"Are..., kenapa aku bisa berada disini lagi. Apakah aku mati lagi ?"
Aku berdiri kebingungan karena tiba-tiba saja aku sudah berada di ruangan Angela.
"Ahh ternyata kamu sudah sadar kah Kazura?" Seperti biasa senyumannya itu sangatlah indah menawan.
"Tidak bukan begitu. Kali ini aku sengaja membawa jiwamu kesini karena ada sesuatu yang aku lupa yang ingin ku berikan padamu. Jadi kamu tidak perlu panik."
Lanjutan perkataan Angela yang sedang duduk dengan elegan di sofa nya yang mewah sambil meminum teh di cangkir mewah yang ia pegang.
"Jadi begitu yah, apa yang akan kamu berikan kepadaku Angela-san ?"
Aku menanyakan sesuatu apa yang akan dia berikan kepadaku dan itu membuatku penasaran.
"Ini bukan sesuatu yang spesial kok. Aku hanya lupa memberi mu Skill untuk mengerti dan memahami tulisan Dunia yang akan kau tempati dan juga efek karena kamu banyak menggunakan sihir."
"Hahh bagaimana kau ini Angela, bukankah kamu seorang Dewi. Masa tentang hal yang sepele begitu saja kamu lupa."
Ucapku agak menyindir kepadanya, setelah tu aku menghela nafas panjang.
"Maaf, maaf Kazura, walaupun terlihat santai begini sebenarnya aku sibuk. Aku harus mengurus dokumen-dokumen kematian orang setiap jam nya tau. Apalagi tidak ada waktu libur sama sekali haaaa...."
Isian keluhan Angela mengatakan padaku tentang pekerjaan nya.
"Iya, iya. Jika seperti itu aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi bagaimana tentang skill yang akan kau berikan itu?"
"Kalau untuk itu, bisakah kau lebih mendekat kepadaku."
Aku menuruti permintaannya, dan berjalan mendekatinya sampai aku berdiri tepat di hadapannya.
"Jadi bagaimana, apakah di dunia bawah ini hidupmu menyenangkan?"
"Yah, cukup menyenangkan menurutku Angela-san. Akan tetapi aku saat ini masih mengamati situasi bagaimana caranya hidup menyenangkan di dunia ini."
"Begitukah. Syukurlah kalau begitu."
Selanjutnya Angela-san merentangkan tangan kanannya dan menyentuhku dengan telunjuk jarinya yang cantik. Aku sedikit bingung akan tindakannya ini, akan tetapi aku tak bisa bertanya sebenarnya apa yang i gin dia lakukan kepadaku.
Angela-san tersenyum saat melihat ekspresiku, seakan dia tahu apa yang aku pikirkan.
"Tenang saja aku tidak akan menyakitimu. Seperti janjiku, sekarang aku akan memberimu sebuah skill agar kau dapat mengerti dan memahami segala bahasa yang ada di dunia barumu ini."
Cahaya putih terang menyilaukan tiba-tiba muncul dari ujung jarinya yang menempel di keningku, kemudian saat itu pula aku bisa merasakan seperti ada sesuatu yang hangat masuk ke dalam kepalaku.
Tak lebih dari sepuluh detik, cahaya putih terang itu perlahan meredup kemudian menghilang tanpa jejak sedikitpun.
"Baiklah karena aku sudah memberikannya kepadamu, sekarang aku akan mengembalikan mu ke tempatmu semula." Begitu ucap Angela-san bersamaan dengan suaranya yang mengecil hingga akhirnya tak terdengar dan tiba-tiba pandanganku mulai menggelap kembali.
***
Saat aku sadar kembali, ternyata aku sudah masuk ke tubuhku kembali. Saat ini Aku merasakan sensasi empuk menempel di wajahku. Aku menggerak-gerakan kepalaku ke kiri dan ke kanan entah kenapa sensasi empuk ini terasa nikmat dan juga hangat.
"Aaahh..., geli tau Kazura."
Suara aneh yang tiba-tiba di keluarkan oleh Latifa-san membuat ku membuka mataku secara perlahan. Saat aku telah membuka mataku sepenuhnya.
Ternyata saat ini aku sedang tertidur di pangkuan Latifa-san. Terlihat dengan jelas warna kulit putih bersih serta ada sebuah belahan begitu indah dan ternyata saat itu aku sedang menatap tepat belahan dada Latifa-san. Di saat itu entah mengapa sempat-sempatnya pikiranku membuat fantasy yang tidak-tidak, sungguh menyedihkan pemikiran tercela ini.
"Ka-kazura-san, bi-bisakah kau menghentikan i-ini. Kau membuatku ge-geli."
Suara erotis serta imut dari Latifa-san membuatku sadar, betapa tercelanya tingkah laku yang sedang ku lakukan saat ini. Aku seketika bangkit dan duduk menjaga jarak dari Latifa-san.
"Terima kasih atas kenikmatannya." Ucapku sambil menempelkan kedua telapak tanganku dan menundukkan kepalaku ke arah Latifa-san.
Setelah itu aku melihat ke arah wajahnya Latifa-san. Nampak raut wajahnya memerah, akan tetapi raut wajah merah itu di sertai wajah marah saat aku berkata seperti itu.
Dia mengepalkan tangan kanannya dengan geram berkata, "Dasar...! Kazura bego!"
Dia seketika melayangkan pukulan upper cut tepat kearah daguku dengan keras, sehingga aku terpental jatuh terpuruk ke lantai.
"Mohon... maaf."
Mataku terasa berkunang-kunang sekaligus daguku terasa sakit serta aku seperti tidak bisa menahan kesadaranku sekarang.
Untuk sesaat aku terdiam sambil mengusap-usap daguku yang masih terasa sakit. Jika orang biasa yang terkena pukulan itu mungkin orang itu akan bisa terkena gegar otak ringan menurutku.
Setelah rasa sakitnya sedikit hilang, aku berdiri dan berkata, "Jahat sekali kau Latifa-san memukulku dengan keras seperti itu."
"Lagian sikapmu itu benar-benar sangat menyebalkan."
Latifa-san menggembungkan pipinya sambil memalingkan wajahnya dariku, nampaknya dia masih marah akan apa yang aku perbuat.
"Iya, aku minta maaf yah."
Akan tetapi nampaknya dia mencuekkan perkataanku.
"Oh iya, Jadi kenapa aku tertidur dipangkuan mu Latifa-san?"
"Sesaat kamu tadi pingsan, karena khawatir jadinya aku menjemputmu ke bawah, namun karena kamu pingsan jadi aku menaruh kepalamu di pangkuanku."
"Heee begitu yah. Maaf yah Latifa-san membuatmu khawatir, dan juga terima kasih."
"Kau tidak perlu berterima kasih Kazura-san. Ini juga kewajiban teman saling tolong menolong."
Latifa-san membalas perkataanku. Aku kemudian bangkit kembali.
"Yasudah kalau begitu mari kita kembali yuk."
"Yasudah ayo, tapi kamu tak memotong salah satu telinga para goblin itu Kazura-san?"
"Ohh iya aku lupa akan hal itu. Baiklah kalau begitu aku akan memotong telinga mereka. Apa kau mau membantu juga Latifa-san?"
"Ahh... kalau untuk itu aku pas."
"Heee..., yasudah aku mengumpulkannya dulu."
Satu persatu sebelah telinga goblin aku potong dengan pedangku dan memasukkannya ke dalam tas kantung kecil yang kubawa.
Selesainya aku memotong sebelah kuping goblin biasa selesai, disitu aku memasukkan mayat Hob Goblin ke dalam 'Dimension Room'
Latifa-san dikejutkan kembali akan apa yang aku lakukan. Dia seketika mendekatiku dan mencengkeram sebelah bahuku degan keras bersamaan dengan ekspresi wajah lebih seram tersorot oleh cahaya sihir 'Holy Light' miliknya.
"Ka-Zu-Ra-San. Bagaimana bisa kau melakukan sihir 'Dimension Room tingkat tinggi seperti itu." Nada sara menyeramkan serta berat dia berkata seperti itu padaku
"Aaa...! menakutkan. Wajahmu itu menakutkan tau!"
Teriakan suara aneh keluar dari mulutku tak bisa tertahankan.
"Aku ingin penjelasan tentang kau yabg bisa menggunakan 'Dimension Room' ini?"
Aku mengarang cerita saja kepada dia untuk mengamankan posisiku, aku bercerita bahwa aku dapat mengenakan 'Dimension Room' ini dari kakek ku yang sudah meninggal dan diwariskan kepadaku.
Karena jika aku tidak bercerita sama sekali, sikapnya itu akan sangat menjengkelkan dan pasti terus menekan dengan pertanyaan terus.
"Heee... jadi begitu." Setelah dia mendapatkan jawabannya dariku, dia hanya membalas perkataan beberapa kata saja.
"Ya begitu, yasudah mari kita cepat-cepat keluar dari sini. Disini bau sekali aku tidak kuat."
Ucapku sambil mendaki ke atas lorong jalan keluar.
"Itukan harusnya kalimatku. Kazura-san hoy."
Jawab Latifa sambil selang berjalan mengikuti ku dari belakang.
Kami terus melangkah ke jalan keluar gua ini. Cahaya terang mulai terlihat terpancar dari depan lubang gua keluar. Kami bergegas melangkah dan sampai juga di luar gua.
"Akhirnya dapat keluar juga dari gua yang bau itu."
Latifa-san nampak merasa lega setelah keluar dari gua bekas sarang goblin.
Aku hanya terdiam tak membalas perkataannya itu, melanjutkan berjalan keluar hutan untuk menuju kembali ke desa.
***
Setelah keluar hutan. Waktu sudah masuk sore hari. Matahari yang berwarna oranye terlihat indah menerangi padang rumput serta desa Moura menyambut kedatangan kami.
Saat mendekat ke desa, terlihat para warga desa memegang perkakas alat bertani dengan erat di depan gapura masuk desa dan ditambah juga raut wajah mereka yang tegang serta rasa takut.
Aku menghampiri salah satu dari mereka, yaitu Kliff-san kepala desa setempat.
"Halo kepala desa Kliff-san kami sudah menyelesaikan permintaan yang kau pinta loh."
Dengan santainya aku berkata begitu agar dapat mencairkan suasana ketegangan saat ini.
Kliff-san menyipitkan matanya, melihat dengan seksama kepadaku, lalu dia mengambil kacamata yang menggantung di lehernya dan mengenakannya.
"Ohh ternyata petualang Kazura-san dan juga Latifa-san kah. Jadi bagaimana, apakah kalian berhasil di musnahkan monster Goblin-goblin itu?"
Tanya Kliff-san kepadaku.
"Tenang saja kepala desa Kliff-san dan juga warga sekalian, karena kami sudah berhasil memusnahkan para goblin, dan kalian semua semua sekarang sudah aman !"
Setelah mendengar perkataan ku para warga yang tadinya berwajah tegang serta ketakutan seketika berubah menjadi seratus delapan puluh derajat. Mereka semua bersorak semua kegirangan. Mereka sangat gembira akan kabar baik yang kuberikan, seperti mereka terbebas dari belenggu besi yang mengekang kehidupan mereka.
Aku yang tadinya ingin berbicara hal lain pun menjadi terdiam tak bisa berkata apa-apa. Kepala Desa Kliff-san melangkah cepat mendatangiku, dia meraih kedua tanganku dan menggenggamnya dengan erat sambil digoyang-goyang, kemudian berkata, "Terima kasih Kazura-san, Latifa-san telah menyelamatkan desa kami."
"Kau tidak perlu berterima kasih seperti ini, hahaha. Karena ini kan memang sudah menjadi tugas kami, Kliff-san."
"Yasudah kalau begitu mari kita mengadakan pesta malam ini. Dan sebaiknya kalian menginap saja malam ini di rumahku, besok kalian baru berangkat menuju Kota Elato bersamaku."
Mendengar perkataan Kepala Desa, Aku berbalik melihat ke arah Latifa-san yang ada di samping kanan dan mendekatinya, kemudian berbisik.
"Jadi bagaimana, kita akan menginap disini dulu mau tidak Latifa-san."
"Kalau aku oke-oke saja Kazura-san. Kebetulan perutku juga sudah mulai lapar ini."
"Yasudah kalau begitu kita akan menginap malam ini oke."
Setelah selesai saling berbisik, Aku mulai mendekati Kepala Desa dan berkata.
"Baiklah kalau begitu kami setuju apa yang kau tawarkan itu Kepala Desa."
Dengan senyuman aku menerima tawaran Kepala Desa Moura.
"Yoshh semuanya malam ini kita akan berpesta."
Begitulah kata Kepala Desa dengan nada yang lantang dan gembira kepada warga desanya. Para warga pun menjawab dengan antusias.
***
Malam pun tiba. Seperti yang di janjikan oleh kepala desa untuk mengadakan pesta malam ini pun akhirnya terlaksana.
Suasana telah ramai menyelimuti dingin malam ini, sampai-sampai tak terasa dinginnya sama sekali. Aku, Latifa-san serta para warga sekalian berkumpul mengelilingi api unggun yang besar dengan di'iringi oleh musik yang riang dan beberapa warga yang menari.
Aku dan Latifa-san duduk berdampingan di sebuah bangku batang pohon besar nan panjang sambil menikmati, memakan sate kambing serta bir yang di suguhkan sebagai pelengkap pesta ini.
"Jadi bagaimana petualang, apakah kalian senang akan pesta ini?"
Salah satu pria yang umurnya sedikit lebih tua berdiri di depanku berbicara kepadaku.
"Yahh ini menyenangkan sekali tuan."
Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya dariku dan memandang ke arah Latifa-san.
"Ohh iya nona, kenapa anda selalu memakai tudung! Apakah kau malu untuk memperlihatkan wajahmu?"
Waduh gawat bagaimana aku harus menjelaskan kepada pria itu bahwa Latifa-san adalah bangsa Elf.
"Ahh ini karena kepalaku botak terkena serangan pedang Kazura-san saat latih tanding beberapa hari lalu, karena malu jadi aku menutupinya."
Aku sangat kaget sekaligus lucu mendengar jawaban Latifa-san kepada pria itu. Laki-laki itu langsung tertawa terbahak-bahak, sementara aku menahan tawaku dengan sekuat tenaga, karena aku tidak ingin menyinggung dan membuat marah dirinya.
Dengan raut wajah yang sangat malu Latifa-san menundukkan serta memegang kepala dengan kedua tangannya akibat pernyataannya konyolnya itu.
Aku tak henti-henti nya menahan tawaku sampai pada akhirnya aku tak bisa menahannya lagi dan seketika langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha....!! Kepalamu botak hahaha...!!"
Tawaku yang keras membuat banyak perhatian di sekelilingku, namin disaat itu juga nampaknya tawaku ini membuat Latifa-san kesal dan melafalkan Sihir anginnya dan menghempaskan ku sambil berteriak.
"DASAR KAZURA BODOHHHHHH.....!"
Aku tak sempat menahan sihir serangan anginnya terhempas lumayan jauh kira-kira 5 meter dari tempatku duduk, sampai pada akhirnya aku tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments