Safa, gadis dari kalangan atas terpaksa menawarkan diri untuk menjadi istri dari Lingga, seorang CEO terkemuka demi menyelamatkan Perusahaan orang tua angkatnya.
"Ayo kita menikah. Aku akan melahirkan anak untukmu, asal kamu mau menolong Papaku"
"Kau yakin mau menikah dengan ku?"
"Aku yakin!"
Safa menjawabnya dengan tegas. Tanpa memikirkan suatu saat nanti hatinya bisa goyah dan mencintai Lingga.
Tapi sayangnya hati Lingga telah mati, dia hanya mencintai Asyifa tunangannya yang telah meninggal dunia. Lingga menikah hanya karena paksaan orang tua serta untuk melahirkan penerus keluarganya.
"Dia sangat mencintai anaknya, tapi tidak dengan wanita yang melahirkan anaknya" ~ Safa ~
Bagaimana nasib Safa saat Lingga pulang membawa wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Asyifa? Apa yang akan Safa lakukan disaat dia sendiri sedang berjuang antara hidup dan mati?
Akankan Safa bertahan atau merelakan suaminya bahagia dengan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suamiable
Siang harinya, Safa menunggu Lingga yang katanya mau mengantarnya ke salon. Safa sudah berdandan dengan cantik saat ini. Dia menang ingin terlihat cantik di mata Lingga. Bukan hanya dia istri dari konglomerat, tapi dia juga ingin dilirik oleh Lingga.
Sepertinya Safa menang tidak kapok karena disakiti Lingga berkali-kali. Dia masih ingin berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Lingga. Dia tidak berani menuntut, namun dia berusaha dengan sendirinya.
Apalagi karena omongan Bi Sri kemarin, tidak ada salahnya kan jik dia mencoba. Katanya, batu yang begitu keras saja jika terkena air hujan secara terus-menerus bisa terkikis. Mana tau hati Lingga lama-lama bisa luluh juga.
Ditambah lagi kejadian semalam, kalau mengingat hal itu, Safa benar-benar malu setengah mati. Dia mengeluarkan botol asi alami milik Kendra tanda sadar jika ada Lingga di depannya.
"Tidak usah malu, aku sudah melihatnya. Bahkan merasakannya"
Saat itu Safa benar-benar ingin tenggelam ke saat lautan paling dalam saking malunya.
"Sudah siap?"
Safa menoleh karena suara orang yang sejak tadi ia tunggu.
"Sudah Mas" Safa tersenyum menyambut kedatangan Lingga. Dia kemudian mengulurkan tangannya untuk Lingga. Sejak kemarin Safa memang muali mencium tangan Lingga ketika berangkat dan pulang kerja.
"Mas sudah makan siang belum, mau makan dulu?"
"Tidak usah, nanti kita makan di luar saja"
Safa benar-benar heran. Lingga bukan hanya mengantarnya ke salon, tapi juga mengajaknya makan di luar. Bukankah itu suatu keajaiban karena selama pernikahan mereka satu tahun ini, Lingga tidak pernah mengajaknya makan di luar sama sekali.
"Iya Mas"
Kali ini Lingga memilih membawa mobilnya sendiri. Safa duduk di depan bersama Lingga sementara Kendra di belakang menggunakan car seat. Mereka juga pergi tanpa Suster sesuai dengan ucapan Lingga tadi malam.
Lingga membawa Safa ke sebuah salon kecantikan yang begitu terkenal. Pelanggan di salon itu jelas artis-artis papan atas dan juga dari kalangan atas seperti keluarga Lingga. Salon dengan pelayanan super mewah, bahkan satu orang mendapat satu ruangan sendiri.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya. Ruangannya sudah kami siapkan"
Safa melirik ke arah Lingga karena dia tidak merasa memesan tempat di sana.
"Aku yang memesannya, ayo masuk!" Ucap Lingga.
Safa tak tau kapan Lingga reservasi salon itu untuk Safa. Sementara Safa sendiri juga belum pernah ke sana, Safa memiliki salon langganan sendiri.
Safa dibuat terpana dengan ruangan yang tampak begitu nyaman dan menenangkan. Di dalam ruangan itu sangatlah lengkap dan luas. Bahkan dilengkapi dengan sofa yang nyaman dan lebar.
"Aku akan menunggu di sini. Nikmati saja waktumu tanpa memikirkan Kendra, dia tidak akan rewel sama sekali" Ucap Lingga saat melihat Safa yang tampak khawatir meninggalkan Kendra terlalu lama.
"Iya Mas"
Safa akhirnya memulai perawatan, dia memilih beberapa jenis perawatan untuk merawat tubuhnya. Mulai dari kaki, perut dan juga wajahnya.
Meski dia tidak di anggap oleh Lingga, tapi dia tetaplah istri seorang Lingga Jati. Dia harus memantaskan diri, demi nama baik Lingga maupun dirinya sendiri.
"Nyonya beruntung sekali, mendapatkan suami seperti Tuan Lingga" Ucap terapis kecantikan yang sedang merawat kulit wajah Safa.
"Beruntung kenapa?"
"Aduh Nyonya, siapa yang tidak mau menjadi istri dari Tuan Lingga yang tampan dan kaya. Apalagi Tuan Lingga suamiable banget, mau antar Nyonya perawatan sambil mengasuh anak. Padahal kan perawatan sepeti ini bukan cuma satu dua jam Nyonya"
Safa hanya tersenyum tipis, wanita itu tidak tau saja bagaimana rumah tangganya. Lingga saja baru mengantarnya sekali ini dalam waktu satu tahun.
"Tapi Nyonya juga cantik, badannya bagus, jadi ya nggak heran kalau kalian disebut sebagai pasangan serasi"
"Benarkah? Siapa yang bilang begitu?" Batin Safa berperang, siapa juga yang menyebut mereka pasangan serasi padahal mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pasangan yang bahagia.
"Banyak di media sosial Nyonya. Kalian disebut sebagai couple goal karena cantik dan tampan dan juga sama-sama dari kalangan atas. Saya saja senang sekali bisa melayani Nyonya, ternyata Nyonya dan Tuan lebih cantik dan tampan kalau dilihat secara langsung"
Safa terkekeh mendengar terapis yang cukup humble itu.
"Ssttt, pelan-pelan aja. Nanti suami saya dengar" Tegur Safa karena mereka memang ada di dalam satu ruangan dan tanpa sekat namun jarak mereka agak jauh jadi mungkin Lingga tidak mendengar obrolan mereka.
Setelah tiga jam lebih, akhirnya mereka keluar dari salon. Hari juga sudah mulai sore, Safa jadi merasa tidak enak pada Lingga.
"Maaf Mas karena terlalu lama. Mas jadi belum makan siang dan ini sudah sore"
"Tidak papa, tadi aku belum lapar"
Lingga kembali membawa istri dan anaknya menuju ke sebuah restoran. Walau harus bergantian saat makan, tapi Safa tak masalah karena Lingga juga bersedia menggendong Kendra. Lingga memang tidak pernah membiarkan Safa kesusahan mengurus Kendra sendiri.
Lingga kembali memesan ruangan VIP untuk mereka berdua. Katanya Lingga ingin mengindari banyaknya orang yang membuat Kendra tidak nyaman.
"Terima kasih sudah menemaniku ke salon hari ini Mas. Terima kasih juga karena sudah membayar semuanya, padahal jumlahnya tidak sedikit" Safa merasa sungkan dengan Lingga karena telah membayar biaya perawatannya yang mencapai ratusan juta.
Tadi Lingga juga meminta untuk memberikan perawatan terbaik pada Safa agar tubuhnya kembali seperti dulu sebelum melahirkan.
Itu tentu cukup mengejutkan bagi Safa. Dia pikir, Lingga tidak suka melihat tubuhnya yang sekarang. Tapi ternyata salah, Lingga ingin mengembalikan tubuh Safa seperti dulu karena tubuh Safa berubah itu gara-gara melahirkan anaknya.
"Tidak perlu berterima kasih, itu sudah tanggung jawabku sebagai suami mu. Meski pernikahan kita itu.."
"Iya Mas aku tau" Potong Safa karena dia tidak mau dengar ketika Lingga mengatakan pernikahan mereka karena kesepakatan.
Berbagai makanan telah tersaji dihadapan mereka. Namun yang ada justru makanan kesukaan Safa yang lebih mendominasi. Seperti di hotel waktu itu, Lingga memesan begitu banyak makanan namun kebanyakan adalah makanan Safa.
"Mas makan aja dulu, soalnya susu Kendra belum habis" Ucap Safa karena dia memangku Kendra yang sedang meminum susu dari botolnya.
"Hmm" Sahut Lingga yang mulai memakan makanannya.
Jujur saja, Safa begitu senang hari ini. Karena ini adalah momen yang belum pernah terjadi antara dirinya dengan Lingga. Mereka hanya pergi bertiga menghabiskan waktu bersama meski hanya ke salon dan makan diluar. Kali ini mereka benar-benar terlihat sebagai keluarga yang sempurna dan terlihat saling mencintai.
Apakah ini adalah awal dari hubungan mereka yang baru. Mungkinkah Lingga sudah bersedia membuka hati untuknya.
Seandainya benar apa yang Safa pikirkan, kenapa Lingga tidak terus terang. Kenapa Lingga tidak mengatakan saja sehingga Safa tidak menduga-duga atas sikap Lingga yang berubah itu.
"Buka mulutmu"
Safa tersadar dari lamunan karena suara Lingga dan juga sendok yang sudah ada di depan mulut Safa.
"M-mas, aku bisa makan sendiri" Safa tentu merasa canggung dan gugup karena Lingga mau menyuapinya.
"Kendra terlalu lama menghabiskan susunya, jadi buka saja mulutmu!"
lanjut Thor
kutunggu jawabannya di part berikutnya...
semangat thor...