Jissiana dan Lasius nampak duduk diatas piringan hitam. Menanti sosok Iloania yang beberapa saat yang lalu menghilang kedalam cincin dimensinya sendiri dengan membawa alat masak yang ada diluar. 20 menit berlalu, Jissiana menjalani waktu dalam tekanan. Benar-benar tekanan. Lasius sama sekali tak mengatakan apapun sejak 20 menit yang lalu. Hanya duduk tenan sembari memejamkan mata.
"Huu~ Jangan lagi. Kenapa rasanya aku sangat tertekan jika hanya berdua dengannya ?" Batin Jissiana.
Tak berselang lama, cahaya samar memendar. Lasius membuka matanya sementara Jissiana menatapnya berbinar. Lagi-lagi, Iloania membebaskannya dari tekanan.
Gadis dengan bibir yang mengulas senyuman indah itu, membawa sebuah panci digenggaman tangannya. Panci itu berisikan sup yang berwarna kemerahan dengan potongan daging dan sayuran. Aroma lezat menyebar diseluruh tempat itu. Jissiana dengan mata berbinar menatap Iloania yang meletakkan panci itu diatas piringan hitam.
"Sa~ Jie, kakak. Ayo makan." Kata Iloania riang.
"Ilo, apa kamu menyimpan bahan makanan didalam cincin dimensimu?" Tanya Jissiana membuat Iloania yang telah duduk diatas rerumputan menggeleng.
"Tidak. Ini berkat Vleia! Vleia memang bisa diandalkan~" Kata Iloania dengan wajah senang.
Jissiana tersenyum, "Benarkah? Kya~ Terima kasih Vleia."
Lasius yang mendudukkan dirinya didekat Iloania dan Jissiana bergumam pelan. "Apa yang bisa dilakukan binatang jelek itu? Memasak? Beracun. Aku tidak ingin makan, berikan aku camilan yang dibeli tadi saja."
"Sangat buruk! Mulutmu yang beracun anak muda."
Suara Vleia terdengar. Sementara Lasius menggulir matanya kesamping dengan wajah datar. Iloania menggulung senyuman. Dengan sendok perak ditangannya, Iloania menyendok satu sendok sup daging dan menyuapkannya langsung kemulut Lasius yang terbuka hendak meminta camilan yang dibeli Jissiana.
Maniknya melebar dan menatap Iloania terkejut. Sementara yang ditatap hanya menampilkan cengiran khas Iloania.
"Ayo kunyah~" Kata Iloania membuat Lasius mau tak mau mengunyah makanan dimulutnya.
Iloania menatapnya, "Bagaimana?"
Melihat tatapan Iloania yang penuh harap, bibir Lasius berpisah. "Lumayan."
"Lumayan? Ah! Itu sudah baik. Ini-ini, coba jamurnya. Rasanya manis dan gurih~" Kata Iloania kembali menyuapkan potongan jamur dan sup hangat yang sebenarnya menurut Lasius itu enak.
Sangat enak malahan.
Lasius menerimanya dan mengangguk, "Rasanya enak."
Iloania bersemangat dan kembali menyendok sebelum Jissiana terbatuk dengan sengaja. Tak ingin berlama-lama meihat sesuatu yang menurutnya menyakiti harga dirinya yang sendirian.
"Ekhm.. Aku sangat lapar~" Kata Jissiana sembari menyendokkan beberapa sendokan sup kedalam mangkuk kecil yang ada ditangannya.
Iloania tersenyum dan melakukan hal yang sama. Memberikannya pada Lasius, Iloania melanjutkan makannya sendiri. Pemuda itu dengan acuh meraup sup dimangkuk dan memasukkannya kedalam mulut. Sup itu kaya. Dengan rasa asam, manis, sedikit pedas, asin yang pas dan begitu gurih.
Ketika Lasius makin merasakannya, ia berhenti mengunyah.
"Apakah kamu memasukkan Air Hidup didalam sup ini?" Tanya Lasius.
Iloania mengernyit. "Air hidup? Air apa itu?"
Jissiana menjawab pertanyaan Iloania, "Itu air yang digunakan oleh penyihir untuk menyembuhkan dan meregenerasi luka parah yang ditimbulkan oleh serangan yang mematikan. Air itu sangat langka dan hanya sedikit orang yang memilikinya terutama penyihir elite. Air itu seperti penyambung nyawa dikeadaan darurat. Katanya air itu hanya ada dikuil Naga di Kerajaan Vartea dan jumlahnya sedikit."
"Bagaimana air itu?" Tanya Iloania.
"Jernih. Bercahaya. Beraura sihir." Jawab Lasius.
Iloania bergumam, "Ohh.."
Lasius menatapnya. "Bagaimana? Kamu menambahkannya?"
"Hm? Tidak menambahkan." Jawab Iloania membuat Lasius dan Jissiana yang mendengarnya mengangguk kecil dan melanjutkan makan.
"Tapi mencuci sayur dan merebus daging." Lanjut Iloania tanpa sadar membuat Jissiana tersedak potongan daging dan Lasius terdiam mengatupkan bibirnya.
Iloania memandang keduanya dan memiringkan kepalanya. "Apa yang salah?"
...***...
Malam berlalu dengan cepat. Ketika pagi hari tiba, Iloania terbangun dengan sendirinya. Ia telah menciptakan jam tidur secara alami dan dapat bangun pagi sekali. Ketika ia membuka matanya, hal yang pertama dilakukannya adalah mengulas senyuman sembari menatap matahari yang dengan perlahan merangkak kelangit dari balik bangunan kota.
"Selamat pagi." Gumamnya.
Iloania bangkit berdiri dan melangkah menuju kearah Jissiana. Mengguncangkan tubuhnya pelan. "Jie~ Bangun, sudah pagi loh~"
Suara Iloania membuat Jissiana bereaksi dan menggeliat. Sementara Lasius yang ikut mendengar suara Iloania ikut terbangun dengan gerakan tenang. Iloania menatap kebelakang dan tersenyum.
"Selamat pagi, kak~" Katanya hangat.
Lasius menarik sudut bibirnya membentuk garis lengkung yang benar-benar tipis, "Pagi."
Dengan wajah bantal, Jissiana menatap sekelilingnya. Gadis itu merentangkan tangannya dengan tenang dan melangkah turun dari piringan tidur.
"Hoam~ Aku tidur sangat nyenyak. Astaga, mengapa tempat tidurmu sangat-sangat luar biasa, Ilo? Dimana kamu membelinya?" Tanya Jissiana.
Iloania tertawa, "Membeli darimana? Apapun yang kugunakan berasal dari tempat yang berbeda. Dan seingatku, aku mendapatkan tempat tidur ini di ..."
"Ah, seorang kakak yang sangat baik." Kata Iloania.
Jissiana memiringkan kepalanya, "Kakak yang baik?"
"Ya, kakak yang baik." Gumam Iloania sembari menatap langit pagi yang indah dengan senyuman lembut.
...***...
Dragonia Academy, tempat yang sangat ramai. Dipenuhi oleh penyihir muda, aula besar yang dikelilingi bangunan kelas dan bangunan lain. Meskipun penyihir sekarang tidak sebanyak kemarin dikarenakan telah banyak yang didiskualifikasi. Ditengah aula ada sebuah arena yang luas dengan 1 tingkatan yang lebih tinggi. Ditengah arena, beberapa guru yang ada ditingkat paling atas dari antara guru berdiri dengan gagah. Menyambut pembukaan tes ketiga yang akan menentukan lulus atau tidaknya orang-orang.
Iloania dengan balutan dress putih setengah paha tanpa lengan dan kerah juga dilapisi dengan kain transparan dengan uliran emas yang mengembang bak kelopak bunga itu melangkah disamping Jissiana yang tampil dengan balutan baju lengan panjang warna ungu dan celana hitam diatas lutut. Surai pendeknya dibiarkan tergerai dengan syal hijau melingkar dilehernya pendek.
Lasius, menarik perhatian begitu banyak perempuan sama halnya dengan Iloania yang menarik perhatian para kaum adam. Dengan kemeja biru gelap dan celana hitam panjang berlapis jubah warna hitam, Lasius tampil mempesona. Sederhana namun membuat siapapun yang melihatnya akan terkagum. Namun Lasius tetaplah Lasius. Dengan wajah dingin tanpa ekspresi.
"Selamat datang di tes ketiga. Saya adalah Millied Faliska. Penilai kalian pada tahap ketiga. Saya tidak sendiri untuk menilai apakah kalian layak atau tidak untuk menjadi murid di Dragonia Academy. Disamping kanan saya ada penyihir elite, Alkea Dirgenva." Wanita bersurai ungu itu berujar dengan tegas.
"Halo," Alkea, berujar dengan nada tenang dan sedikit dingin.
"Dan disebelah kiri saya penyihir elite, Raozlien Greymons." Kata Milied.
Sementara Greymons, berucap dengan semangat. "Halo semuanya! Senang bertemu dengan kalian. Saya harap kalian bisa melakukan yang terbaik untuk ujian tahap ketiga ini. Sa-"
"Ekhm!" Sebelum Greymons berceloteh tentang hal yang tak penting, Milied memotong kata-kata Greymons dengan deheman. Yang membuat pria berwajah tampan itu tersenyum canggung dan menoleh kearah lain.
Milied menatap semua penyihir dengan tatapan tegas. "Saya tidak menginginkan adanya kecurangan apapun didalam tes terakhir. Adanya kecurangan, kami akan langsung mendiskualifikasi kalian. Tes ketiga adalah tes untuk mengalahkan bayangan. Masing-masing akan maju kearena dan melawan satu bayangan."
"Gunakan sihir kalian dan kalahkan bayangan dalam batas waktu yang ditentukan." Kata Milied.
Ditempat Iloania, ia menatap dalam arena yang lebih tinggi itu. Manik emasnya menatap dengan tatapan yang cukup tenang, namun tidak setenang itu. Ketika waktu berjalan dengan tanpa disadari, ujian tahap pertama dimulai.
"Apa kamu gugup?" Tanya Lasius saat melihat Iloania.
Iloania mendongak dengan mengulas senyuman, "Tidak."
Tangan besar dan hangat Lasius mendarat dipuncak kepala Iloania dan mengusapnya selama sepersekian detik sebelum berhenti bergerak. "Jangan khawatir. Aku tahu kamu baik."
"Em." Gumam Iloania dengan senyuman yang melekat diwajahnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Update:
21/05/2021
Jangan lupa untuk setia memberikan dukungan untuk saya yang sudah menulis ya~
Terima kasih telah membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments