Tangan sosok Xela sedang membolak-balik buku pelajaran. Ini adalah waktu menjelang masuk kelas. Sial sekali Xela kali ini ia lupa mengerjakan tugas rumah.
Mungkin akibat pikirannya belakangan ini, selalu saja kesulitan untuk menemukan pekerjaan yang cocok.
"Hai Xel, lagi ngapain. Ganggu nggak ni?"
Tanya salah satu siswi yang merupakan sahabat Xela, namanya Dewi.
"Wi bagi jawaban dong, gue lupa ngerjakan tugas." Tanpa ba-bi-bu, Xela langsung meminta apa yang ia butuhkan saat ini.
"Xel, Xel. Lo anak pinter kalau disekolah. Kok malah lupa ngisi pr?"
"Cepatlah Wi, 10 menit lagi masuk."
Mohon Xela.
"Ya udah deh karna lo selalu pinter. Tapi ada syaratnya, nanti kalau ada praktik lo harus bantuan gue sampai tugas praktik gue bagus."
"Ya, ya bawel tenang aja."
Jawabnya.
Xela dan Dewi memang bersahabat dari awal bertemu sampai saat ini.
Memang Xela memilih sahabat lain selain Dewi, seperti Ghea.
Ghea adalah kakak kelasnya yang sebentar lagi lulus dari SMA.
***
"Xela buruan ntar steak keju habis."
Ucap Dewi sedikit berlari menuju kantin.
"Duluan aja Lo. Jangan bawa gue dong, emang lo mau belikan ke gue juga?"
"Tenang aja, gue duluan."
Ternyata Xela ditinggalkan oleh Dewi yang berlari sampai akhirnya tiba di kantin sekolah.
Xela hanya berjalan santai sambil membawa sebuah buku dan bolpoin.
Sesampainya di kantin, ia melihat siswa- siswa mengerumuni tempat jualan seperti semut yang mengerumuni gula.
Xela sudah terbiasa dengan tingkah mereka, seperti itulah mereka yang sedang memperebutkan steak keju yang laris manis di kantin.
Xela membuka bukunya satu persatu, ia menulis di lebaran yang kosong disana. Bukan buku harian, tetapi buku karya yang ia khususkan. Karena seorang Xela memiliki impian ingin menjadi sastrawan.
Buah manggis sudah melimpah.
Banyak terjual ditengah pasar.
Suatu tangis karena masalah
Sudah menjadi musuh terbesar.
Aku ingin membeli sendal.
Beli sendal berbahan kawat.
Aku ingin miliki bekal
Agar hidup tidak sekarat.
Keluh hidup sang nelayan.
Tidak mendapat seekor ikan.
Sungguh dia sangat tampan.
Sayang sikapnya sangat arogan.
Ya Xela sangat suka mencurahkan isi hatinya melalui karya yang ia buat. Menurutnya daripada curhat pada orang lain, namun pada akhirnya tidak mendapat solusi. Lebih baik di pendam sendiri.
"Wah. Xela keren banget pantun Lo. Tapi kenapa lo buat pantun begini, coba kek buat pantun cinta bikin baper."
Xela tidak tahu, ternyata Dewi sedari tadi sudah memperhatikannya dan melihat karya miliknya.
Ya ampun, memang ini anak seperti ghost saja muncul tanpa permisi. Seharusnya pantun ini rahasia tidak boleh orang tahu.
Xela berdecak kesal sembari menutup kembali bukunya.
Namun tangan nakal Dewi terlebih dahulu merebut buku tersebut.
"Sembarangan Lo. Jangan Dewi, ini nggak boleh orang lain lihat."
Xela berusaha merebut buku itu kembali dan akhirnya berhasil.
"Yah, Xel kenapa sih nggak boleh. Bagus tau. Kalau gue jadi lo, gue bakal pajang di mading sana tuh."
Dewi berusaha merebut kembali buku tersebut, tetapi Xela berhasil mengamankannya.
"Hallo madu. Apa kabar, gimana udah dapat pekerjaan?"
Tiba-tiba muncul sosok Ghea bersama teman-temannya dengan gaya seksi mereka.
"Madu maksud lo apa Ghea? Nggak ngerti deh."
Tanya Dewi, seharusnya Xela yang bicara, namun Xela malah diam tidak mau bicara ataupun melirik perempuan yang hampir saja menjerumuskan dirinya ke dalam bahaya.
Mulai muncul perasaan benci dihati Xela.
"Oh maaf. Para idiot tidak tahu ya apa itu 'madu'.
Madu versi gue adalah mata duitan. Bukannya Lo belakangan ini butuh duit banget buat biaya hidup? "
Ghea sengaja ingin membuat Xela malu di depan orang banyak di kantin.
Semua orang sudah melirik ke arah Xela dan Ghea. Karena mereka semua sangat suka obrolan panas.
Kali ini banyak yang yakin, kalau ada seseorang yang bermasalah dengan Ghea pasti obrolannya sangat panas.
"Apaan maksud lo. Bukannya lo sama Xela sahabatan, bisa-bisanya lo mempermalukan Xela disini. Punya mata lihat dong kiri kanan, semua orang memerhatikan kita."
Tegas Dewi yang sudah tahu arah pembicaraan awal yang bermaksud mengundang amarah.
"Aduh, aduh siapa yang di ajak ngomong, siapa yang malah jawab."
Dengan gaya sok nya, Ghea mengipasi wajahnya dengan gaya mulut yang bicara kumat kamit.
"Lo bilang gue mata duitan? Oke gak apa-apa. Asal lo tahu posisi lo sekarang lebih parah, lo itu seperti wanita malam yang mau menjerumuskan orang, tahu gak?"
Xela mulai angkat bicara tidak terima hanya dirinya dipermalukan didepan orang banyak.
"Ow ternyata udah ada nyali buat cari gara-gara sama gue, hebat Lo Xel. Hallo teman-teman, kalian harus tahu ya siapa Xela sebenarnya.
Xela itu orang yang nggak punya apa-apa, bahkan saking melaratnya kehidupan ekonominya, kemarin dia jual diri.
Mau liat buktinya, gue ada simpan kok."
Ghea mengambil smartphonenya dan menunjukkan kepada semua orang foto Xela sedang di tarik oleh seorang laki-laki dengan paksa.
Banyak komentar yang dilontarkan siswa maupun siswi yang ada disana.
"Hah. Itu Lo Xel, jelaskan ada apa dengan lo. Kenapa gue baru tau."
Dewi seakan tidak percaya melihat foto tersebut.
Xela yang memang sudah disuluti emosi segera merebut smartphone Ghea dari tangan empunya.
"Eh sembarangan lo. Dewi, untuk lo. Memang lo nggak pernah tahu tentang dia, dia itu perempuan tidak bener."
Ucap Ghea. Kini ia ingin merebut kembali smartphonenya.
"Lo fitnah gue. Hebat Ghea, kemarin lo yang udah jebak gue untuk pergi ke tempat tidak benar itu. Kenapa hah? Kenapa? Inikah yang namanya sahabat, apakah sahabat itu memfitnah, apakah seorang sahabat itu tega menjebak sahabatnya sendiri?"
Bentak Xela, jantungnya berdegup kencang berirama mengimbangi emosinya saat ini.
"Apaan sih Lo. Lo ngomong apa. Jangan fitnah deh, gue gak pernah jebak Lo. Kan gue kemarin gak sengaja aja tiba-tiba liat Lo disana sama om om."
"Huuuuuuu .... jangan-jangan mau jadi bakal pelakor nih ..."
Sorakan orang banyak di kantin memihak kepada Ghea dan termakan omogan Ghea sehingga mereka semua menyerang Xela dengan melempar Xela menggunakan bakso ada juga yang meneteskan kecap ke kepala Xela bahkan saus sambal.
Xela sudah kalah untuk membela diri, tidak ada yang memihak kepadanya,bahkan Dewi sahabatnya hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa untuk Xela.
Dunia yang menyakitkan kenapa bisa berpihak kepadaku. Apakah aku orang yang pantas mendaratkan perlakuan seperti ini. Aku tidak salah, tetapi mengapa aku yang malah mendapatkan hukuman.
Xela membatin sedih, dengan pakaian yang sudah kotor. Ia berusaha menahan air matanya dan hanya diam mematung menahan amarah.
bersambung ....
~Ayo, komen,like, dan share jika perlu kalau kalian mencintai karya Author yang satu ini.
bagaimana kabarnya para readersku yang tercinta.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Eni Lestari
sabar xela......
2021-06-18
1
Efektiftorlaia
semangat kk
2021-06-15
0
Bundaa Mutiyaa Ajhaa
suka cerita ny kk
2021-06-06
3