Tidak terasa aku sudah melangkah lumayan jauh dari Kota Elato dan aku sudah sampai di jalan setapak tahan yang dikelilingi oleh pohon sebelah kiri dan kanannya, bisa dikatakan saat ini aku sedang berada di kedalaman hutan.
Karena dunia ini masih tampak asing bagiku, akhirnya aku mengambil peta yang sebelumnya telah ku simpan di Storage Room ku.
Setelah mengambilnya, aku langsung membuka peta yang di tanganku lebar-lebar untuk melihat dimanakah arah tempat tujuanku yaitu desa Moura yang berada di sebelah barat dari Kota Elato yang ingin ku tuju begitu menurut peta yang ku lihat.
Jika perkiraan hitunganku benar, untuk mencapai Desa Moura ini kira-kira menghabiskan satu setengah hari untuk berjalan kesana.
Selepas selesainya aku melihat-lihat jalan yang ada di peta, aku melipat dan memasukkan kembali peta kedalam tas selempang yang aku bawa. Kemudian aku bersembunyi di balik pohon sebelah kananku yang tempatnya cukup rimbun, tujuannya yaitu tidak lain untuk mengganti pakaianku saat ini.
Aku membuka semua pakaian kantor yang melekat ditubuhku yang selalu menjadi pusat perhatian orang-orang yang bertemu denganku dan menggantinya dengan pakaian yang aku beli di kota.
Aku memasukkan pakaian lamaku ke dalam 'Storage room' dan mengambil pengganti bajuku dengan baju bewarna hitam terlihat sederhana dengan jubah bewarna putih panjang.
Kemudian celana hitam panjang yang terbuat dari kulit bersamaan dengan pedang yang ku sarungkan digantungkan di pinggang celana sebelah kiriku.
Dan yang terakhir adalah sepatu boots yang ku beli secara percuma di toko Sieg membuatku seperti petualang sungguhan.
Setelah selesai dengan penampilanku yang saat ini bagaikan seperti petualang di dunia ini, aku keluar dari balik pohon dan melanjutkan kembali perjalananku dengan perlahan.
***
Waktu sudah menjelang sore hari dilihat dari matahari yang sudah berubah warna menjadi agak ke oranye orange an serta cuaca yang mulai sejuk.
Saat itu, aku mulai berinisiatif untuk memburu hewan liar agar dapat menjadi santapan makan malamku. Aku berjalan melewati kawasan yang cukup rimbun yang berada di sebelah kananku.
Aku terus melangkah dan melangkah. Dan Kemudian, akhirnya terlihatlah dari jarak agak kejauhan, ada sekumpulan rusa yang sedang memakan rumput di hamparan padang rumput yang luas.
Dari situ aku mulai melangkah dengan sangat hati-hati seperti seorang penguntit menuju ke semak-semak dekat dengan salah satu dari sekumpulan rusa dewasa berniat bersembunyi agar tidak mengagetkan diri mereka.
Namun karena rusa memilik pendengar dan pengelihatan cukup bagus melebihi manusia, seketika kumpulan rusa nampaknya menyadari kehadiranku, langsung lari untuk menjauhiku.
Akan tetapi aku tidak diam saja melihat mereka lari, aku dengan cepat melompat keluar dari persembunyian di semak-semak bersamaan melancarkan sihir serangan ku kearah salah satu kaki rusa jaraknya masih terjangkau oleh sihir serangan ku.
"Wind Cutter." Rapalan mantraku bersamaan dengan keluarnya sihir angin yang membetuk seperti bulan sabit melesat cepat dan berhasil melukai kaki salah satu rusa itu
Rusa yang terkena serangan sihir anginku langsung jatuh tersungkur dengan darah yang mengucur dari kakinya yang terluka setelah menerima serangan ku.
Kemudian aku bergegas melangkah mendekati rusa yang tergeletak itu karena takut ia dapat melarikan diri, yah walaupun sebenarnya aku yakin dia tidak dapat melarikan diri dengan kaki yang terluka itu.
"Akhirnya aku bisa makan malam enak malam ini." Spontan kata-kata itu keluar dari mulutku karena senang mendapatkan seekor buruan yang bisa membuat perutku yang akan mencapai batas lapar.
Aku seketika mencabut pedangku dari sarung pedang yang ku taruh tergantung di sebelah kiri pinggangku.
Saat melihat matanya, aku nampak agak sedih melihat dirinya terluka. Akan tetapi untuk bertahan hidup aku harus melakukan yang harus ku lakukan untuk bertahan hidup.
"Maafkan aku rusa, aku telah menyakitimu."
Aku langsung menyembelih lehernya dengan pedangku yang tajam. Karena ini bukan pertama kalinya aku berburu hewan walaupun bukan rusa yang pernah ku hewan melainkan kelinci dan hewan kecil lainnya.
Setelah itu aku mulai membersihkan rusa ini dan memisahkan langsung tulang, kulit, jeroan,serta dagingnya waktu itu juga agar tak kerepotan saat aku memasaknya untuk makan malam namun yang paling pentingnya adalah ahar dagingnya tidak menjadi bau busuk.
Cahaya matahari sudah mulai redup setelah aku selesai membersihkan rusa hasil tangkapanku. Aku memasukan bagian-bagian rusa yang sudah ku bersihkan dan pisahkan ke dalam Storage Room ku. Selesai itu aku langsung berjalan, mencari tempat untuk berkemah yang berdekatan dengan sumber air untuk menjadi tempat bermalam ku.
***
Hari pun telah malam. Sekarang ini aku telah menemukan tempat untuk beristirahat yang lumayan nyaman menurutku. Aku beristirahat dibawah pohon apel yang bisa dilihat umur pohonnya sudah cukup tua, dekat dengan sungai kecil di tengah-tengah hutan.
Akupun juga sudah membuat api unggun dan saat ini yang sedang aku lakukan adalah menunggu matangnya sepotong daging rusa yang ukuran potongannya cukup lumayan besar dan juga telah dilumuri bumbu dari campuran garam, bawang putih serta merica hitam yang ku beli saat aku di kota.
Terlihat daging rusa yang sesaat lalu ku bakar tadinya berwarna merah pun telah berubah menjadi warna agak kecokelatan-coklatan, menandakan daging rusanya sudah matang.
Aku mengangkat dan mulai melahap daging rusa yang ku bakar.
Tekstur dagingnya agak kenyal saat aku gigit namun rasa dagingnya enak. Akupun tak tau apakah karena rasa lapar membuat daging rusa bakar itu terasa enak, atau memang karena daging rusanya yang segar karena baru diburu sore tadi.
Yah walaupun masakan ku tak seenak seperti di restoran-restoran keluarga sewaktu aku hidup dulu di jepang sih, akan tetapi karena ini keadaan di tengah hutan dan juga perutku sedang kelaparan, jadinya aku melahap semua daging panggang itu dengan cepat dan habis tak tersisa.
"Eeuu....!" Suara sendawa keras keluar dair mulutku. Selepas sehabis makan itu, aku langsung mengeluarkan dua buah kain untuk ku jadikan alas serta selimut untuk tidur di malam hari yang cuacanya cukup dingin bagiku.
Setelah selesai menggelar kain itu untuk alas tidur, mataku sudah mulai di serang kantung. Aku berbaring alas kain itu dan menyelimuti badanku dengan kain satunya lagi dan mulai beristirahat.
***
Di waktu sudah memasuki tengah malam, saat aku lagi sangat enaknya tidur, entah mengapa tiba-tiba tubuhku terasa berat seperti ada sesuatu yang menindih dadaku, sehingga nafasku menjadi terasa sesak sampai pada akhirnya aku pun terbangun.
Aku membuka mataku dengan perlahan bersamaan dengan Pandanganku yang masih kabur.
Di dalam pandangan kabur itu, aku merasa melihat sosok seorang wanita menindih badanku. Semakin lama aku memperhatikan sosok wanita yang menindih ku, semakin jelas pula pandanganku, sampai pada akhirnya aku bisa melihat jelas sosok yang menindih badanku adalah seorang wanita cantik dengan penampilan sedikit kucel.
Melihat mukanya tepat di depan wajahku yang kecil, rambut bewarna pirang, kuping yang panjang dan memakai pakaian warna hijau compang camping, tidak lain tidak bukan dia adalah ras Elf.
Sontak aku sangat kaget walaupun reaksiku agak lambat melihat seorang Elf jatuh tertidur di pangkuan tubuh, aku bergegas beranjak dari wanita Elf itu.
Namun entah mengapa tiba-tiba bajuku terasa basah namun terasa hangat. Aku bergegas melihat ke arah bajuku yang basah.
Kucium bajuku yang basah. Sontak aku di kagetkan kembali, karena kukira bajuku basah oleh air liur wanita Elf ini. Namun pada kenyataannya ternyata bajuku ada berbau amis dan ternyata itu adalah darah yang mengucur dari luka wanita ras Elf ini.
Aku yang tadinya terkejut seketika menjadi panik karena Elf itu. Aku langsung bergegas menghampirinya dan melihat luka yang di alami nya. Terlihat ada tiga garis cakaran dari hewan buas panjangnya sekitar 3 cm samping kiri perutnya.
Dari situ pikiranku seketika langsung kacau akan yang aku alami saat ini. Terus hal nya aku tidak terlalu tahu cara memberikan pertolongan pertama kepada orang yang terluka.
Aku memegang kepalaku degan kedua tangan, masih merasa linglung apa yang harus aku lakukan.
Akan tetapi aku menarik dan menghembuskan nafas sebisa mungkin, mencoba menenangkan diri sendiri.
Setelah aku susah tenang, akhirnya aku mengingat sesuatu tentang penjelasan tata cara pertolongan pertama saat aku mendaki gunung dari salah satu kawan lamaku dulu.
Selepas ingat tentang tata cara pertolongan pertama, hal yang pertama aku lakukan adalah mengambil air dari sungai untuk membersihkan lukanya.
Langkah selanjutnya aku memberikan salep pereda luka yang beruntungnya aku beli di pasar Kota Elato karena takut mengalami sesuatu yang tak terduga seperti saat ini.
"Ahhh... akhirnya langkah kedua selesai."
Sambil menghembuskan nafas lega, aku mengelap keringat di dahiku dengan punggung tangan kananku.
Setelah itu aku merobek, melepas bajunya kemudian membalut lukanya dengan kain yang ku pakai sebagai selimut. Akan tetapi saat membalut lukanya aku tak sadar akan yang ku balut lukanya ini adalah seorang wanita ras elf berparas cantik berdada besar.
Setelah selesai mengurus lukanya, aku baru sadar kembali bahwa yang telanjang bulat yang ku lukanya ini adalah wanita ras elf berparas cantik, berdada besar dan bertubuh bohay.
Wajahku seketika memerah, akan tetapi untungnya ekspresi aku saat ini tak terlihat oleh orang lain.
Bergegas aku melepas jubah dan memakaikan nya untuk menutupi tubuhnya yang telanjang, kemudian aku membaringkan tubuhnya secara miring supaya lukanya tidak tertekan dan membaringkannya di kain yang ku pakai sebagai alas tidurku.
Aku memasukkan kembali kayu bakar ke dalam bara api agar dapat menghangatkan cuaca sekitar kami dan juga wanita elf yang terluka yang terlihat pucat saat ini.
Dan aku mengeluarkan kain kembali dari 'Storage room' ku untuk alas tidurku dan di samping yang jaraknya tak jauh darinya, lalu melanjutkan kembali tidurku walaupun sebenarnya aku jadi tak bisa tidur kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments