Xela berusaha bersembunyi dibelakang pohon, banyak sekali dedaunan kering dan ranting kering disana sehingga ia harus super hati-hati agar tidak menginjak
daun-daun tersebut dan agar tidak menimbulkan suara yang membuatnya ketahuan.
Setelah beberapa saat Xela mendengar suara bercakap-cakap kemudian juga susulan suara motor yang sudah meninggalkan lokasi tersebut.
Xela sedikit mengintip. Ia melihat keadaan. Ternyata semua orang sudah meninggalkan lokasi tersebut.
Hatinya mendadak sedih melihat Landry ternyata sudah pergi bersama teman-temanya, padahal Landry lah satu-satunya orang yang bisa ia harapkan untuk menolongnya.
Xela pun berakhir dengan berlari kearah perginya mereka. Meskipun tidak memungkinkan baginya mengejar motor yang sudah melaju dengan langkah kakinya, Xela tetap berlari sekuat mungkin.
Ia menyesal andaikan tadi tidak bersembunyi dan menampakkan diri kepada mereka, pasti ia tidak berakhir ditinggalkan.
Langkah Xela terhenti di tengah hutan nan sepi semakin gelap, kakinya tidak sanggup lagi melangkah lebih jauh, Xela terjatuh dan berlutut di tengah jalan. Ia sudah tidak kuat lagi, mau berteriak memanggil Landry yang sudah melaju jauh tidak mungkin, mana mungkin Landry mendengar suaranya lagi.
"Huhuhu ... bagaimana nasibku, bagaimana aku pulang."
Xela menangis didalam kesendirian ditengah hutan tidak berpenghuni itu, ia tidak menyangka hal ini akan terjadi padanya.
Ada perasaan benci dihatinya mengingat Ghea. Ghea telah membuatnya menjadi seperti ini, Ghea hanya menjadi orang baik di awal pertemuan tetapi tidak untuk pertengahan dan akhir. Malah ingin menjerumuskan nya.
Xela masih diam di tempat, ia menangis dan terduduk di tanah, tidak ada seorangpun disana, bahkan dari ketinggian ia tidak bisa melihat apa-apa, tidak ada perkotaan, tidak ada lampu semuanya pasti akan gelap gulita sebentar lagi.
'Puk'
Sebuah tepukan di bahunya menyadarkan gadis itu, jika masih ada seseorang disana.
Xela menoleh dan tidak habis pikir melihat keberadaan Landry dibelakangnya, bukannya tadi Landry sudah berlalu pergi meninggalkan hutan tersebut.
"Kenapa kamu disini?"
tanya Landry dingin, laki-laki itu sudah lama menjadi orang yang dingin sejak mereka tidak akrab lagi.
Xela senang ketika mendapatkan Landry masih disana, entah bagaimana caranya.
"Aku dibawa Ghea."
sahutnya jujur.
"Oh mau ngikutin gue gitu?"
tanya Landry sinis.
"Nggak Landry aku di tinggalin disini."
Xela tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.
"Ayo pulang!"
Landry membawanya ke tempat yang sedikit jauh karena motornya berada jauh darinya.
"Bagaimana bisa kamu balik lagi? bukannya tadi kamu udah pergi dari sini?"
Tanya Xela penasaran setelah mereka sampai juga di tempat penyimpanan motor Landry.
"Aku balik karena penasaran, itu aja."
"Maafkan aku Landry."
"Atas apa?"
"Aku mungkin merepotkan mu. Lebih lagi tadi siang nama kamu disangkutkan teman-teman."
"Udahlah jangan dibahas, kita pulang."
Begitulah Landry, ia sangat cuek.
"Landry kamu tidak mau memaafkan aku?"
"Iya aku maafin tapi lagi malas bahas masalah itu."
"Kamu masih suka balapan?"
tanya Xela mengalihkan omongan.
"Kenapa kamu jadi tanya tentang balapan? seharusnya kamu tahu itu hobby ku."
Ya ampun perasaan nggak ada salah ngomong kok secuek ini Landry.
Mereka sudah melewati perkotaan sudah tidak ada lagi percakapan diantara mereka.
"Berhati-hatilah jangan sampai kamu terjebak lagi oleh Ghea, kamu sudah tertindas, bukankah kamu harus berbuat sesuatu agar ini tidak terulang lagi?"
Sekian lama suasana hening, akhirnya Landry membuka pembicaraan, motornya melaju dengan kecepatan sedang.
"Maksudnya?"
"Bukankah kamu tadi bilang kalau kamu sendiri ditinggalkan di hutan. Mereka bermaksud untuk membuang mu dan menyakiti mu, apakah kamu hanya diam?"
Xela terdiam, matanya memandang sekitar. Pemandangan malam kota begitu indah dan membuat siapapun senang melihatnya.
Tetapi kali ini tidak dengan Xela, Xela merasa sedih, ia bahkan tidak mengindahkan ucapkan Landry.
Xela teringat akan smartphone miliknya yang sudah dibuang oleh teman Ghea bernama Apri.
"Xela."
Panggil Landry lagi.
Xela tersadar dengan suara Landry memanggilnya.
"Iya Lan, ada apa?"
"Apa kamu tadi mendengar ku?"
"Iya Landry aku dengar."
"Bagus "
Tidak terasa mereka sudah sampai di depan kost Xela.
"Benarkan kamu masih tinggal disini?"
.
"Iya Landry, terima kasih udah nganterin."
Landry hanya menganggukkan kepalanya sambil memutar balikkan motornya.
"Landry kamu nggak mampir dulu?"
"Nggak, ini udah malam. Kamu istirahatlah!"
"Hmm, oke kamu hati-hati dijalan. Makasih lho udah nganterin."
Setelah Landry sedikit jauh, Xela masuk kedalam untuk beristirahat.
Sebuah bingkai foto dalam kost, Xela pandang dengan kerinduan, Fotonya bersama adik dan ibunya yang ia sayangi.
Ma doakan aku disini, kali ini aku kesulitan lagi, semoga kalian tidak kuatir saat aku tidak bisa dihubungi. Semuanya gara-gara orang jahat yang selalu saja ingin menganggu ku.
****
Xela sudah berada di rumah Alfarel, ia sudah memencet bel karena pintu tertutup. Tampaknya rumah sangat sepi.
'CEKLEK'
Pintu dibukakan oleh seseorang, Xela berharap yang membuka adalah Dafi ternyata harapannya tidak sesuai, yang membuka pintu adalah Alfarel.
"Kamu, kenapa kesini?"
Tanya Alfarel dingin.
Aduh kenapa ditanya lagi sih, seharusnya dia tahu kalau aku mau kerja. Bukankah dia sendiri yang kasi pekerjaan untukku disini tapi kenapa malah nanya lagi.
"Aku mau kerja seperti biasa."
"Oh masih niat kerja ya, terus kemarin kemana? bukannya hari jumat kamu seharusnya juga kerja. Kalau masih mau kerja lain kali jangan pernah malas." tukas Alfarel.
Alfarel tidak tahu apa yang kemarin terjadi dengan Xela.
"Maaf kak, aku kemarin ada kepentingan mendadak jadi aku nggak bisa datang."
Xela berusaha beralasan kepada Alfarel.
"Hah? kepentingan apa. Apa kamu mencari pekerjaan lain lagi? apa kamu tidak betah bekerja disini atau gajinya terlalu sedikit?"
Jawaban laki-laki itu malah aneh, bahkan Xela bingung, Alfarel mengucapkannya dengan nada penuh tekanan, ia mudah sekali berubah.
"Nggak kak, bukan begitu. Aku ada kepentingan lain lagi."
Rasanya Xela salah ngomong dengan bos nya yang super aneh itu. Apalagi coba alasannya kalau nanti Alfarel bertanya lagi tentang kepentingannya, haruskah Xela menjawab jujur kalau kemarin ia dibawa oleh Ghea ke sebuah hutan dan ditinggalkan disana?
"Sudahlah itu kepentingan mu. Yang penting hari ini kamu bekerja sampai malam, jangan pernah keluar rumah karena aku akan pergi, Dafi juga nggak ada dirumah."
Ucapnya kemudian mempersilakan Xela masuk. Alfarel bergerak ke sebuah sofa dan mengambil jaketnya disana bersiap-siap untuk pergi.
"Jangan lupa bersihkan setiap ruangan dan nanti sore kamu harus memasak untuk makan malam."
Banyak lagi perintahnya yang di berikan Alfarel secara berturut-turut.
Bahkan Xela sampai harus menggunakan rumus matematika agar dapat mengingat semuanya.
"Oke."
hanya itu yang bisa Xela katakan.
"Yang bersih awas kalau nggak."
ucapnya sebelum melangkah pergi.
bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
nengah suarni
xela bodoh tdk pernah memberi alasan dipendem sendiri memang bisa selesai in sendiri masalah nya
2021-08-20
1
Ria Diana Santi
Tetap semangat ya Thor!
2021-06-11
1