yola tidak berbicara apa-apa sampai Yoto sendiri yang bicara.

Yoto hanya menggenggam erat tangan Yola, dan Yola pun membalas genggaman itu. Yoto lalu tidur di pundak Yola.

“Sayang, kok kamu tidak nanya aku kenapa?”

Yoto menatap Yola. Yola merasa tidak seharusnya Yoto menanyakan hal demikian. Tidak lama, Yola hanya mengusap kepala Yoto.

Yoto kaget melihat sikap Yola yang begitu lembut. Ia merasa nyaman dan aman saat Yola memperlakukannya selayaknya ibu pada anak.

“Sayang, aku bersyukur ada kamu di hidup aku.”

“Aku juga bersyukur jadi pacar kamu. Dan makasih ya, kamu udah selalu tulus sama aku.”

“Kebalik nggak sih? Kamu yang selalu tulus sama aku.”

Yola mencoba menenangkan Yoto. Walau bagaimanapun, Yola ingin menjadi pasangan yang sempurna untuk Yoto. Walau dirinya tahu masih banyak kekurangan, tapi Yola selalu belajar dari hal-hal yang sudah-sudah.

“Kalau aku nggak cerita ke kamu, apa kamu marah?”

“Tidak, buat apa marah. Aku yakin kamu juga punya alasan sendiri, ya kan?”

“Makasih, sayang. Kamu udah baik dan peduli sama aku.”

“Ya, tidak apa-apa. Aku paham, sih. Apa maumu kan tidak semuanya bisa dipaksa. Kadang juga ada beberapa hal yang memang tidak bisa dipaksa.”

Yola hanya tersenyum kepada Yoto, dan Yoto membalas dengan kebaikan, bukan dengan marah-marah. Karena Yoto tahu, wanita sebaik Yola tidak pantas dimarahi.

Yola merasa kalau dirinya tidak bertemu Yoto, pasti ia akan tertekan di rumah dengan keluarga yang selalu penuh larangan, sampai membuatnya merasa muak dan enek.

Andai Yola bisa memilih, ia akan memilih Yoto untuk selamanya dibanding tinggal di rumah itu. Tapi apa daya, dirinya sekarang masih sekolah, tidak bisa memilih apapun. Yoto juga pasti akan bosan dengannya kalau terlalu banyak berharap.

“Kamu lagi mikirin apa sampai diam gitu? Aku panggil kamu, kamu nggak dengar, sayang?”

“Tidak kok, aku cuma lagi melamun aja. Kenapa, sayang?”

“Tidak sih, aku cuma nanya doang.”

Yoto merasa ada yang ditutupi Yola, tapi ia juga nggak mau memaksa. Karena Yoto percaya Yola memiliki rahasia sendiri yang tidak bisa dibuka sembarangan ke orang lain.

Selepas pulang sekolah, Yoto menggenggam erat tangan Yola. Yola melihat ke arah Yoto dengan senyum yang hangat nan manis.

“Kenapa, sayang?”

“Aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu mau ikut aku jalan-jalan nggak?”

“Kemana? Kan udah mau sore. Emang kamu nggak takut dimarahin sama Mama kamu?”

“Aku belum bilang ya? Mama aku udah nggak ada. Maaf aku telat kasih tahu kamu.”

Yola kaget mendengar itu, lalu merasa nggak enak hati kepada Yoto. Sampai akhirnya Yoto mengusap kepala Yola sambil menatapnya dengan senyum.

“Sudah, tidak apa-apa. Aku udah biasa akan hal itu kok. Bukan hal yang aneh atau gimana, sayang. Jadi aman.”

Yola tetap merasa tidak enak, sampai akhirnya Yoto mendekap Yola erat sambil mengusap kepala belakangnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!