Akhirnya kami telah sampai disini, yaitu di desa Moura.
Yang pertama turun dari kereta kuda adalah latifa-san dan ak lama berselang disusul olehku.
"Terima kasih yah pak kusir atas tumpangnya."
"Yah sama-sama anak muda. Baiklah kalau begitu aku akan melanjutkan kembali perjalananku."
Sang kusir memecut kembali kereta kudanya, dan meninggalkan kami berdua tepat di depan jalan masuk ke desa Moura.
Setelah kereta kuda yang kita tumpangi sudah agak jauh, aku dan Latifa-san kemudian berjalan masuk ke desa Moura.
Saat aku memasuki ke dalam desa, nampak terlihat cukup sepi keadaannya. Dari situ karena aku tidak mengetahui letak rumah kepala desa berada, akhirnya aku bertanya kepada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yaitu salah satu warga disana untuk mengetahui dimana letak rumah Kepala Desa.
"Permisi Ibu,"
Kataku dengan ramah kepadanya. Akan tetapi nampaknya dia agak terkejut melihat penampilan kami berdua.
"Iya anak muda." Jawabnya sedikit grogi.
"Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepada anda?"
"Ohh boleh-boleh anak muda. Ingin bertanya tentang apa?"
"Apakah kami boleh tau dimana rumah Kepala Desa berada?"
"Ahh kalau rumah kepala desa ada di sebelah sana."
Jawab si Ibu merujuk, menunjuk ke sebuah rumah yang sederhana terhalang oleh beberapa rumah dengan halaman depan rumahnya yang agak luas dari yang lain.
"Apakah kalian seorang petualang?"
Tanya si ibu kepada kami.
"Benar sekali Bu, kami seorang petualang."
Setelah mendengar jawabanku, tiba-tiba raut wajah si Ibu berubah menjadi gembira.
"Baiklah kalau begitu, mari saya antar anda sekalian."
Dengan ramah si ibu mengantar Aku dan Latifa-san menuju ke rumah kepala desa. Terlihat suasana disini yang begitu sepi membuatku heran.
Kemudian saat di perjalanan itu, aku memberanikan diri bertanya kepada si Ibu yang berada di depanku.
"Jadi Ibu, kenapa suasana di desa ini sepi yah?"
"Ahh... kalau untuk itu, itu karena para Goblin selalu menyerang desa ini saat malam hari, jadi para lelaki berjaga malam hari dan di waktu siang mereka tidur dan untuk sementara kami tidak bisa bertugas seperti biasanya."
"Ehh begitukah, kukira tidak ada penghuninya."
Aku Pun akhirnya menemukan sebuah jawaban akan kejadian aneh di desa ini.
Kemudian kami pun sampai di depan pintu rumah Kepala Desa, dan si Ibu pun mengetuk pintu rumahnya sebanyak tiga kali ketukan.
"Permisi Kepala Desa, ada tamu untuk anda."
"Yah tunggu sebentar!"
Jawab seorang lelaki yang berada di dalam rumah dengan nada yang berat. Lalu terdengarlah suara pintu yang terbuka.
Di balik pintu itu, seorang pria tua kira-kira berumur 60 tahun, berjanggut putih panjang, berkepala botak dan memegang tongkat di sebelah tangan kirinya untuk membantunya berjalan.
"Iya ada apa yah."
"Aku mengantarkan dua orang petualang yang menerima permintaan untuk membasmi Goblin."
"Ohh begitu kah, akhirnya datang juga kah yang di tunggu-tunggu !"
"Yasudah kalau begitu Kepala Desa, aku mohon permisi."
"Baiklah, terima kasih yah."
Si Ibu pun mengangguk berpamitan kepada kepala desa, aku serta Latifa-san, setelah itu melangkah kembali ke rumahnya.
"Baiklah silahkan masuk kedalam."
Kami pun tampa sungkan masuk ke dalam kediaman Kepala Desa.
***
Kepala Desa, Aku, serta Latifa telah duduk di kursi kayu sederhana di ruang tamu dengan sebuah meja bundar di tengah-tengah kami.
Tak lama berselang, datanglah seorag wanita cukup tua datang membawa sebuah baki dengan diatas baki itu ada tiga buah gelas yang berisikan air teh dan menyuguhkan tepat di meja depan kami masing-masing. Setelah itu wanita itupun duduk di samping kepala desa.
"Silahkan diminum. Maaf yah kami hanya bisa menyuguhkan ini." Dengan ramah wanita itu berkata kepada kami.
"Ahh tidak apa-apa. Terima kasih."
Aku dan Latifa meminum teh yang di suguhkan oleh wanita yang nampak sudah tua itu dan setelah meminum sekitar setengah gelas, aku menaruh gelas nya kembali di atas meja.
"Ahh hmm.... Baiklah perkenalkan nama saya Reizaki Kazura anda bisa memanggil saya Kazura dan dia ini adalah rekan saya Latifa. Kami adalah seorang petualang yang menerima quest anda yang akan membasmi Goblin."
"Ahh salam kenal juga. Nama saya Kliff kepala desa Moura, dan ini istri saya Fianna istri saya." Balasnya sambil memperkenalkan namanya serta nama istrinya.
"Baiklah kita langsung ke intinya saja. Jadi begini Kazura-san, Latifa-san. Seperti yang anda ketahui tentang permintaan desa kami, aku ingin anda berdua membasmi sekumpulan monster Goblin yang selalu menyerang hewan-hewan ternak di desa kami sampai tuntas tak tersisa. Karena adanya kehadiran para goblin ini merugikan kami. Apakah kalian sanggup dan bisa membasmi mereka?"
Terlihat kepala desa Moura nampak sangat serius berkata seperti itu kepada kami, dan dari lancaran matanya dia terlihat sangat mengharapkan jawaban yang pasti dari kami.
Aku yang tidak ingin mengecewakan mereka, menjawab dengan tegas.
"Tentu saja bisa. Serahkan saja urusan ini kepada kami, karena ini sudah menjadi tugas kami Kepala Desa Kliff-san."
Wajah Kepala Desa Moura serta istrinya yang serius bercampur rasa tegang sekarang terlihat nampak lega, setelah aku memberikan jawaban yang tegas dan menjanjikan.
"Ohh iya kalau boleh tau dari arah mana para Goblin itu sering menyerang, Kepala Desa?" Tanyaku kepada kepala desa Kliff-san tentang dimana letak pastinya pra monster goblin pertama kali muncul.
"Mereka sering menyerang dari sebelah barat tepatnya di perbatasan ladang rumput dengan hutan. Mari aku antar ke tempat lokasinya."
Kepala Desa beranjak dari duduknya untuk menuju ke lokasi kejadian dimana Goblin sering menyerang. Aku dan Latifa pun mengikuti langkahnya dari belakang.
***
Sesampainya kami bertiga di hamparan padang rumput yang agak luas, tempat dimana biasanya para peternak menggembala para hewan pemakan rumput mereka sekarang tampak sangat sepi tampa adanya hewan pemakan rumput satupun.
Namun yang terlihat saat ini adanya pagar kayu yang mengelilingi perbatasan antara hutan dan desa Moura, bisa dikatakan kayu itu bagaikan sebuah benteng pertahanan yang cukup sederhana.
"Jadi disana lah mereka selalu datang menyerang!"
Kepala Desa menunjuk ke arah hutan, tepat dimana para goblin selalu muncul pada saat di malam hari.
"Ohh begitukah. Baiklah kalau begitu, kami sekarang akan mulai menginvestigasi sekitar Hutan, dan juga mencari apakah ada keberadaan sarang Goblin di kedalaman hutan."
"Baiklah kalau begitu. Tolong yah Kazura-san, Latifa-san."
"Yah serahkan saja kepada kami kepala desa Kliff-san , pasti semuanya akan beres. Latifa-san mari kita berangkat."
"Yahh, hati-hati disana dan semoga kalian selalu dilindung keselamatan oleh tuhan."
"Yah."
Kemudian Aku dan Latifa-san berjalan mendekati tembok kayu pembatas daerah desa Moura dengan hutan.
Sampainya disana, nampak jelas terlihat jejak para kaki goblin yang masih nampak sedikit baru.
"Terlihat dari bentuk jejak kakinya jelas sekali bahwa ini jejak kaki goblin."
Ungkap Latifa-san yang berjongkok melihat jejak kaki yang terbentuk diatas tanah. Aku Pun sama setujunya dengan apa yang dikatakan oleh Latifa-san.
"Jika dilihat dari jumlah jejak kaki ini, mungkin ada sekitar sepuluh sampai lima belas goblin datang ke arah desa." Latifa-san berkata kembali, dia mencoba mengira-ngira jumlah goblin.
"Apa kamu yakin Latifa-san."
"Yaah aku sangat yakin. Jika seperti ini, mereka pasti telah membuat sarang di sekitar dalam hutan."
"Ohh begitukah. Jika seperti itu ini tidak bisa dibiarkan, walaupun mereka termasuk dalam golongan monster tingkat rendah, akan tetapi jika dibiarkan mereka berkembang biak menjadi banyak, tak lam lagi mereka pasti akan mulai menyerang warga desa Moura."
"Benar sekali itu Kazura-san. Lebih baik kita sekarang masuk kedalam hutan dan memporak-porandakan sarang mereka."
"Oke."
Kami akhirnya sepakat memasuki hutan untuk mencari sarang Goblin dan meninggalkan Kepala Desa Kliff.
Saat memasuki hutan, nampak jalan nya begitu sepi, bahkan tak terdengar suara burung berkicau, yang ada hanya suara angin yang menebak pohon-pohon rimbun disekitar kita.
Cuaca disini juga sangat sejuk, akan tetapi karena terlalu sepi disini, hutan ini jadi seperti memiliki keangkerannya sendiri. Alan tetapi kami tak gentar dan terus berjalan.
Sampai akhirnya kami sudah agak jauh memasuki kedalaman hutan yang rimbun akan pepohonan. Suasananya agak mulai gelap dan agak menakutkan karena cahaya matahari terbatas menyinari hutan ini karena terhalang oleh dedaunan pohon rimbun.
Namun kami terus melangkah menyusuri hutan ini di setiap sudutnya untuk mencari letak sarang Goblin itu berada.
Dan pencarian kami pun tak sia-sia, tepat di tengah-tengah hutan, terlihat ada sebuah gua yang setengah tertutup oleh pepohonan dan tersorot terang oleh cahaya matahari di atasnya.
Di depan Gua itu terlihat ada sebuah Totem tengkorak atau bisa disebut ciri dimana biasanya para goblin menandai sarang mereka.
"Akhirnya ketemu juga kau sarang para monster goblin." Aku sedikit senang karena bisa menemukan sarang goblin.
"Baiklah kalau begitu kita masuk saja Latifa-san!"
"Oke baiklah."
Tak banyak bicara, kami langsung melangkah masuk ke dalam gua. Setelah memasuki gua ini, ternyata gua ini lebih gelap dari perkiraanku.
Cahayanya disini begitu minim, karena disini hanya mendapatkan cahaya dari luar gua saja.
Semakin kami memasuki kedalam gua, semakin bertambah gelap pula, sampai pada akhirnya kami berdua tak bisa melihat apapun di sekitar kita.
"Holy Light." Suara Latifa-san melapalkan mantra terdengar olehku.
Munculah cahaya terang bewarna putih ke kuning-kuningan dari tangannya menerangi lorong gua.
Sekarang mulai terlihat cukup jelas dinding serta langit-langit gua yang lumayan dekat, jika aku memegang atas gua, pasti tanganku dapat menyentuh langit-langit gua.
"Kerja bagus Latifa-san."
"Hmm."
Kami melanjutkan kembali perjalanan. Semakin dalam kami melangkah, entah kenapa gua ini semakin membesar lorong gua nya. Sampai pada akhirnya langkah kaki kami terhenti di sebuah jalan yang bercabang.
Kami melirik satu sama lain kaena keadaan ini.
"Jadi bagaimana sekarang Kazura-san. Kita harus berjalan ke arah mana?"
"Aku pun tak tau, coba tunggu sebentar."
Aku melihat-lihat sekeliling gua, mencoba mencari apakah ada sebuah petunjuk yang ditinggalkan oleh para goblin.
Kemudian saat ku melihat ke bawah, ada banyak sekali bekas jejak kaki Goblin yang masuk ke dalam lorong sebelah kiri.
"Baiklah kalau begitu kita berjalan ke arah kiri."
"Ehh apakah benar Kazura-san?"
Raut wajah agak ragu ditampakkan darinya terhadap perkataanku.
"Tak perlu khawatir. Kau lihat saja jejak yang berada di bawah ini."
Latifa menundukkan kepalanya, melihat jejak bekas kaki Goblin yang aku tunjuk.
"Ehh... ternyata begitukah. Yasudah kalau begitu, lebih baik kita cepat-cepat membereskan quest mu ini, agar aku bisa cepat pulang Kazura-san, dan juga disini baunya sangat tidak enak."
"Iya, iya baiklah Latifa-ojousama."
Aku memanggilnya dengan diakhir kalimatku memberikan sebuah kata kehormatan kepadanya untuk sedikit mengejeknya.
Nampaknya dia tidak cukup senang aku panggil begitu, karena terlihat daei wajahnya yang agak mengkerut saat ini.
Aku Pun tersenyum canggung melihat ekspresinya itu. Hingga akhirnya aku dan Latifa-san melanjutkan kembali penyusuran gua ini menuju ke arak kiri dari jalan bercabang itu.
Kami terus berjalan dan berjalan. Sampai pada akhirnya terlihatlah cahaya merah cukup terang di ujung di depanku terpantau di ujung lorong ini. aku mempercepat langkahku dan Latifa-san akan tetapi sambil melangkah dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara bising yang mengakibatkan nantinya bisa diketahui oleh para goblin.
Sampai di ujung lorong, terlihatlah dari ketinggian tempat kami berpijak. Dibawah sana ada sekitar lebih dari dua puluh Goblin, dan 1Hob Goblin yang sedang tertidur.
"Latifa apakah kau punya sihir untuk mereka supaya tidur terlelap?"
Bisik pelan kepadanya.
"Maaf Kazura-san aku tidak bisa memakai sihir seperti itu." Bisik kembali menjawab perkataanku.
"Yasudah jika kau tidak bisa tidak apa-apa. Baiklah kalau begitu aku akan mulai menjelaskan strategi yang telah ku buat."
"Ehh, kau sudah membuat strateginya?" Sedikit terkejut dan nada suara yang begitu cukup keras dia berkata begitu.
"Sssttt, pelan-pelan Latifa-san, nanti mereka bangun."
"Ahh gomen-gomen."
"Jadi bagaimana tentang rencananya?" Latifa bertanya kembali ingin mengetahui rencana apa yang aku buat.
Aku mulai menjelaskan rencanaku kepadanya. Pertama ku perintahkan dirinya untuk menyerang dari atas mengcover diriku yang menyerang secara langsung kebawah.
"Heee..., rencanamu cukup bagus juga. Baiklah kalau begitu."
Latifa-san menyetujui apa yang aku rencanakan. Aku berjalan perlahan ke bawah mendekati Goblin yang tertidur.
Kemudian aku mengambil tombak pendek yang berada di samping mereka bisa dikatakan bahwa tombak pendek itu adalah senjata mereka.
Aku seketika menusukkan nya ke tenggorokan Goblin sambil membekam mulut mereka, aku melakukan cara seperti ini karena terinspirasi dari film action yang pernah aku tonton sebelumnya.
Aku mengulangi cara yang sama membunuh Goblin yang lainnya. Akan tetapi tidak ku duga saat aku akan membunuh yang kelima, ada salah satu goblin tiba-tiba bangun.
Aku bergerak cepat mencoba membunuhnya. Akan tetapi ternyata waktuku tidak tepat, aku kalah cepat akan tindakan goblin itu yang berteriak dan teriakannya membangunkan goblin yang lainnya.
Karena sudah ketangkap basah, aku langsung menghunus pedangku, berlari dengan cepat membunuh goblin yang berteriak membangunkan para goblin lainnya.
Setelah berhasil membunuhnya, aku langsung memasang kuda-kuda bertarung ku bersamaan melihat kearah sekitar para goblin yang sudah memegang senjata mereka masing-masing bersiap-siap memulai serangannya kepadaku.
"Latifa-san siap-siap lindungi aku oke!"
Dengan suara yang agak keras aku berkata kepadanya.
"Oke, aku mengerti."
"[Wind Cutter]." Sambil mengibaskan lenganku ke samping menyerang salah satu goblin yabg jaraknya aark jauh dariku dengan sihir anginku hingga kepalanya pun putus.
Lalu dua goblin melompat tinggi sambil mengacungkan gada yang mereka pegang untuk menyerang ku. Namun kesigapan Latifa-san sangat bagus langsung menyerang keduanya dengan Sihir panah anginnya, dan serangan nya tepat mengenai kepala kedua goblin seketika mati.
"Terima kasih Latifa-san!"
"Itu tidak seberapa. Yang lebih penting, kamu bisa lebih cepat tidak membunuh mereka."
"Tenang saja ak-"
Belum selesai aku bicara, Hob Goblin yang ada di depanku mengayunkan gada besarnya dengan cepat dan tepat ke arahku.
Namun aku yang memiliki tingkat kewaspadaan yang bagus, aku seketika menghindari serangan itu, walaupun hampir sekitar beberapa mili lagi serangan yang ia layangkan kepadaku akan kena. Dan gada itupun memukul tanah denan keras sampai membuat retakan dan lubang cukup besar sampai membuat tanah di sekitarku terasa bergetar.
"Gawat! Jika aku tidak menghindari itu, aku pasti sudah mati gepeng."
Serangan Sihir petir 'Thunderbolt' aku lancarkan ke Hob Goblin, namun dampak serangan sihir petir ku kecil, jadinya hanya melukai sedikit tubuh Hob Goblin itu.
"Sial ternyata Hob Goblin ini tangguh juga."
Aku meluapkan sedikit kekesalanku degan kata-kata. Aku melanjutkannya.
"Latifa-san, aku ingin kamu tembakkan panah angin mu ke arah kepala Hob Goblin untuk mengalihkan perhatiannya. Sementara itu aku akan menghabisi Goblin kroco nya dulu."
"Baiklah. Tapi aku tidak bisa jamin bisa lama mengalihkan perhatiannya oke. Karena kekuatan sihirku sudah mulai habis."
Ucapnya sambil terus memanah beberapa goblin yang mencoba mendekatinya.
"Begitupun tidak apa-apa, perkiraanku jika kau bisa menahannya dua menit pun cukup."
Aku mulai mengeluarkan Sihir apiku dan melemparkan bola apiku satu-persatu kepada sepuluh goblin yang tersisa. Para goblin itu berjatuhan setelah menerima serangan bola apiku.
Setelah itu aku secepat kilat berlari ke arah goblin yang terbaring dan membunuh para goblin dengan menusukkan pedangku ke leher para goblin.
"Kau boleh istirahat Latifa-san, sekarang adalah giliranku untuk membunuh Hob Goblin itu."
"Yasudah kuserahkan sisanya kepadamu." Setelah berucap begitu, terlihat oleh mataku Latifa-san langsung terbaring lemas dengan mata tertutup dan nafas yang terengah-engah berat.
Para goblin-goblin kroco pun telah musnah semuanya dan ang tersisa saat ini hanyalah bos mereka yaitu Hob Goblin.
Sekali lagi untuk mengalihkan perhatiannya dari Latifa-san kepadaku, aku menyerang tepat ke tengkuk kepalanya dengan sihir serangan 'Thunder Bolt' milikku.
Dan perhatiannya pun seketika teralihkan dari Latifa-san menjadi kepadaku.
"Hei monster hijau besar, jika kau memang hebat serang lah aku."
Nada mengejek aku lontarkan kepadanya. Nampaknya dia seperti akan ejekan ku padanya.
"Arrrggg!!" Teriakan keras dia keluarkan sampai menggema dan menggetarkan dalam goa yang cukup besar ini.
"Uwaaa.... nampaknya kau bisa marah juga yah."
Hob Goblin itu berlari sambil mengacungkan gada besar miliknya degan tinggi-tinggi. Akan tetapi saat ini aku sudah memasang kuda-kuda pertahananku dengan sempurna untuk menunggu tepat serangan yang apa yang akan dia lancarkan.
Sekali lagi Hob Goblin melancarkan serangan sama seperti sebelumnya. Aku sekarang lebih mudah menghindarinya dan keuntungan bagiku adalah ia yang bergerak lambat mengangkat gadanya sendiri memberiku keuntungan.
Aku mengalirkan sihir petir kepada pedang yang ku pegang. Seketika pedangku langsung diselimuti oleh petir bewarna biru terang, bahkan sinar cahaya yang dihasilkan menerangi lingkungan gua yang gelap ini.
Aku langsung berlari mendekat kearah Hob Goblin yang pertahanannya terbuka lebar, aku menyerang Hob Goblin itu dan menebas kakinya.
Suara erangan yang keras keluar dari mulutnya setelah menerima serangan ku.
Namun aku tak menghentikan serangan disitu saja. Aku melanjutkan kembali serangan ku menebas tangan kirinya yang ingin menangkap.
Suara erangan keras kembali terdengar bersamaan dengan darah yang mengucur deras keluar dari telapak tangannya.
Aku menyerang kembali tepat dimana letak syaraf pergelangan lutut kaki belakangnya, sehingga Hob Goblin itu jatuh berlutut dengan kaki sebelah ke tanah.
Melihat peluang emas itu, akhirnya dengan cepat aku terus menurus melayangkan combo tebasan pedang petir ku yang pernah ku kuasai sewaktu muda ke arah tubuh Hob Goblin itu.
Satu demi satu kulitnya terkoyak akan tebasan pedangku dibarengi darah mengucur deras keluar dari luka yang ku buat. Hingga sampai pada akhirnya, suara erangan darinya tak terdengar sama sekali, tubuh besarnya jatuh tak bergerak lagi dan ia pun mati.
Aku seketika menghentikan serangan ku, akan tetapi aku masih memasang sikap waspada, karena siapa tau ini hanyalah tipuan yang di buay oleh si Hob Goblin.
Aku melompat, melihat wajah Hob Goblin. Saat kulihat matanya sudah berwarna putih, aku merasa lega karena itu menandakan bahwa dia memang sudah mati.
Dengan tubuh yang lemas, aku melompat dari atas tubuh mayat Hob Goblin.
"Ahhh akhirnya selesai juga...." dibarengi dengan mendarat sempurna diatas tanah.
Akan tetapi aku merasa sangat lelah sekali sampai-sampai tak bisa menjaga keseimbangan tubuhku, hingga pada akhirnya aku terjatuh sendiri.
Keheningan pun tercipta tanpa kata-kata bersamaan dengan kegelapan di dalam gua ini tanpa adanya cahaya sedikitpun.
Nafasku terasa sangat berat saat ini, dadaku terasa sesak seperti ada sesuatu yang kecil menyumbat pernafasan ku dan juga aku bisa merasakan jantungku berdegup sangat cepat seperti akan meledak.
Entah sudah berapa lama aku terdiam, nafasku sudah mulai agak membaik bersamaan dengan detak jantungku yang sedikit demi sedikit kembali ke keadaan normal.
"Jadi bagaimana Latifa, apakah kau masih sadar?" Tanyaku untuk memecah keheningan ini.
"Tenang saja Kazura-san, aku masih sadar."
"Syukurlah... hah.... kalau begitu. Tapi... satu hal ... aku ingin meminta maaf... kepadaku...."
"Ehh apa itu? Kenapa kau ingin meminta maaf padaku?"
"Saat ini... aku ... hah... hah... sudah tak kuat menahan... kesadaranku..., jadinya... aku akan tidur dulu yah Latifa-san."
"Woy Kazura-san aku pun sama kelelahan dan ingin tidur. Tapi jangan disini, mayat para Goblin itu bau nya busuk sekali!"
Namun aku menghiraukan ucapan Latifa dan tak menjawabnya
"Heyy Kazura kamu dengar tidak!?"
Namun semakin lama mataku semakin berat. Dan aku pun pingsan saat itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Yoru
lanjutttt
2020-03-07
3