Setelah para pasukan lizardman dan jenderal iblis Tokage hilang dibawa oleh seorang wanita cantik dengan sihir yang tidak aku mengerti, entah mengapa aku dapat menggerakkan tubuhku kembali.
Akan tetapi yang kurasakan saat ini adalah tubuhku yang terasa lemas, mungkin ini efek akibat pertarungan.
Aku melihat kearah Latifa, tampaknya Latifa yang sedang mengobati Rin agar bisa membantunya untuk mengobati yang lain.
Aku dengan tubuh lemas ku berjalan mencoba mendekatinya sambil mengambil kembali sarung katana milikku yang tergeletak di tanah dan menyarungkan kembali katana, lalu berkata, "Ada yang bisa ku lakukan Latifa?"
"Tidak usah Kazura. Kau sudah berjuang hebat dalam pertarungan. Lebih baik kau duduk istirahat saja."
"Tapi a---."
"Sudahlah kamu istirahat saja."
"Baiklah kalau begitu keinginanmu."
Aku akhirnya menuruti perintah Latifa dan duduk di sampingnya, memperhatikannya sedang mengobati Rin.
Kedua telapak tangannya mengeluarkan cahaya putih di tempelkan di perut bagian kiri Rin yang terluka.
Setelah memakan waktu tak cukup lama, mungkin sekitar satu atau dua menitan, Rin tampaknya sudah mulai siuman. Rin membuka matanya perlahan dan tersadar.
Tak lama Leon-san dengan para rombongannya berlari kearah kami dengan wajah cemas.
"Para tim penyembuh cepat sembuhkan mereka yang terluka parah."
"Baik komandan."
Orang-orang yang dibawa Leon-san yang masuk dalam tim penyembuh berpakaian seperti sister dan pastur bergegas ke arah orang-orang yang tergelak terluka.
"Kazura-san apakah kau baik-baik saja?"
Dia membungkuk menanyakan kondisiku.
"Ahhh aku tidak baik-baik saja disini. Tubuhku sangat lemas, sehingga aku tak bisa menahan kesadaranku saat ini."
Aku melontarkan jawaban kepada Leon-san dengan nada suara yang lemas.
"Akan tetapi keadaan disini tampak sangat menyeramkan."
Sambil melihat sekitar, Leon-san berbicara begitu. Banyak para petualang dan prajurit yang tergeletak terluka ringan atau terluka parah dan ada juga beberapa orang yang meninggal.
"Jadi Kazura bagaimana keadaan disini tadi? Apakah kalian berhasil mengalahkan jenderal iblis Tokage itu."
"Aku sedikit lagi berhasil membunuhnya, akan tetapi seorang wanita memakai kimono hitam datang menahan serangan dan membawa jenderal iblis Tokage yang terluka parah."
"Begitu yah, baiklah laporanmu ku terima."
"Baiklah kuserahkan sisanya kepadamu Leon-san, Aku sudah tak kuat lagi menahan kesadaranku."
Aku langsung tergeletak ke tanah tak sadarkan diri setelah berkata kepada Leon-san.
***
Aku membuka mataku secara perlahan. Saat aku sadar yang kulihat pertama kali adalah atap kayu. Aku melirik kearah kiriku ada sebuah jendela sedikit celah terbuka dan dari celah itu aku bisa merasakan angin sejuk berhembus masuk ke kamar ini.
Saat ku lihat pemandangan dari dari balik kaca, cahaya bulan menembus kaca bersinar ke arahku menandakan hari sudah memasuki malam.
Kemudian aku berpaling melirik ke arah kananku. Terlihat di sampingku ada Latifa yang duduk tertidur di sampingku dengan kepalanya ditempelkan di atas kedua tangannya yang diletakkan diatas kasur.
Wajahnya yang dekat sekali dengan wajahku membuatku tampak grogi. Sesaat aku terdiam dan hanya bisa memandangi wajah Latifa. Bulu matanya begitu panjang bergelombang dan wajah cantiknya saat dia tertidur.
Setelah itu aku melihat sekeliling kamar ini, ternyata aku sudah berada di kamar penginapan yang ku sewa.
Aku menghela nafas, merasa lega karena sudah berada di penginapanku. Akan tetapi disitu juga aku berpikir bahwa pastinya aku telah merepotkan Latifa serta yang lainnya saat aku tak sadarkan diri.
Aku beranjak duduk di kasurku secara perlahan. Melihat Latifa yang tertidur tampak imut serta rambutnya yang berkilau aki tidak bisa menahan melihat keimutannya dan akhirnya mengusap lembut kepala Latifa.
Seperti yang terlihat, saat rambutnya ku usap-usap terasa lembut. Akibat ulahku dia menggerakkan kepalanya dan terbangun.
"Aaahh Maaf. Maafkan aku Latifa karena sudah membangunkan mu."
Latifa terkejut dengan ucapanku dan langsung memelukku dengan erat.
Sejarang aku dikejutkan akan tingkahnya yang tiba-tiba memeluk tubuhku erat. Dadanya yang besar menempel di tubuhku, sensasi yang kenyal membuatku tak ingin melepaskan pelukannya.
"Kazura... Kazura... Kazura, Kazura, Kazura. Syukurlah kau sudah siuman Kazura."
Dia terus menyebut namaku beberapa kali dengan suara yang terharu dan air mata yang tertahan di kelopak matanya mengalir melewati pipinya.
"Ia, ia. Ini aku Kazura."
Latifa tampaknya sangat senang sampai ia tak sadar pelukannya saat ini bertambah kencang terhadapku.
"Latifa, Latifa bisa kau lepaskan pelukanmu ini mulai membuatku tak bisa bernafas!"
Begitu ucapku bersamaan dengan menepuk-nepuk punggungnya.
"..... Ohhh maaf Kazura, maaf!"
Perkataannya dibarengi dengan cepat melepaskan pelukannya dan tersenyum terhadapku.
Aku mulai mengerti ucapan orang-orang sekarang bahwa ada kematian di balik kebahagiaan. Apakah begini kah rasanya.
Latifa mengusap air matanya dengan jari telunjuknya.
"Aku khawatir kepadamu tahu, karena kau sudah 3 hari tidak sadarkan diri."
"Eh. Ehhh...!! aku sudah 3 hari tidur tak sadarkan diri!"
Aku terkejut mendengar perkataan Latifa. Karena untuk pertama kalinya, Aku tidak tau bahwa selepas pertarungan yang melelahkan aku bisa tidak sadar selama tiga hari.
Seakan tidak percaya, aku bertanya kembali kepada Latifa.
"Apakah kau serius aku tidak sadarkan diri selama tiga hari."
Latifa menjawabnya dengan mengangguk.
Tak lama perutku mengeluarkan bunyi lapar. Lalu Latifa pun tertawa mendengar suara perutku.
"Tampaknya kau tersadar akibat perutmu merasa lapar."
Aku hanya bisa tersenyum canggung menanggapi perkataannya. Latifa kemudian melanjutkannya.
"Yasudah kalau begitu lebih baik kita turun saja untuk makan bersama!"
Kemudian Latifa beranjak diri dari kursinya.
"Yasudah ayo kita turun ke bawah."
Latifa mengajakku untuk turun ke lantai dasar penginapan ini yaitu yang dijadikan sebuah bar.
Aku perlahan menggusur pantatku menuju ujung kasur dan bangkit dari tempat tidurku dan berdiri.
Kesan pertama saat aku berdiri kembali setelah tiga hari lamanya, saat ini merasa sedikit pusing dan itu membuat badanku sempoyongan. Akan tetapi aku mencoba mempertahankan pijakanku dan berdiri tegap kembali seperti biasa.
"Kazura apakah kau baik-baik saja?"
Rasa cemas nampak tergambarkan dari raut wajahnya saat aku akan terjatuh.
"Tidak, aku tidak apa-apa Latifa. Barusan aku hanya sedikit pusing." Menunjukkan senyuman kepadanya dan berkata seperti itu kepada Latifa agar menghilangkan kecemasan dari Latifa.
"Sudahlah, lebih baik sekarang kia kebawah. Aku sudah lapar nih."
Kami akhirnya berjalan berdua keluar kamar untuk menuju ke lantai bawah untuk makan malam.
"Ohh iya kamu tidak memakai jubahmu? Apakah tidak apa-apa?"
Perkataanku kepadanya saat kami berdua sedang berjalan menuruni tangga.
"Ahh kalau untuk itu. Itu tidak apa-apa, karena semua yang disini sudah tahu sosok ku saat kejadian waktu itu."
"Ehhh, waktu itu?"
"Iya waktu itu, tepatnya tiga hari yang lalu disaat aku dan Leon-san membawamu kemari karena tak sadarkan diri. Karena aku panik akan keadaanmu, tudung jubah yang menutupi kepalaku pun terbuka dan mereka semua hasilnya melihat wujudku yang sebenarnya."
"Ehh begitu yah. Maafkan aku akan hal itu."
Aku merasa menyesal karena telah membuat Latifa cemas sekaligus kerepotan akan ku. Latifa melambaikan tangannya kepadaku.
"Kau tidak perlu meminta maaf. Lagi pula hal yang sudah terjadi tidak dapat diulang kembali, dan lagipula itu tidak seberapa menurutku."
"Maa.... Ohh iya bagaimana tanggapan mereka setelah melihat wujudmu yang sebenarnya?"
Aku bertanya padanya karena penasaran ingin mengetahui akan reaksi mereka yang melihat Latifa sebagai ras Elf dari mulut Latifa sendiri.
"Seperti umumnya reaksi pertama mereka terkejut melihatku yang seorang Elf padaku. Akan tetapi karena aku membantu mereka serta aku teman baikmu juga mereka bersikap baik padaku kok!"
Aku merasa senang sekaligus lega mendengar Latifa diperlakukan baik oleh yang lainnya dan juga disambut dengan baik juga.
Setelah sudah sampai di bawah lebih tepatnya dilantai dasar yang dipakai sebagai bar, nampaknya terlihat sepi.
"Wahh siapakah itu. Tampaknya kau sudah siuman yah Kazura-kun."
Ucap Mei-san pemilik penginapan yang berada di balik meja bar.
"Iyah Mei-san. Oh iya bi, tumben hari ini kenapa disini sepi?"
Mei-san pemilik penginapan tertawa sehabis mendengar perkataanku. Aku memiringkan kepalaku karena tak mengerti sebelah mana perkataanku yang harus di tertawakan.
"Ahhh maaf-maaf Kazura-kun. Akan tetapi asal kamu tau, saat ini waktu sudah memasuki tengah malam, jadi wajarlah terlihat sepi. Yasudah kalian duduk, Aku akan menyiapkan makan yang enak untukmu."
Kami berjalan ke meja makan yang biasa kami tempati dan duduk di sana saling berhadapan.
"Ohh iya, disaat kau tertidur, Leon-san datang berkunjung kesini dan menitipkan pesan kepadaku."
"Pesan? Pesan seperti apa maksudnya?"
Aku terkejut karena Leon-san tiba-tiba menitip pesan kepadaku.
"Isi pesannya seperti ini, 'Jika tuan Kazura telah bangun, tolong sampaikan kepadanya bahwa penguasa Kota Elato ingin bertemu dengan anda secepatnya' toh begitulah isi pesannya yang dititipkan kepadaku."
"Gehhh....!"
Setelah mendengar isi pesan itu, bisa terbayang olehku ini pasti sesuatu yang sangat merepotkan.
"Benarkah isi pesan yang dititipkan Leon-san kepadamu berbunyi seperti kau katakan tadi."
"Enn... tentu saja."
Jawab Latifa sangat pasti sambil menganggukkan kepalanya.
"Haaa.... Untuk apa penguasa kota memanggilku?"
"Aku tidak tau! Mungkin ingin memberimu penghargaan kali!"
"Hahhhh...., ini pasti akan menjadi hal yang merepotkan. Ohh iya apakah para petualang di guild ada yang mengganggumu?"
"Tidak, mereka tidak ada yang menggangguku. Malahan mereka semua baik kepadaku karena rahasiaku sudah diketahui mereka. Dan aku serta para petualang lainnya akan memberi sebuah kejutan untukmu besok di guild. Hehehe..."
"Heee..., memang apa yang akan kau berikan padaku?"
Aku merasa penasaran apa yang akan berikan kepadaku.
"Tunggu saja besok, namanya juga kan kejutan, hehehe...."
Dengan tawanya yang kecil kepadaku, hatiku menjadi merasakan sesuatu firasat yang tidak enak dan sekaligus penasaran.
Tak lama makanan yang dibawa oleh Mei-san pun telah datang.
"Baiklah Kazura-kun, Latifa. Silahkan kalian nikmati hidangan spesial yang telah kami buat yah. Pertama untuk pembuka ada udang ruby dengan kerang yang direndam dalam anggur dan beberapa kacang polong, lalu sup kaldu ikan dengan telur. Kemudian hidangan utamanya ada daging sapi bakar bumbu madu dan ayam panggang. Dan yang terakhir hidangan penutup ada kue susu yang disiram madu dan beer jahe plus madu yang bagus untuk kesehatan. Silahkan menikmati."
Aku dan Latifa terdecak kagum akan hidangan yang telah di sediakan oleh Mei-san pemilik penginapan ini.
Gleg~ suara keluar dari tenggorokanku akibat aku menelan ludahku sendiri karena sudah tidak tahan akan godaan bau kenikmatan dari makanan yang ada di hadapanku.
"Wahh semuanya terlihat enak sekali bibi, air liurku seketika akan keluar ini.
"Iya betul Mei-san. Kami takkan sungkan memakannya!"
"Baiklah kalau begitu aku permisi."
Ucap Mei-san berjalan berpamitan kepada kami untuk kembali ke tempat duduknya.
"Ohh iya untuk harga makanan ini berapa Mei-san?"
Langkahnya terhenti akan pertanyaanku. Dia pun berbalik menatapku dan berkata, "Ini semua gratis untukmu karena telah menyelamatkan kota ini. Baiklah Mei-san ke belakang dulu."
Kemudian ia pun melangkah menuju ke tempatnya kembali.
"Terima kasih banyak yah Mei-san."
"Yah sama-sama."
"Baiklah selamat makan."
Latifa merasa heran melihat aku berkata begitu sambil menepukkan kedua tanganku.
"Kamu melakukan apa Kazura."
"Ahh ini adalah kebiasaanku saat di negaraku kalau ingin makan."
Latifa tak bertanya kepadaku lagi dan mengikuti ku. Setelah itu Aku serta Latifa langsung melahap makanan yang ada di hadapanku.
"Hmmm makanan pembuka ini terasa enak yah Kazura."
"Iya benar sekali terasa ringan rasa kerangnya dan memiliki sensasi unik jika dimakan bersamaan dengan kacang polongnya Latifa."
"Sup nya juga enak loh jika dicampur dengan kerangnya Kazura."
"Hmm, hmm benar sekali Latifa. Baiklah sekarang aku ingin melahap makanan utamanya."
Aku langsung mengambil satu potongan daging sapi itu dengan garpu ku lalu memakannya. Dagingnya terasa empuk saat ku kunyah dan sangat ringan bumbunya juga.
"Ini daging juga enak loh Latifa!"
"Sudahlah jangan banyak bicara Kazura, kita langsung habiskan saja."
Kami pun melahap semua makanan yang diatas meja hingga tak tersisa.
Selepas selesai melahap semua makanan dan minuman yang ada di atas meja.
"Terima kasih atas makanannya. Ahhh kenyang sekali perutku."
Aku mengelus-elus perutku yang terlalu kekenyangan sampai terlihat melar bagaikan balon sehabis ditiup sambil menyenderkan punggungku ke senderan kursi.
"Yahh aku sependapat denganmu Kazura. Sekarang aku malah menjadi ngantuk."
"Yahh aku pun sama Latifa. Yasudah kalau begitu aku akan ke kamarku kembali. Mei-san terima kasih atas makanannya yah."
"Yahh sama-sama."
Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar ku. Lalu disusul dengan Latifa bangkit dari tempat duduknya berjalan mengikuti ku dari belakang dia memiliki tujuan yang sama sepertiku yaitu kembali ke kamarnya juga.
Setelah aku dan Latifa sudah di depan pintu kamar kami masing-masing. Kami terhenti di sana, dan dari situ kami saling memandang.
"Selamat malam Kazura."
"Selamat malam juga Latifa."
Kami akhirnya membuka kamar kami masing-masing dan masuk ke dalam kamar kami untuk memulai beristirahat kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
David Yan
lamaaaaaaaa
2020-05-11
0
IVAN
Ceritanya bagus, Semangat thor👊
Mampir juga diceritaku ya
[IM]PERFECT MARRIAGE
Luci[D]reaM
Ugly Girl x Famous Boy
2020-04-02
0
FrOsT_D_ASURA
kapan lanjutannya thorr
2020-04-01
0