Membeli Peralatan Untuk Bertualang.

Sebelum aku berangkat menjalankan Quest. Aku mencoba mencari toko peralatan senjata untuk melengkapi senjata tempurku agar memudahkan di perjalanan jika aku bertemu dengan musuh.

Namun entah mengapa kebetulan yang tak terduga. Dari kejauhan aku melihat Christine, Davin dan dua orang yang tak kukenal berjalan, jika dari arahnya, mereka sepertinya ingin ke guild.

"Hoiii Christie, sebelah sini!" Tanpa sungkan aku memanggil Christie dengan suara keras.

Aku tidak tahu apakah suaraku akan terdengar oleh Christie atau tidak, karena teriakan panggilanku itu bercampur dengan kebisingan suara sekelilingku yang diciptakan oleh para pedagang yang berteriak menjajakan dagangannya dan juga orang-orang yang berbelanja.

Aku mengulang panggilanku beberapa kali, hingga akhirnya Christie menyadari panggilanku dan berbalik melihat ke arahku.

"Ohh Kazura kah."

Kemudian Christie, David serta kedua temannya menghampiriku.

"Kamu habis dari manakah Christie, David, dan...?" Aku membuka obrolan pertama kali dengan bertanya kepada mereka berempat.

"Aku baru saja menyelesaikan Quest yang kami ambil. Sekarang kami mau membuat laporan dan mengambil imbalan ke guild. Dan kenalkan mereka ini adalah teman-temanku."

"Perkenalkan namaku Rin. Aku adalah pengguna sihir, salam kenal."

Begitu ucapnya, seorang gadis muda dengan wajah riang kira-kira umurnya sekitar 15 tahunan, memakai pakaian penyihir, memegang tongkat sihir, bermata cokelat, serta berambut cokelat yang berada di sebelah kanan Christie.

"Perkenalkan aku Kazura, salam kenal."

Bersamaan dengan mengangguk membalas perkataan Rin.

"Perkenalkan namaku Gorther, aku adalah tanker di dalam tim ini salam kenal."

Ucap seorang lelaki tinggi kira-kira 180 sentimeter, berbadan besar nan kekar bagai seorang pegulat, memakai zirah dan memegang perisai bewarna silver mengkilap yang sedang berdiri tegap di sebelah David.

"Yah salam kenal juga."

"Ohh iya memang kamu akan kemana sekarang?"Ucap David kepadaku.

"Aku sekarang ingin membeli sebuah pedang dan satu set armor, namun aku tak tau harus dimana membelinya. Kebetulan tadi aku melihatmu jadi aku panggil saja sekalian ingin ahu dimana toko yang bagus untuk membeli perlengkapan senjata hehehe...."

"Ohh begitukah. Kalau begitu bagaiman kalau aku yang mengantarmu ke toko peralatan? , kau tunggu dulu saja di alun-alun kota, nanti aku akan segera menemui mu disana?"

Christie menawarkan bantuannya padaku dengan wajah yang senang.

"Apakah tidak merepotkan kamu Christie?"

"Tenang saja, tenang saja kau tidak merepotkan ku kok."

"Baiklah aku terima bantuanmu Christie."

Setelah begitu Christie, David, Rin, serta Gorther beranjak pergi menuju guild, sementara aku berjalan menuju ke alun-alun kota yang jarak tempuhnya tidak jauh dari tempatku saat ini.

***

Sekitar 15 menit berlalu saat aku menunggu Christie di pinggir kolam air mancur yang berada di tengah alun-alun akhirnya telah datang saat itu.

"Maaf yah telah membuatmu menunggu lama."

"Iyah tidak apa-apa kok Christie, aku kan yang meminta tolong padamu." Dengan nada sungkan aku membalas perkataannya seperti itu.

"Sudahlah kau tidak perlu merasa sungkan seperti itu. Yasudah kalau begitu kita berangkat sekarang,"

"Baiklah kalau begitu."

Kami berjalan menuju ke arah selatan dari alun-alun itu di waktu pagi menjelang siang ini. Di sekitar perjalanan banyak sekali orang-orang berlalu lalang, dan anak-anak yang bermain dengan sangat gembira.

"Jadi gimana Quest yang sudah kau kerjakan kemarin apakah mudah?"

Aku membuka obrolan pertamaku dengan nya dengan sebuah pertanyaan.

"Kemarin lumayan parah, kami hampir saja tak bisa menyelesaikan Quest nya kemarin."

"Memang bagaimana kejadiannya?"

"Desa Spire yang kami lindungi kemarin, lebih dari 12 ekor Serigala Tanduk Merah menyerang desa itu. Kami pun kewalahan karena harus melindungi desa yang kebanyakan anak-anak serta orang tua yang tinggal disana, hingga membuat kami harus bekerja lebih keras. Dan lagi Serigala Tanduk Merah itu adalah Hewan Iblis, jadi mereka mempunyai kekuatan fisik lebih besar dari serigala biasa pada umumnya, hingga akhirnya tiga dari empat anggota termasuk diriku terluka parah."

"Ehh benarkah itu , maafkan aku yah karena mengajakmu yang sedang terluka ini?" Dengan rendah hati aku Membungkuk kan badanku meminta maaf kepada Christie.

"Ahhh... tidak, tidak. kau tidak perlu minta maaf. Lagian lukaku sudah sembuh karena bantuan dari Rin sebagai ahli sihir yang bisa menggunakan sihir [Heal] (penyembuh) yang membantu kami dari belakang. Jadi membuat kami dapat mengalahkan semua serigala itu."

Di perjalanan aku hanya mendengarkan bercerita dengan seksama, nampak dari raut wajahnya yang ceria, sepertinya Christie terlihat senang menceritakan pengalamannya.

"Ohh begitukah, jadi kamu bisa membunuh berapa Serigala Tanduk Merah?"

"Hehehe... aku berhasil mengalahkan 5 serigala tanduk dan menjadi top score di timnya David."

"Hebat sekali kamu Christie, bisa mengalahkan 5 hewan iblis."

"Yahh begitulah, hehehe...." Obrolan kami terhenti sejenak. Namun tak lama Christie memulai kembali percakapan.

"Ohh iya terus kamu kemarin menjalankan Quest apa?"

Begitu tanya dirinya. Nampaknya dia penasaran akan quest apa yang aku jalani kemarin.

"Ahh kalau kemarin itu aku hanya menjalankan quest yang sederhana yaitu quest memetik 5 tangkai tanaman herbal lavender putih."

"Hmmm..., jadi apakah kamu menyelesaikannya?"

"Yahh aku berhasil menyelesaikan dong."

"Heee... begitukah."

"Ohh lihat kita sudah hampir sampai Kazura!" Ucap Christie sambil menuduh ke sebuah toko dengan lambang perisai dan pedang yang terbuat dari kayu menggantung di atas pintu toko itu.

'Tring-tring' bunyi lonceng saat Christie mendorong, membuka pintu. Yang pertama masuk ke dalam toko adalah Christie, lalu disusul olehku di belakangnya.

"Selamat datang!" Teriak keras seorang pria tua berambut putih gondrong memakai tooi kupluk berwarna hitam, memiliki jenggot putih cukup panjang serta badan yang besar namun berisi bagai, jika dari penampilannya bisa dikatakan dia adalah seorang Dwarf, menyambut kami berdua masuk.

Akan tetapi dirinya tak melihat kami dan hanya fokus menunduk sambil menggosok sebuah pedang panjang yang mengkilap.

Sebelum mendekati pria tua yang menyambut kami, Aku melihat sekeliling toko ini dan seketika terkesima melihat berbagai bentuk senjata serta armor yang sangat banyak jumlahnya.

"Yooo pak tua Sieg, seperti biasa kau selalu membersihkan pedangmu itu." Tanpa ragu Christie memanggil pria tua yang sedang menggosok sebuah pedang itu.

Pria tua yang di panggil Christie yang bernama Sieg itupun seketika berbalik, melihat Christie.

"Ternyata kau kah gadis nakal. Mau apa kau kemari?" Denan ketus Sieg membalas perkataan Christie.

"Ahh kebetulan saat ini aku sedang mengantar teman baruku yang ingin membeli senjata dan peralatan lainnya. Jadi aku bawa saja kesini, apakah itu salah pak tua."

"Ohh begitukah. Jadi siapa temanmu itu?"

Sieg melihat ke arahku yang berada di belakang Christie yang sedang berdiri di belakang Christie.

"Dia, kenalkan pak tua, namanya adalah Reizaki Kazura, seorang petualang pemula yang baru saja memulai debutnya kemarin."

Aku membungkuk kan badan, memberi hormat kepada Sieg-san.

"Ohh seorang pemula kah dan juga namanya yang unik yang baru saja aku dengar."

Saat Sieg-san berkata seperti itu, aku hanya bisa membalas dengan senyuman canggung.

"Ohh iya. Perkenalkan namaku Sieg, aku adalah pemilik dari toko ini. Salam kenal anak muda."

"Baiklah untukmu silahkan pilih-pilih saja anak muda." Ucap Sieg-san kembali.

Kemudian aku memilih-milih pedang disana, dari pedang yang panjang hingga pedang yang pendek. Akan tetapi semuanya tetap pedang barat, kapak, gading, dan senjata lainnya dan tidak ada katana di toko itu.

"Sieg-san permisi aku mau bertanya."

"Ohh bertanya tentang apa anak muda."

"Etto..., begini yah. Apakah tidak ada Katana kah di tokomu?"

Sieg merasa kebingungan akan perkataanku dan berkata.

"Aku tidak tau apa yang kamu maksud akan Sakana (ikan) itu anak muda."

"Bukan itu Sieg-san. Yang ku maksud bukan sakana namun katana. Katana itu adalah sebuah pedang yang tipis yang melengkung, memiliki satu mata pedang yang tajam."

"Hmmm... kalau untuk itu, aku baru tau ada bentuk pedang yang seperti itu. Aku tertarik nak dengan idemu itu, nanti aku akan membuatkan mu pedang itu. untuk sementara pakailah pedang ini."

Sieg melemparkan pedang yang ia pegang tepat ke arahku. Akupun menangkap gagang pedang itu. Setelah ku pegang pedang yang mengkilap ini, aku merabanya dengan lembut dari sisi ujung ke sisi ujung berlawan. Pedang ini ukurannya tidak besar maupun kecil, panjangnya sekitar 60 sentimeter dengan panjang gagang 20 sentimeter.

Aku kemudian mengayunkan pedang yang ku pegang dengan beberapa gerakan dasar yang aku hafal, karena saat dulu aku lumayan berpengalaman di bidang olahraga beladiri kendo.

"Ini lumayan enak untuk dipakai Sieg-san. tidak berat dan juga tidak ringan." Setelah mencoba pedangnya.

"Pedang itu namanya adalah pedang Gladius."

Ternyata aku baru tahu pedang yang berbentuk seperti ini, bentuknya cukup unik. Akan tetapi jika aku tidak membeli senjata, aku pasti akan kerepotan untuk memenuhi bisa menyelesaikan quest ini dan juga jika aku tidak punya senjata dan hanya menggunakan sihir saja, aku pasti akan cepat kelelahan dan bisa-bisa aku mati konyol dari musuh-musuhku.

"Baiklah kalau begitu, berapa harga pedang ini Sieg-san?"

"Itu 5 koin perak saja, kuberi diskon untukmu."

"Apa kau gila yah pak tua! Kenapa pedang Gladius itu harganya mahal sekali, bahkan harganya juga melebihi harga pedang Rapierku ini." Ketus Christie dengan nada nyaring melayangkan sanggahan pada Sieg-san yang mematok harga mahal dari pedang Gladius.

Namun Sieg-san tampaknya menanggapi sanggahan dengan santai.

"Tenang dulu bocah nakal. Aku mematok harga seperti itu bukan maksud ingin menipu dia, akan tetapi memang pada kenyataannya pedang itu memiliki proses pembuatannya cukup susah serta bahannya pula yang susah untuk di dapatkan."

"Tapi! Pedang itu-."

Sebelum Christie melanjutkan omongannya, Aku langsung memotong kalimatnya sambil memegang pundaknya.

"Sudahlah Christie ini tidak semahal yang kau kira, yang penting kualitas pedang ini menurutku lumayan bagus."

"Yasudah kalau itu keinginanmu Kazura."

aku pun mengambil uang yang ada di kantongku dan membayar pedang yang ku pegang saat ini. Sieg-san kemudian memberikan sarung pedangnya, dan aku memasukkan pedang ini ke dalam

"Yasudah kalau begitu Christie mari kita keluar karena yang ku butuhkan cuman ini."

"Tunggu Kazura. Memangnya kamu tidak perlu armor atau sepatu boots kah."

Christie mengingatkan aku tentang sesuatu yang harus aku beli kembali.

"Ohh iya aku butuh sepatu boots."

Christie langsung mengambil sepasang sepatu boots berwarna cokelat tua di dekat perisai yang ada di sebelah kirinya.

"Bagaimana jika sepatu boots ini. Sepatu ini terbuat dari kulit banteng dan juga warnanya cocok dengan sarung pedangmu."

"Baiklah aku akan mencobanya."

Aku mencoba sepatu boots yang di rekomendasikan Christie. Setelah ku pakai ternyata terasa pas dengan ukuran kakiku, tanpa pikir panjang aku langsung membayarnya.

"Ini harganya berapa Sieg-san?"

"Itu kuberikan gratis sepatu itu untukmu."

Tampaknya keberuntungan menyelimuti dirimu saat ini, lumayan aku mendapatkan sepasang sepatu boots kulit asli secara gratis. Namun aku tak sepenuhnya yakin dia memberikan ini secara cuma-cuma, aku mencoba meyakinkannya kembali.

"Benarkah ini untukku?"

"Yah betul."

Setelah mendapatkan jawaban yang menyakinkan aku menerima pemberiannya itu.

"Terima kasih Sieg-san."

"Oke."

"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu Sieg-san."

Dia hanya mengangguk saat kami pergi dari tokonya. Dan saat kami sudah diluar Christie berkata padaku.

"Kenapa kamu tak membeli Armor Kazura?"

"Aku tidak ingin yang berat-berat dalam tubuhku. Itu dapat membuatku cepat capek, hehehe..."

Dengan ketawa yang agak canggung ku tunjukkan padanya. Christie hanya menghela nafas panjang saat mendengar perkataanku dengan sebelah tangannya yang memegang pinggangnya sendiri.

"Tapi kau kan bisa membeli armor yang terbuat dari bahan kulit. San itu dapat mengurangi lika dari dampak serangan yang serius kan."

"A-ahh kalau itu...." aku tidak bisa menjawab perkataan Christie, karena pada dasarnya yang dia katakan benar. Namun sejujurnya aku tidak memikirkan sampai sejauh itu.

Christie menghela nafas panjang karena tak mendapatkan jawaban dan pada kesimpulan dia pun berkata, "Ahh baiklah, aku tahu pasti pemula sepertimu tidak memiliki banyak uang kan."

Aku mengangguk mengiyakan perkataannya, walaupun pada kenyataannya aku telah berbohong kepadanya bahwa aku tidak memiliki uang.

"Jadi sekarang kamu mau apa lagi Kazura?"

"Hmmp..., aku ingin membeli pakaian dan tali untuk pedang ini agar dapat memudahkan ku dalam perjalanan."

"Yasudah kalau begitu aku akan antar kamu ketempat yang kamu mau."

"Terima kasih yah Christie."

Lalu kami mulai berbelanja, dimulai dari berbelanja pakaian, tas penyimpanan, aksesoris makanan dan lain-lain. Kami akhirnya selesai berbelanja, lalu berjalan menuju ke gerbang kota sambil memakan roti.

"Terima kasih yah sudah temani ku berbelanja Christie."

"Yah sama-sama Kazura. Kau kan temanku."

"Yasudah ini untukmu."

Aku memberikan kepadanya sebuah gelang yang terbuat dari batu warna-warni. Dia terlihat senang saat ku memberikan gelang itu.

"A-Apa maksudnya ini Kazura." Nampaknya dia sangat gugup serta raut wajah yang agak memerah saat aku memberikan gelang itu.

"Ini untukmu sebagai tanda terima kasihku, karena telah membantuku berbelanja."

"O-ohh begitu yah. Terima kasih yah Kazura atas gelangnya."

"Yasudah kalau begitu aku akan berangkat untuk menjalankan Quest ku."

"Yasudah, hati-hati yah Kazura."

Aku hanya menganggukkan kepala kepada Christie, dan memulai perjalananku menuju ke desa Moura.

Terpopuler

Comments

Lucxz

Lucxz

Tanda tanda nih

2021-01-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!