Raynen yang sudah terbangun sejak tadi mengigit kecil jemarinya karena cemas. Ketika ia membuka mata, ia tak mendapati sosok Iloania. Bahkan pemilik penginapan mengatakan bahwa belum ada seorangpun yang keluar, termasuk Iloania. Lantas kemana Iloania?
Ditengah kebingungan dan kecemasannya, ia refleks menoleh saat mendapati bayangan dari jendela. Ketika ia menoleh, ia tertegun mendapati sosok Iloania dengan Qilan disampingnya. Manik Raynen melebar dan berkaca-kaca.
"Kak Ray!" Pekik Qilan sembari menerjang Raynen dengan pelukan.
Raynen balas memeluk Qilan dengan erat. Air mata keduanya tak bisa dibendung, hingga keduanya menangis. Suasana haru tercipta. Iloania tak tahan untuk menyunggingkan senyuman lega saat kedua saudara itu sudah berkumpul. Sekarang Iloania hanya perlu mengantar mereka pulang.
"Qi pikir, Qi akan mati, hiks.. hiks.." Tangis Qilan.
Raynen terisak, "Hiks.. Terima kasih. Terima kasih kak Ilo.. Terima kasih!"
Iloania mengusap puncuk kepala mereka dengan hangat. "Jangan menangis lagi. Kakak akan mengantar kalian pulang hari ini. Qilan bisa mandi, dan memakai baju yang ada dilemari."
"Hum!" Gumam Qilan sembari mengangguk patuh.
Keduanya menghapus air mata masing-masing.
...***...
Ketika hari berjalan dengan singkat Iloania dan dua saudara itu telah meninggalkan penginapan dan setengah perjalanan pulang. Sore mulai tiba, ketika piringan Rain melayang tinggi, cahaya matahari oranye keemasan menyorot ladang dan sawah luas dibawahnya. Pohon-pohon dan daerah perhutanan juga telah nampak dan dilalui.
Iloania menatap Raynen dan Qilan yang telah tidur pulas disampingnya. Mengulas senyuman, Iloania kembali memandang kedepan. Piringan terbang Iloania hanya bisa dilihat oleh mereka yang mampu menguasai sihir. Jadi, warga biasa tidak akan bisa melihatnya dan tak akan kebingungan. Berbeda dengan para warga yang menguasai sihir, mungkin mereka tak akan terlalu heran dan terkejut saat piringan hitamnya.
Ketika malam mulai tiba, Iloania melihat sebuah kota kecil dengan pencahayaan yang cukup baik dimalam hari. Iloania yakin bahwa ini adalah tempat dimana Raynen dan Qilan dilahirkan. Dengan lembut Iloania membangunkan Raynen dan Qilan. Keduanya bangun dan menatap Iloania.
"Uhh? Apa kita sudah sampai?" Gumam Raynen.
Ketika mereka berdua melihat kebawah, keduanya berbinar dengan riang. Piringan melayang setinggi 20 meter, sehingga kota terlihat dengan cukup jelas. Raynen dan Qilan menunjuk tempat-tempat yang mereka kenali.
"Itu menara kota! Itu tempat saat aku membaca buku bersama kakak!" Seru Raynen.
Kini Qilan menunjuk sebuah bangunan dengan papan nama Jaynes Cake. "Itu toko kue kak Jay! Mama selalu membawa kita kesana saat kita dapat nilai bagus, kan kak?"
"Jadi, dimana rumah kalian?" Tanya Iloania membuat keduanya bergrilya menatap sekelilingnya.
"Disana.." lirih Raynen sembari menatap sebuah bangunan sederhana yang ada diantara bangunan-bangunan lainnya.
...***...
Keadaan kota itu cukup sepi dimalam hari. Ada kisah nyata mengatakan, jika seseorang keluar malam dimalam gelap, sosok makhluk hitam akan menangkap dan memakan mereka. Jadi, keadaan sepi malam ini. Iloania mendarat dan menurunkan Raynen dan Qilan. Ia sendiri mendudukkan dirinya dipiringan hitam yang menjadi lebih kecil setelah Raynen dan Qilan turun. Kedua saudara itu bergerak mengetuk pintu. Tak lama, terdengar suara langkah kaki. Raynen dan Qilan jelas melihat seorang wanita mengintip dari balik tirai pintu dan membelalak saat melihat sosok mereka. Wanita itu segera membuka pintu dan menerjang Raynen dan Qilan dengan pelukan.
"Anakku? Raynen? Qilan? Ini benar-benar kalian?!"
Wanita itu menitikkan air matanya. Begitu juga Raynen dan Qilan. "Ibu! Huaa~ Aku rindu ibu!"
"Sayangku!" Ucap wanita itu sembari mengecup kening Raynen dan Qilan.
Seorang gadis menyusul dan melihat keluar. Gadis itu membelalak dan menangis melihat Raynen dan Qilan.
"Kakak~" Tangis Raynen.
Qilan menerjang gadis itu, "Kak Mio! Hiks.. Hiks.. Kak Mioo!"
Wanita itu menatap Raynen, "Raynen sayang. Kemana saja kalian? Ibu dan kakak kalian sangat khawatir."
Raynen menghapus air matanya, "Kami diculik oleh kelompok kelelawar hitam, ibu. Tapi untungnya kak Iloania menolong kami. Kak Iloania bahkan mengantar semua anak yang sama diculik seperti kami."
"Iloania? Siapa dia? Dimana yang kamu maksud nak? Ibu sangat-sangat ingin berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan kalian berdua." Tanya wanita itu.
"Itu disa-eh?" Kata Raynen terkejut.
Karena saat menoleh kebelakang, Raynen dan Qilan tak mendapati sosok Iloania dibelakang mereka. Mereka jelas yakin Iloania masih ada disana tadi. Lantas kemana Iloania tanpa ... kata perpisahan dengan mereka?
Raynen menatap nanar jalanan kosong dan bergumam lirih, "Dimana, kak Ilo?"
...***...
Sepatu flat shoes yang melapisi sepasang kaki ramping menapak ditanah berumput hijau. Tiap langkahnya menumbuhkan tanaman bunga yang bercahaya. Langkah kaki ringan itu membawanya menuju kesebuah pohon yang cukup besar ditengah hutan. Tangan putih dan lentik itu menyentuh pohon. Cahaya kehijauan muncul dari sebagian batang pohon dan menyebar keakarnya.
Iloania, melebarkan jubahnya ketanah berlapis rumput. Ia membaringkan tubuhnya dan menciptakan dinding pelindung transparan kecil. Ketika ia memejamkan matanya, akar-akar bercahaya emas bercampur kehijauan itu bergerak melilit dinding pelindung yang Iloania ciptakan. Menutup dirinya yang terlelap dalam kehangatan dan tanpa bisa diketahui. Sebelum benar-benar tertutup, Iloania nampak bergumam pelan.
"Sampai jumpa bulan depan, dunia.." gumamnya lirih.
Kemudian waktu berjalan dengan cepat. Hampir sebulan berlalu, sejak Lasius berjumpa dengan Iloania dan menangkap para kelelawar hitam. Seminggu pertama, Lasius tak bisa berhenti memikirkan sosok Iloania. Rasa penasaran merayap dihatinya. Dua minggu berlalu, Lasius mulai bertanya pada beberapa penyihir informasi. Namun, hal yang mengejutkan bahwa meskipun mengetahui nama lengkap Iloania dan ciri-cirinya secara spesifik, para penyihir informasi tak mendapat informasi apapun. Itu membuat Lasius makin penasaran. Tiga minggu kemudian Lasius mulai mencari penyihir pelacak. Menggunakan sisa sihir yang tertinggal disegel yang dipasang Iloania, Lasius menyuruh penyihir pelacak mencari keberadaan Iloania.
Namun setelah hampir seminggu, Lasius tak kunjung mendapat jawaban.
"Bagaimana dengan hari ini?"
Lasius bertanya pada seorang pria yang duduk disebuah bangku. Pria itu memejamkan maya dan namak menerawang jauh keepan. Surai hijau itu berkibar seolah tersapu angin dari bawah.
"Hangat." Gumam pria itu.
"Apanya?" Tanya Lasius.
Pria itu kembali berujar, "Itu adalah tempat yang hangat dan dilingkupi cahaya."
"Ada banyak sekali bunga-bunga kristal yang memancarkah cahaya. Begitu juga dengan pohon-pohon raksasa yang begitu tinggi. Ada pegunungan menjulang tinggi dan sangat luas. Langit disana gelap. Hanya terliha beberapa bintang. Bulan bersinar dengan terang disana. Namun semua yang bisa dilihat dibawah, sama seperti saat siang. Tidak gelap sama sekali."
"Aku merasa sangat kecil ditempat itu." Gumam pria tadi.
Lasius bertanya. "Dimana itu? Dimana gadis itu?"
Pria itu mengernyit, "Tidak ada. Sekarang tidak ada apapun. Gelap dan sanga gelap. Dingin dan suaranya sangat berisik. Apa itu? Ah!"
Pria itu membuka matanya dengan terkejut. Nafasnya memburu sesaat sebelum akhirnya mengatur nafasnya dengan teratur. Raut wajahnya kembali tenang dalam hitungan detik.
"Apa yang terjadi?" Tanya Lasius.
"Yah, seperti yang kau lihat. Tak ada informasi apapun. Setelah aku bisa mengintip sedikit, tiba-tiba kegelapan menyerangku. Aku tak bisa membantumu. Kurasa orang yang kaucari dilindungi sesuatu yang kuat." Jelas pria bernama Salion itu.
Lasius menghela napasnya sesaat, "Iloania. Sebenanya dimana dan siapa kau sebenarnya? Kenapa sangat sulit mencari informasi mengenaimu? "
...***...
Cahaya merambat dari akar pepohonan. Akar-akar itu bergerak dan melepaskan lilitan mereka pada dinding pelindung Iloania. Sosok Iloania lama-kelamaan terlihat begitu akar-akar dengan dauh kecil itu menjauh sedikit demi sedikit. Manik Iloania membuka perlahan, sampai akhirnya terbuka dan menampakkan manik emas sewarna kristal. Dinding pelindung menghilang samar ketika Iloania menopang tubuhnya dan bangun dalam posisi duduk.
Ia meregangkan tangannya dan mengulas senyuman lebar, "Ah! Selamat pagi dunia. Rasanya nyaman sekali."
Ia menatap cincinnya, "Pagi Vleia~"
Tak lama Iloania terkekeh kecil dan bangkit berdiri. Surai panjangnya terombang-ambing begitupun dengan dressnya ketika angin menyapunya dengan lembut. Iloania menyunggingkan senyuman menatap sang raja siang.
"Dia seperti merindukanku, kan?" Gumamnya tertawa kecil.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Update:
27/04/2021
Jangan lupa beri dukungan tiap sudah membaca chapter~
Makasih banyak...
@LuminaLux
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
lovely
masih bingung tapi seru
2022-09-24
1
anggita
like aja👍
2021-12-15
1