Levi mengintip dari balik dinding ketika dia telah melangkah masuk kedalam bangunan itu. Mata ungu sewarna anggurnya menatap Kalara yang berdiri ditengah kerumunan dengan tenang.
Senyumnya masih tetap ada diwajahnya yang luar biasa cantik. Pria-pria itu mulai mengeluarkan binatang sihir mereka. Binatang sihir tingkat bawah dan menengah, bahkan beberapa diantaranya adalah binatang sihir tingkat atas muncul diruangan yang luas dan cukup terang itu. Mata biru Kalara menatap tiap binatang sihir yang nampak sangat ganas, karena ambisi pemiliknya yang buruk.
"Hanya mereka?" tanya Kalara memastikan.
Pria didepannya menyeringai, "Kami akan segera merasakan tubuhmu. Bersiaplah gadis sombong."
Kalara memiringkan kepalanya dan tersenyum. "Baiklah~"
Hal yang dilakukan Kalara selanjutnya adalah mengangkat tangan kirinya, dan sedikit berbisik. "Minette. Kita akan bermain sebentar. Sudah siap?"
Cahaya itu memendar makin terang dalam sepersekian detik. Mengulas senyuman, Kalara menyerap semua binatang sihir kedalam cincin dimensinya.
"Apa yang coba dia lakukan?" gumam Levi pelan.
Vermel menatap Kalara, "Apa tuan akan membantunya?"
"Aku ingin melihat apa yang ingin dia lakukan terlebih dahulu. Jika dia terpojok, kita maju." Ucap Levi datar.
Kalara membuka bibirnya dan berhitung dengan normal, "Lima."
"Empat."
Pria disekitarnya menyeringai, "Dia akan jadi mainan kita setelah hitungannya berakhir."
"Tiga."
Kalara menyunggingkan senyuman, "Dua."
"Dan satu." Lanjutnya bersamaan dengan cahaya dicincinnya yang memendar dengan lembut.
Detik berikutnya, semua binatang sihir sesaat masuk kedalam cincin dimensi Kalara, keluar dengan keadaan yang membuat mata orang-orang melotot. Semua binatang itu meringkuk dengan mata yang menunjukkan ketakutan.
Badan mereka gemetaran, bahkan mereka tak kuasa menahan beban tubuh mereka, merangkak diatas tanah. Tak ada satupun binatang sihir yang tidak ketakutan. Bahkan banyak dari mereka yang memecahkan sege kontrak secara paksa, meskipun mereka akan menerima dampak buruknya. Levi dibalik dinding mengernyitkan dahinya.
"Ada apa didalam cincin dimensi itu?" tanyanya pada Vermel.
Namun Vermel menggeleng, "Saya tidak bisa melihat apapun, tuan."
Kalara menyunggingkan senyuman, "Sekarang lepaskan mereka."
Beberapa diantara mereka menatap marah dan remeh pada Kalara. "Jangan bermimpi. Meskipun binatang-binatang ini lemah, kami memiliki kekuatan. Kami tetap akan bisa menjadikanmu mainan kami."
"Benar!" seru pria lain.
Pria itu menyeringai mendekati Kalara bersama dengan beberapa pria lain, "Mari kita bermain."
Keramahan dan kehangatan diwajah Kalara menghilang, tergantikan dengan kilatan tajam dan dingin.
Kalara mengangkat tangan kanannya dan menjentikkan jarinya. Detik berikutnya kepala dan tubuh pria-pria yang mendekatinya terpisah begitu saja, sebelum hembusan angin samar terasa. Semua orang melebarkan matanya.
"Bukankah sudah kubilang. Jika kalian melanggar, kalian akan mati. Kenapa kalian mengabaikannya?" tanya Kalara dengan nada yang lebih dingin.
Levi tertegun dan mengerutkan kening.
"Kita harus menangkap mereka lebih dulu, tuan." Ucap Levi membuat Vermel mengangguk paham.
Bagaimanapun dia tak bisa membiarkan mereka mati begitu saja tanpa bertanggungjawab atas apa yang telah mereka lakukan.
Levi bergumam pelan, "Rantai Cahaya."
Detik berikutnya, dari tangannya muncul cahaya yang merambat dengan cepat ketangan pria-pria besar yang terkejut bukan main. Cahaya perlahan membentuk rantai yang menahan dan mencegah mereka kabur.
Rantai itu saling terhubung, hingga bila salah seorang mencoba kabur, mereka akan tertahan dan saling menabrak satu sama lain. Kalara menoleh dan mendapati sosok rupawan Levi yang muncul dari balik dinding. Kemunculan Levi membuat pria-pria itu makin marah namun juga merasakan kepanikan.
"Lepaskan kami!"
"Brengsek! Siapa kalian ini?! Lepaskan kami!"
"Hey!! Lepaskan aku!"
Pria-pria itu berteriak dan berusaha membebaskan diri. Meski itu seperti kemustahilan bahkan saat sihir mereka tak bisa digunakan.
"Siapa?" gumam Kalara.
"Aku hanya ingin menangkap mereka. Kamu tidak perlu ikut campur."
Ucapan Levi membuat Kalara mengernyitkan dahinya, setelah beberapa saat dia melebarkan mata seolah meneyadari sesuatu.
"Ah! Jadi kamu ini dari kepolisian militer ya? Hey, kak. Tolong beritahu teman-temanmu. Jika ada seseorang yang minta tolong, jangan mengabaikan mereka. Apalagi kalian mau-maunya disuap bahkan didepan anak kecil yang nyaris mati, baik?"
Levi termangu, "Huh?"
Kalara tersenyum membuat Levi tertegun, "Pokoknya, jika ada yang melaporkan masalah, tolong segera diurus! Ngomong-ngomong teman kecil kakak sangat menggemaskan, ya?"
Levi menoleh pada Vermel yang ada disampingnya. Menggemaskan? Vermel? Dari sisi mana?
Menyusul Kalara yang berbalik pergi, Levi berjalan disampingnya menuju ruang bawah tanah. "Kenapa kamu rela mempertaruhkan dirimu untuk anak-anak? Bagaimana jika sampai mereka mengalahkanmu?"
"Aku sudah berjanji pada seorang anak yang berhasil kabur dari sini. Aku akan menyelamatkan mereka dan membawa adiknya kembali." Jawab Kalara.
"Lagipula, aku tak pernah kalah." Ucapnya dengan cengiran diwajahnya.
"Kenapa kamu melakukannya?" tanya Levi.
Kalara mengernyit, "Kenapa? Apa aku membutuhkan alasan untuk menolong orang yang kesulitan?"
Kalara terdiam dan mempercepat langkahnya ketika mendengar suara tangisan. Disisi lain, Levi menghentikan langkahnya dan menatap pintu yang ada disampingnya. Begitu Levi membuka pintu yang terpasangi segel sihir itu, ia mendapati puluhan binatang sihir level tinggi diikat dengan segel sihir, yang membuat mereka tak mampu melarikan diri.
"Manusia!" desis mereka saat menatap Levi.
...🌙...
Kalara tertegun menyaksikan puluhan anak-anak meringkuk ketakutan. Tubuh mereka kotor dan mengeluarkan bau yang menyengat hingga menyebar diseluruh ruangan. Kalara menatap mereka dengan kilatan air mata yang menggenang di matanya, tak kuasa menahan rasa sakit hati, membayangkan betapa menderitanya anak-anak disana. Membayangkan seberapa takut dan putus asanya mereka.
Kalara menatap sekelilingnya dan mulai menghapus air matanya, "Asela! Dimana anak yang bernama Asela?"
Anak-anak itu saling pandang. Dan seseorang yang merasa namanya dipanggil mengangkat tangannya dengan lemah. Kalara mengejarnya dan bersimpuh disamping anak perempuan yang sudah sangat lemah itu.
"Tidak, ...." lirih Kalara.
Asela menatap Kalara dengan mata sayu dan berujar dengan nada nyaris berbisik, "Kak El pasti meminta tolong kakak."
"Iya. Kakakmu meminta tolong padaku. Makanya kita keluar dari sini, ya?" ujar Kalara dengan senyuman hangat.
Kalara menggendong Asela dipunggungnya, "Anak-anak. Ayo keluar."
Anak-anak yang mendengar itu girang bukan main. Mereka bebas, dan tidak akan terkurung lagi. Asela menatap Kalara sesaat dan tersenyum tipis, sebelum dia memejamkan mata dan berbisik.
"La sayang kak Kasel."
...🌙...
Levi telah menghancurkan segel sihir yang melekat pada binatang-binatang spiritual yang terkurung di ruangan di bangunan itu. Levi membebaskan semuanya, namun mereka tak memberikan respon yang baik.
"Dasar manusia! Jangan berpikir kami akan berterima kasih meskipun kau telah membebaskan kami!"
Binatang sihir berwujud beruang itu memimpin binatang sihir yang belum dikontrak manusia untuk keluar. Segala jenis binatang sihir itu keluar disusul oleh Levi yang menyeret rantai sihir ditangannya. Membuat para pria dibelakang mengikutinya, namun tak berkutik saat sosok Vermel yang besar mengawal mereka agar tidak melarikan diri.
"Bangunlah!"
"Bangun, kumohon! Bangunlah!" Suara lembut itu terdengar panik.
Kalara menekan dada Asela dan menyalutkan sihir penyembuhan. Namun, Asela sudah tidak bernapas. Tubuhnya makin lama makin lemas. Suhu tubuhnya perlahan mendingin. Namun Kalara tetap berusaha menggunakan sihir penyembuhannya.
"Tolong bangunlah. Aku harus menepati janjiku. Kumohon, kumohon," gumam Kalara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Celine A
loh si Qilan turu ?
2022-08-25
1