Pria besar itu menatap nyalang Kalara. Sementara beberapa dari mereka nampak menatap ngeri pada Kalara yang mengatakan dan melakukan yang sangat berlawanan. Kalara mengalihkan tatapannya pada bocah laki-laki berambut cepak yang menatapnya dengan tatapan takut, cemas, gelisah dan dipenuhi emosi lain yang nyata. Bibir Kalara melengkung dan matanya menatap anak itu, memberikan senyuman menenangkan. Tatapan itu membuat anak laki-laki tadi tertegun dan kehilangan semua perasaan takut dan cemasnya.
"Sawe! Bunuh jalang itu! Cabik dia sampai mati!"
Pria besar hitam menyuruh serigala hitam dengan amarah yang membuncah.
Serigala hitam mengunci Kalara sebagai target dimatanya dan berlari secepat angin untuk enerjang Kalara dengan taring-taring tajamnya. Mata hijau bocah itu melebar. Jantungnya berdentum cepat karena rasa cemas yang menyerangnya.
"Awas!" jeritnya.
Namun bukannya menghindar, Kalara justru menyunggingkan senyuman dan mengangkat tangan kirinya. Belum sempat cakar serigala menyentuh sedikit saja kulit Kalara, cahaya keemasan memancar lembut dari cincinnya, membuat tubuh serigala hitam berhenti dan terserap dengan pelan kedalamnya. Para pria besar yang menyaksikan membelalak.
Pria besar berteriak, "Apa yang kau lakukan pada binatang sihirku?! Kembalikan binatang sihirku! Kembalikan!"
"Kembalikan? Baik."
Berujar ringan, Kalara kembali memendarkan cahaya keemasan lembut dari cincinnya. Serigala hitam muncul didepannya dengan kondisi yang benar-benar berbanding terbalik dari awal dia dipanggil untuk menyerang. Serigala itu terduduk dengan mata merah yang dipenuhi ketakutan. Gigi-gigi runcing bergemeletuk. Tubuh besar itu bergetar. Selayaknya kucing dan anjing, serigala itu menyembunyikan ekornya dibawah tubuhnya dan menggigil.
"Sewa, apa yang terjadi padamu? Serang dia!"
Seriala hitam itu tidak mendengarkan, seolah tuli. Serigala hitam itu memecah segel kontrak didahinya, dan melolong kesakitan karena efek samping pemecahan segel sepihak. Serigala hitam itu langsung berlari pergi.
Pria besar pemilik serigala hitam memuntahkan seteguk darah kental, terkena juga efek samping dari pemecahan segel kontrak antara manusia pemilik sihir dan binatang sihir.
Kalara tak bergeming dari tempatnya meskipun para pria besar itu menatap aneh padanya. Penuh emosi dan kemarahan. Tapi disana juga ada sesuatu, perasaan terancam. Mereka mungkin tak akan langsung takut pada Kalara, namun mereka menangkap Kalara sebagai ancaman dan menaikkan sedikit kewaspadaan mereka.
Serigala hitam memang bukan binatang sihir tingkat tinggi, namun termasuk dalam tingkat menegah yang tidak bisa dikalahkan hanya dengan beberapa serangan sederhana.
Namun, Kalara dapat membuatnya ketakutan bak melihat monster bahkan tanpa melakukan serangan apapun.
Pimpinan mereka bertanya dengan tajam. "Siapa kau?!"
"Siapa aku?" beo Kalara.
Kalara mengulum senyuman manis. "Kalara Io, kalian bisa memanggilku Kalara. Senang bertemu dengan kalian~"
...🌙...
"Tuan Levi, satu bawahan melaporkan adanya pergerakan dari Ular Hitam di Kota Alpes. Perlu waktu lebih dari satu minggu untuk kesana menggunkan kereta. Jari lebih baik anda memanggil Vermel."
Pemuda rupawan itu menyibukkan dirinya dengan tumpukan kertas yang ada didepannya. Matanya menampakkan kejenuhan meskipun wajahnya tetap pada wajah datar tanpa ada ekspresi. Levi memperhatikan pengawal sekaligus tangan kanannya itu sesaat sebelum meletakkan kertas yang ada ditangannya keatas meja.
"Aku akan pergi sendiri. Urus masalah yang ada disini, aku akan kembali besok." Levi berujar sembari bangkit berdiri, meraih jubah hitamnya.
Elezar menatap Levi yang kini bergerak menuju jendela. "Berhati-hatilah, tuan. Beliau bisa membunuh saya bila terjadi sesuatu dengan anda."
"Artinya kau bisa bertemu Dewa," ucap Levi.
Sudut bibir Elezar yang menyunggingkan senyuman berkedut. "Jika anda mati saya akan langsung melarikan diri. Tuan tenang saja, tuan akan menjadi yang pertama bertemu Dewa."
Levi terkekeh kecil sebelum bersiul dengan nyaring. Sesuatu melesat dengan cepat kearahnya. Seberkas cahaya berhenti dihadapannya. Cahaya itu segera membentuk sepasang sayap dan seekor burung Phoenix yang diselimuti cahaya putih. Helaian sayap itu memiliki kilauan ungu disekitarnya.
"Vermel, bawa aku ke kota Alpes!" perintah Levi pada si phoenix.
Vermel menjawab dengan tenang dan suara dalam. "Baik tuan."
Vermel menggerakkan sayapnya dan melesat melewati cakrawala menuju Kota Alpes.
...🌙...
Pria-pria besar menatap tajam Kalara, "Kau akan membayar perbuatanmu!"
"Membayar perbuatanku? Dia yang meminta kehangatan, kenapa kalian marah saat dia sudah hangat?" tanya Kalara.
"Kau membakarnya!!"
"Kalian! Tangkap anak itu! Biar aku mengurus jalang kecil ini!"
Pria dengan luka melintang dipipinya berujar tajam sembari melangkah mendekati Kalara yang kini hanya mengambang satu meter diatas tanah dengan bola hitamnya.
"Kau akan berhadapan denganku, bocah!" ucap pria besar itu.
"Lindungi kepalamu!" ujar Kalara membuat mereka mengernyit.
"Omong kosong ap—ahhh!"
Pria itu berteriak kaget saat tubuhnya tiba-tiba terhempas oleh angin kuat dan terhempas menjauh dari tempat itu.
Suara teriakan lantang juga diteriakkan oleh pria besar lain, yang terdorong tinggi dan jauh. Erangan kesakitan dan pekikan histeris terdengar setelah mereka hilang dari pandangan Kalara dan si bocah. Meninggalkan Kalara yang mengulas senyuman.
"T-Terima kasih! Sudah menyelamatkan saya, terimakasih banyak!" ucap syukur anak itu sambil berlutut disamping Kalara.
Kalara menoleh. Tangan kirinya mengayun keatas secara lembut, bersamaan dengan munculnya bola hitam yang sama dengan cara muncul seperti pusaran pasir yang memadat. Bola itu kemudian melayang dan membawa bocah itu duduk diatasnya.
"A-ah! Apa ini?!" kaget bocah itu.
"Tidak apa, tenanglah. Siapa namamu?" tanya Kalara membuat si bocah tenang.
"N-Namaku Kasel."
Kalara memiringkan sedikit kepalanya, "Kasel? Apa yang terjadi sampai mereka mengejarmu?"
Kasel nampak menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang terganggu oleh air mata. Kasel tidak bisa mengatakan apa yang ada dibenaknya. Terlalu takut untuk kembali dikecewakan ketika dia menginginkan bantuan. Melihat ketakutan dimata Kasel, Kalara menyentuh pundak Kasel dengan hangat.
"Tidak apa, katakan saja. Kakak pasti akan membantumu." Ucap Kalara dengan senyuman.
"A-Adikku. Mereka menangkap aku dan adikku. Mengurung kami bersama anak-anak lain dan menyiksa kami. Mereka akan menjual kami. Aku hampir dijual, tapi aku berhasil melarikan diri dan berniat membawa adikku. T-Tapi aku ketahuan dan adikku menyuruhku lari." ucap Kasel, berusaha keras menahan tangisnya.
Ia mengusap matanya. "A-Aku mencoba mencari bantuan namun polisi militer bahkan tak berani menolongku. Mereka mengabaikanku karena aku melihat mereka telah disuap! Kami bukan berasal dari sini, tapi mereka membawa kami ketempat yang asing dan sangat jauh untuk dijadikan budak orang kaya!"
Dalam satu tarikan, Kasel sudah ada dalam pelukan hangat Kalara. Pelukan yang membuatnya tak bisa menahan air matanya yang selalu ia tahan didepan sang adik. Pelukan yang sama seperti pelukan sang ibu, tempatnya berkeluh kesah. Kalara mengusap belakang kepala Kasel dengan lembut, membisikkan kata-kata menenangkan dengan hangat.
"Tidak apa, tidak apa. Aku akan menolongmu." Bisik Kalara.
"Tolong adikku! Kumohon tolong adikku. Aku akan melakukan apapun sebagai balasannya. Kumohon..." pinta Kasel melirih.
"Aku akan menolongmu. Membawa adikmu padamu. Dan mempertemukanmu dengan keluargamu. Percayalah, aku berjanji."
"Janji?" beo Kasel lirih.
Kalara mengangkat jari kelingkingnya dan menyatukannya dengan kelingking kurus milik Kasel, "Janji."
Senyuman dibibir Kasel terbit. Ia menemukan sebuah harapan. Harapan kembali tumbuh dibenaknya. Adiknya, ibunya dan kakaknya. Dia akan bertemu dengan mereka kembali.
"Sekarang ayo obati lukamu. Setelah itu ceritakan dengan detil apa yang menimpamu. Oke?" ajak Kalara.
Kasel menganggukkan kepalanya. Sementara Kalara membawanya mengambang tinggi dengan bola hitam itu. Awalnya Kasel ketakutan setengah mati dan tak melepaskan tangan Kalara, namun setelah beberapa saat, Kasel melepas tangan Kalara dan tertegun melihat pemanangan luas dibawahnya.
"Hebat." Gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
mrn_zmrn
jejak👍🏼😁
2022-08-17
1
Rahma AR
😊☺
2022-02-10
1
hoomano1D
ok..
masih di sini
2022-01-18
1