"Lepaskan tanganku sakit."
Xela memohon agar tangannya di lepaskan setelah ia berhasil dibawa ke parkiran. Namun sepertinya laki-laki yang mencengkram tangannya kali ini seperti akan menghukumnya.
Ah tidak, tidak mungkin begitu, baru saja kenal!
"Jangan membantah atau aku akan mengembalikan kamu kesana lagi. Kamu pilih yang mana?"
Laki-laki itu berkata demikian. Jelas dari ucapannya ia memiliki sifat yang arogan.
Sial, kalau mau dikembalikan lagi kenapa tadi nolongin.
Xela kesal, ia hanya bisa menuruti saja perlakuan laki-laki yang menyebalkan itu selagi ia tidak berlaku macam-macam.
Mobil yang ditumpangi Xela melaju melintasi jalan raya, pemandangan kota R yang panas membuat Xela seketika melemas. Ia bersyukur kali ini berada didalam mobil, karena jika dirinya di luar. Dijamin kulitnya akan terbakar.
"Apa yang membuatmu ke tempat itu. Apa kamu sangat murah sehingga masuk ke kandang buaya?"
Suara berat laki-laki yang mengendarai mobil serta laki-laki yang juga telah menolongnya beberapa menit yang lalu membuat pandangan mata Xela menoleh.
Hatinya bagai diremukkan oleh ucapan menyakitkan itu, bagiamana bisa laki-laki yang tidak tahu apa-apa itu mengatakan ia 'murah'. Apakah ia tidak tahu jika Xela dijebak.
"Apa maksudmu. Jaga ucapan mu itu kalau tidak tahu apa-apa!"
Jawab Xela dengan menggertak kan gigi, ia sangat marah dengan ucapan yang menyakitkan itu.
"what's wrong with my words? bukankah sekian banyaknya seperti itu. Kamu yang harusnya menjaga ucapan mu kalau kamu tidak tahu aku siapa. Aku tahu persis kegiatan orang-orang di ROSE ROOM. Apa kamu pura-pura idiot ingin menipuku."
"Apa? Aku memang tidak tahu kamu siapa tapi aku tidak takut. Kamu hanya orang yang tidak punya akhlak sembarangan aja ngomong."
Terukir senyuman tipis dari bibir laki-laki itu setelah mendengar ucapan Xela. Xela jengkel melihatnya, wajahnya memang tampan bagi Xela, tetapi ia tidak pernah menyangka jika hati laki-laki itu tidak seindah wajahnya yang membuat siapapun terpesona.
"Baik, kali ini kau akan menjadi tahanan ku."
"Apa maksudmu? Kalau kau menolongku dan sekarang malah mau menjadikan aku tahanan, kenapa tadi menolongku. Lebih baik tadi kau tidak usah menolongku."
"Apa?"
Laki-laki itu menghentikan mobilnya seketika lalu menatap Xela dengan senyuman miring di bibirnya, satu alisnya terangkat menatap Xela dengan tatapan penuh tantangan.
Xela tegang, ia sedikit salah tingkah sambil gerakan tangannya menggaruk pelan keningnya untuk menutupi wajahnya yang ditatap intens oleh laki-laki itu.
Masa ia aku tidak dapat menyangkal. Dia tampan sayangnya hatinya tidak. Tuhan andaikan engkau mengubah hatinya agar dia menjadi laki-laki yang tidak sombong dan tidak sok tahu seperti ini.
"Mari kita putar balik. Aku akan mengembalikan mu ke ROSE ROOM dan mengembalikan kamu kepada om om tadi."
Sambil tersenyum sinis laki-laki itu mengemudi sambil matanya masih melirik Xela, baru Xela sadar laki-laki itu sangat lihai mengendarai mobil.
Xela merasa cemas, laki-laki itu benar-benar memutar balik mobilnya yang kini melaju kembali ke tempat yang bernama Rose Room itu.
Yah, kenapa menjadi seperti ini. Semua laki-laki sama saja. Kenapa dia menolongku kalau tidak dengan hati ikhlas.
Xela panik, hatinya sudah berdebar. Hatinya sangat sakit, ia merasa takut dan sedih. Masih teringat kejadian sebelumnya akan pengkhianatan sahabatnya padahal dulu hubungan mereka sangat baik.
Jarak ke Rose Room semakin dekat, jujur dilubuk hati Xela ia tidak ingin lagi kembali ke Rose Room bahkan melihatnya saja sudah membuatnya merinding.
Xela pun menangis karena ketakutan, Xela menutupi wajahnya. Ia membayangkan betapa bejatnya perlakuan dari laki-laki hidung belang tadi. Beruntung dirinya belum sempat diapa-apakan oleh laki-laki itu.
Alfarel mengendarai mobilnya dengan tenang, entah mengapa sepertinya hatinya sedikit terhibur meskipun ia saat ini sedang bersama perempuan yang baru saja ia kenal. Berawal dari ucapan perempuan itu membuatnya merasa tertantang, rasanya perempuan itu adalah lawan adu mulut yang sesuai daripada beradu mulut dengan Dafi yang sedikit alay.
Namun disaat Alfarel tersenyum tipis melihat wajah panik perempuan yang menurutnya sangat lucu dan menghibur, tiba-tiba saja hatinya berdebar ketika perempuan itu tiba-tiba menangis menutupi wajahnya.
Alfarel merasa iba melihatnya, ia menghentikan mobilnya dan melirik perempuan yang menangis di sebelah kemudinya.
Alika, kenapa aku teringat Alika saat melihatnya. Sikapnya sama seperti Alika saat merajuk.
Hati Alfarel seolah dibelai, ia menjadi kasihan melihat perempuan yang baru ia kenali itu.
Alfarel tidak ingin bertanya-tanya lagi karena rasa egonya lebih besar, ia tidak mau bertanya kepada perempuan itu mengapa ia menangis.
Alfarel mulai memutar balik mobilnya lagi tanpa diketahui perempuan itu.
*Memang laki-laki itu sangat tidak berperasaan. Sampai kapan aku harus begini, aku tidak ingin membuka mataku untuk melihat tempat itu lagi. Tempat itu seperti neraka perebut masa depan*.
Xela tidak menyadari jika mobil telah berhenti ke tiga kalinya, bahkan ia tidak tahu jika mobil yang ia tumpangi kini berhenti di tempat asing dan bukan di tempat yang dinamakan Rose Room itu.
"Turun sekarang. Apa kamu ingin mengeringkan diri didalam mobil yang sudah berhenti ini?"
Terdengar suara laki-laki membuka pintu memintanya untuk keluar dari mobilnya. Memang cuaca sangat panas, terasa sangat panas juga rasanya didalam mobil setelah mesin mobil mati.
Xela diam saja mendengar ucapan laki-laki itu. Ia tidak mau turun lagi ke tempat yang ia kira, tempat yang hampir saja merenggut masa depannya.
"Ayo. Apa kau mendebarkan aku. Turun!"
Sekali lagi ucapan dari laki-laki itu terlontar. Xela tidak menghiraukannya.
"Hei perempuan, apa kau memiliki gangguan telinga. Kau membuatku marah."
Aku tidak mau, kau laki-laki seperti apa. Menolongku namun kau berusaha membuatku jatuh lagi ke neraka itu.
Xela hanya bisa menanggapi ucapan laki-laki itu didalam hatinya, tangan lentiknya yang masih menutupi wajahnya sedikit mengusap pipinya yang basah oleh air mata yang masih mengalir hangat.
"Ayo. Apa kau ingin menodai mobilku dengan keringatmu dengan berlama-lama disini."
Alfarel yang habis kesabaran karena perempuan itu tidak menghiraukan perkataannya, segera ia menarik paksa perempuan itu agar keluar dari mobilnya.
Tangan Xela ditarik keluar, sehingga wajahnya yang lembab oleh air mata tidak bisa disembunyikan lagi.
"Hiks ... aku tidak mau kembali ke tempat itu lagi. Disana bagaikan neraka, aku tidak mau."
Setelah tangannya berhasil ditarik keluar dari mobil oleh laki-laki itu, Xela kembali menutup wajahnya lagi. Sebab saat ini ia masih menangis sejadi-jadinya.
bersambung ...
~
*Hallo jangan lupa dukungannya, sebab novel ini dibuat agar dapat dukungan Agar author tahu seberapa senangnya pembaca dengan cerita ini.
Terima kasih* ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
jeruk_asem
💥
2022-08-02
1
Phoenix VR
masih lanjut baca
2021-06-09
1