Xela masih duduk di ruang tamu sambil memandangi snack di atas meja, ada sebuah stoples berisi roti diatas meja yang membuat Xela menelan salivanya. Jujur ia sangat kelaparan karena tadi siang tidak makan.
"Kamu tunggu disini, silakan duduk di sofa, asalkan jangan sentuh apapun disini. Mengerti!"
Ucapan laki-laki yang merupakan tuan rumah mewah itu membuat Xela ingin menangis menahan keinginannya, ia merasa lapar akan tetapi la tidak boleh menyentuh apapun.
Ya Tuhan, kalau aku tidak makan siang ini maag aku akan kambuh dan besok pasti aku tidak bisa kesekolah.
Xela bersungut didalam hati, sesekali tangannya menjulur pada stoples berisi roti penuh, ia berniat untuk mengambil roti tersebut, tetapi niatnya segera ia urungkan dengan menarik kembali tangannya sambil setelahnya ia memukuli tangannya sendiri yang tidak bersalah itu.
Huhuhu ... apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa lagi menahan lapar ini
'KRIUUKK'
Rasa lapar yang Xela rasakan disusul dengan bunyo gemuruh di perutnya. Karena merasa terlalu lapar, maka Xela memberanikan diri untuk mengambil sepotong kue di dalam stoples.
Em, enak banget kue nya. Andai aku bisa membawanya pergi dari sini.
Xela mengambil satu potong lagi setelah kue yang ada di tangannya telah habis, namun kali ini saat dirinya akan memasukkan kue lembut dan manis ke dalam mulutnya, laki-laki dengan celemek kuning menghampirinya dengan membawa sebuah nampan berisi minuman.
Roti yang tadi belum sempat la masukkan kedalam mulutnya akhirnya ia kembalikan.
"Masukan aku. Tidak seharusnya aku memakan kue ini tanpa seijin empu rumah. Maafkan aku karna aku merasa sangat lapar."
Ucap Xela mengakui, ia menundukkan kepalanya setelah laki-laki celemek kuning berdiri di hadapannya sambil meletakkan segelas jus di hadapannya.
Ya ampun. Ini nona masih polos banget ya, dia siapa bang Al ya? Cantik lagi malah
batin Dafi menatap Xela yang duduk dengan badan membungkuk.
"Jangan sungkan, silakan ambil dan makan saja, ini minumannya di minun ya! "
ucap Dafi sambil menyodorkan minuman, Xela menyambutnya dengan senang hati.
Akhirnya dahagaku akan berakhir.
Dafi yang masih penasaran terutama dengan latar belakang perempuan yang kini meminum jus akhirnya ia duduk untuk menemaninya.
Xela merasa canggung setelah tahu dirinya ditatap oleh Dafi yang, laki-laki ber celemek yang baru ia kenal juga.
"Siapa kamu?"
Pertanyaan yang umum itu akhirnya terdengar di telinga Xela. Xela menaruh gelas ke atas meja bersiap untuk menyahut Dafi.
"A ...aku."
Belum sempat Xela mengucapkan kalimat utuh, ucapannya di potong.
Oh namanya bang Al.
Xela bukannya menggubris perkataan Al, ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri dengan menatap wajah Alfarel yang tajam.
"Hello, saya bertanya tapi kenapa anda seperti patung saja. Anda menatap wajah saya atau benar-benar melamun sih?"
Alfarel mulai kesal dengan bertanya demikian kepada Xela. Xela terperanjat kaget lalu mengalihkan pandangannya.
"Tidak ada. Gimana mau jelaskan tadi, taunya omongan sudah kepotong."
Ketus Xela. Alfarel tersenyum tipis.
"Oke, saatnya kamu harus ceritakan kepadaku saja, karna aku telah menolong mu, aku berhak tahu apa yang terjadi. Jelaskan sekarang!"
Laki-laki itu memintanya menjelaskan, apa yang harus Xela katakan, sejujurnya ia tidak ingin masalahnya diketahui orang lain. Bisa dikatakan Xela lebih suka memendam masalah sendiri. Kecuali jika orang yang sangat ia percaya baru akan ia ceritakan segalanya.
"Hei dia orang nyasar, berhenti menginterogasi orang yang tidak tahu apa-apa ini." Potong Alfarel yang tiba-tiba datang dari dalam.
Xela merasa kesal, jawaban laki-laki itu selalu memalukan terutama bagi dirinya yang dikatai orang nyasar.
"Daf, tinggalkan kami!" Titah Alfarel.
"Baik bang Al."
Dafi menuruti saja meskipun ia tidak mendapat informasi apapun yang ingin ia peroleh dari perempuan asing itu.
"Apa kau sudah memberi tahu tentang dirimu kepada dia? "
Sepeninggalan Dafi, Alfarel bertahta kepada Xela demikian. Xela mendongakkan kepalanya menghadap Alfarel.
Dengan Ghea, ya dulu Xela sempat membicarakan keluhannya kepada Ghea, tapi siapa sangka Ghea malah menjebak dan memanfaatkannya.
"Jawab! Sebelumnya namamu siapa? "
"Xela." Jawab Xela dengan malas, ia mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Oke, panggil aku Al. Kau harus menjelaskan kepadaku bagaimana bisa kau masuk ke kandang buaya itu. Apa kau sengaja menjual diri untuk mendapatkan uang? "
Tanya Alfarel dengan sinis.
Jangan ditanya lagi bagaimana reaksi Xela mendengar lontaran dari Alfarel, hatinya sangat sakit. Ia ingin menangis saat ini.
"Ya, aku menjual diri. Apa lagi, sudah jelas bukan?"
Xela menjawab dengan sembarang, itupun karena ia merasa jawaban itu akan membuat Alfarel puas karena sebelumnya kata-kata yang ia lontarkan hampir sama persis dengan ucapannya saat ini.
"Perempuan murah. Umurmu berapa? "
"18."
"Huh kau sangat bodoh. Apa kau sudah kehabisan uang atau kau gila uang? Lantas kenapa tadi kau berteriak melayani pelanggan mu, apa dia ganas?" Tanya Alfarel kepada Xela yang kini tertunduk.
'PLAKK'
Tamparan keras mendarat di pipi Alfarel, tidak terduga Xela berani melakukan hal tersebut kepada laki-laki tampan, kaya dan terhormat itu.
"Kau ... kau berani menampar ku? Kau harus membayarnya." Ucap Al dengan muka gusar.
"Kau yang sudah berani terlalu ingin ikut campur kehidupanku maka aku patut menampar mu atas ucapan yang kurang ajar itu."
"Hah, kurang ajar dari mana? Bukankah semua yang aku katakan ini fakta? Kau bilang kalau kau menjual diri, lalu apa salahnya dengan ucapanku?"
Tanya Alfarel yang masih tenang, rasanya ingin sekali ia menyeret dan menghajar perempuan di hadapannya. Tetapi mana mungkin bagi seorang Alfarel untuk melakukan hal bejat, terutama kepada orang yang baru ia kenal. Lagipula sebenarnya Al laki-laki dewasa yang baik, ia tidak pernah main perempuan, meskipun ia sering ke Rose Room, disana tujuannya hanya untuk sekedar minimal alkohol agar setelahnya ia merasakan tidur nyenyak.
"Kau tidak tahu apa-apa dengan kehidupanku, jangan mencoba untuk ikut campur. Aku tidak suka itu, huhuhu ..."
Xela kembali menangis seperti anak kecil usia enam tahun, dengan tangan yang tak hentinya mengusap wajahnya yang lembab.
Dasar perempuan aneh. Siapa yang sakit ditampar, siapa yang nangis. Cengeng amat. Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan ini, apa benar dia menjual diri demi uang.
Al terus memerhatikan Xela tanpa sediktpun berpikir untuk mengambil tisu dihadapannya untuk diberikan kepada gadis yang sedang menangis.
"Berhentilah menangis!"
Semakin lama, Alfarel semakin kesal melihat Xela yang terus menangis, seolah ia yang menyebabkan. Walaupun nyatanya benar, Alfarel membuat Xela menangis.
Hati Xela terluka oleh ucapan Alfarel, rasanya menyesal bagi Xela menjawab Al dengan mengatakan jika dirinya menjual diri, sebab karena ucapannya ia dihina laki-laki itu.
"Ini ambil semua. Jangan menjual diri lagi kalau kau tidak mau terkena penyakit menular seksual, sayangi nyawamu sebelum akhirnya menyesal."
Dengan wajah gusarnya, Alfarel melempar beberapa lembar uang kertas nominal seratus ribu tepat di pangkuan Xela
bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
jeruk_asem
😓
2022-08-02
1
Puspa Raya
bodoh tu si xela kenapa gak jujur aja sih
2021-07-17
1
IceCreamy
lah aneh juga, kenapa g jujur aja. giliran dikatain ngamuk
2021-07-03
6