Dibukit ditimur kota Shie, Iloania nampak berdiri dibawah langit bertaburkan bintang. Ditanah yang cukup lapang dan dikelilingi pepohonan yang tak terlalu lebat. Sore itu, matahari perlahan bergerak kebarat. Merangkak turun dibalik bangunan kota.
Iloania nampak mengangkat tangan kirinya dan mengeluarkan 3 buah piringan hitam yang membesar dan membesar kemudian mengambang setinggi setengah meter diatas rerumputan. Iloania menggerakkannya dan menjajarkannya saling berhadapan dengan tumpukan kayu untuk api unggun ditengah-tengah mereka. Ketika cincinnya memendar, sesuatu muncul dimasing-masing piringan hitam. Semacam kasur berwarna putih yang nampak seperti gumpalan awan. Ketika Iloania mendudukinya, itu memantul dan sangat-sangat lembut.
Lasius kembali dari mengambil air didekat sungai yang ada didekat bukit. Ketika ia meletakkan ember berisi air itu didekat pohon, Lasius mendekati piringan hitam.
"Dimana aku akan tidur?" Tanya Lasius.
Iloania menoleh, "Yang dikanan lebih besar. Jika dikiri kakak akan tidur meringkuk seperti bayi kecil."
"Kamu bayi kecil." Ucap Lasius.
"Siapa bilang? Aku sudah besar, usiaku saja sudah 16 tahun. Aku saja sudah berkeliling kemanapun~" Kata Iloania bangga.
Lasius terdiam. "Kamu bilang kamu berkeliling selama ini. Darimana kamu berasal?"
Iloania menyunggingkan senyuman tipis. "Tempat yang jauh dari sini."
"Kamu selalu misterius." Gumam Lasius dengan suara pelan.
Keheningan yang melanda terpecahkan ketika Jissiana kembali dengan beberapa bahan makanan yang ada didalam kantung plastik. Iloania menyambut Jissiana dan turun dari piringan hitam. Sementara Lasius kini mendudukkan dirinya diatas kasur dan tertegun sesaat ketika merasakan betapa halusnya gumpalan itu.
"Lembut sekali ." Batinnya.
"Jie, apa yang kamu beli?" Tanya Iloania.
Jissiana meletakkan bahan makanan itu diatas piringan hitam yang dikeluarkan Iloania dan menatanya.
"Hanya beberapa daging, beras, sayuran dan buah. Juga ada beberapa camilan kecil kesukaanmu." Kata Jissiana.
Iloania menatap kue kacang disampingnya, "Kya! Jie memang yang terbaik!"
...***...
Ketika langit perlahan menggelap, Lasius menggunakan sihir cahayanya. Menciptakan lingkaran cahaya yang membuat tempat itu menjadi cukup terang. Untuk tidak membiarkan bayangan mendekat dalam radius 3 meter.
Jissiana menciptakan tiang untuk memasak. Sementara Iloania hendak mengeluarkan sebuah panci, ketika sosok Irrex mengamang dan menjadikan panci kecil itu sebagai pelindung kepalanya. Menyaksikan binatang sihir muncul, Lasius mengernyitkan dahinya menatap Irrex.
"Apa dia binatang sihir Iloania yang sombong itu ?" Batin Lasius.
Sementara Jissiana menatapnya dengan binar karena bentuk lucu Irrex.
"Irrex?" Iloania bergumam kecil.
Irrex mengambil panci dengan ekornya dan meliuk, "Nona Ilo~".
"Ada apa? Kenapa keluar?" Tanya Iloania sedangkan Irrex menubruk Iloania.
Iloania memeluk Irrex. "Wuuu~ Kakak sangat jahat pada saya. Nona, kakak mengatakan saya kecil dan nakal. Saya tidak kecil dan tidak nakal."
Iloania terdiam sesaat sebelum tersenyum dengan geli. "Vleia, bagaimana kamu bisa memperlakukan Irrex begitu buruk?"
Lasius mengernyit. Bertanya-tanya apakah Iloania memiliki 2 binatang sihir? Sementara Jissiana tidak bertanya-tanya. Sebab Jissiana tahu siapa itu Vleia. Namun yang menjadi pikirannya adalah, binatang sihir imut yang menempeli Iloania itu. Ia belum pernah melihatnya.
Suara Vleia terdengar bagi keempatnya, termasuk Jissiana. "Hey Ilo, bukankah dia memang kecil? Dimana aku mengatakan hal salah?"
Lasius sudah menerima jawaban. Jelas sikecil imut itu bukan binatang sihir Iloania yang menjengkelkan dan membuatnya sangat sebal itu. Tapi, ketika penyihir memiliki satu binatang sihir ... Iloania memiliki dua?
"Ilo, si kecil manis ini siapa?" Tanya Jissiana membuat Irrex menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Ueeeee! Aku tidak kecil..."
Jissiana membungkam bibirnya dan menatap kaku Irrex. Sementara Iloania melipat bibirnya menahan tawanya. "Dengar~ Dengar~ Anak babi itu juga mengatakan kalau kau itu kecil."
Jissiana terpatung. 'Anak babi?' - 'Gemuk?' Dan hasilnya, Jissiana melipat wajahnya murung. Meski tak pernah melihat binatang sihir Iloania, ia sangat tahu jika sejak dulu dia sangat menyebalkan.
Sangat menyebalkan!
"Hm, dia Irrex. Binatang sihirku yang aku kontrak di Kerajaan Bliart." Jawab Iloania sembari mengusap bulu Irrex.
"Bliart? Ujung benua Altas?" Beo Lasius.
Iloania mengangguk. "Dikerajaan itu ada sebuah hutan yang katanya terlarang. Tapi karena aku baru saja tahu setelah keluar, aku sudah masuk kehutan itu."
...***...
Hari kedua, bulan kelima saat usia Iloania menginjak 10 tahun.
Langkah kaki ringan itu terdengar lembut dan seirama. Dihutan yang berlumut dan berumput, gadis dengan helaian benang emas dikepalanya itu bergerak dengan lincah melompati pohon tumbang dan berpindah diantara satu batu kebatu lainnya.
Iloania mengenakan dress tanpa lengan dan tanpa kerah berwarna putih sebatas paham. Bagian bawah dress itu mengembang layaknya bunga, sementara bagian atas, Iloania melapisinya dengan rompi semi transparan sebatas pinggang dengan terlilit dengan rangkaian pita berwarna biru muda dan hitam yang lembut.
Kakinya beralaskan sepatu tinggi setengah kaki seperti kerah sementara surai panjangnya diikat rendah dikanan dan dikiri dengan pita besar berwarna merah. Cerah dan ceria.
"Satu, dua, tiga, Ilo melompat. Satu batu, dua batu, tiga batu~"
Iloania kecil bersenandung sembari terus berjalan. Melompati batu dengan lincahnya dan bergerak menyelinap diantara batang pohon yang menyisakan sedikit ruang yang cukup dilalui Iloania. Ketika sedang asyik berjalan ditengah hutan yang cukup gelap, Iloania menangkap sesuatu yang bercahaya dibalik pepohonan. Maniknya memincing dan ia mendekatinya dengan ringan.
Ketika menemukannya, Iloania mendapati sebuah batu kristal berbentuk bundar seukuran bola tenis ada diatas tanah dan nampak bercahaya.
"Mwo~ Vleia, ini apa?" Tanya Iloania pada Vleia.
Suara Vleia terdengar, "Itu adalah bayi binatang sihir tingkat tinggi."
"Benarkah? Bisakah aku membawanya?" Tanya Iloania.
"Tidak."
Iloania mengerucut, "Kenapa?"
Suara Vleia kembali terdengar. "Kamu sudah memilikiku. Kenapa kamu mau membawanya juga? Kamu tak sayang padaku?"
Iloania terkikik. "Astaga, Vleia. Sayangku, sampai kapanpun aku akan menyayangimu. Tapi binatang sihir ini masih bayi dan berada ditengah hutan berbahaya. Kamu tahu bukan, binatang sihir liar suka memakan bayi binatang sihir untuk menambah kekuatan mereka?"
"Lagipula aku mencarikanmu teman~"
"Ck, baiklah. Lakukan sesukamu, tapi aku tidak mau dia merepotkanku~"
"Saa, baiklah~ Si imut besarku jangan kesal. Sekarang kamu punya adik."
Vleia menegaskan suaranya. "Adik apanya?!"
"Haha. Baiklah bayi kecil, mulai sekarang namamu Irrex. Mulai sekarang, kamu adalah keluarga kami." Gumam Iloania sembari meneteskan darahnya dikristal berwarna merah lembut itu.
Untuk sesaat kristal itu bercahaya menjadi gelap, namun kembali menjadi normal setelahnya. Iloania mengambil cincin dimensinya dan hendak memasukkan Irrex kedalamnya, sebelum suara manis Irrex terdengar.
"Nona.. Nona, saya Irrex.. Saya Irrex~"
Iloania tertegun sesaat sebelum tersenyum lebar. "Halo, Irrex~"
...***...
"Sa, makan malamnya sudah matang~" Kata Jissiana sembari meletakkan panci berisi nasi yang dimasak dengan daging, sayur, jamur, bumbu dan bumbu cabai yang tidak terlalu banyak.
Aroma masakan itu membuat Iloania berbinar dan dengan cepat meraih mangkuk dan sendok. Ia menyodorkannya pada Jissiana sembari memasang wajah berbinar layaknya anak anjing kecil yang manis dan tidak bisa menahan untuk tidak mencubitnya.
Ketika Jissiana telah menyendokkan makanan itu untuk Iloania dan Lasius, 2 orang itu menyuapkan makanan kemulut mereka. Namun sedetik kemudian, binar bahagia diwajah Iloania lenyap. Sementara wajah datar Lasius terpatahkan dengan wajah miring.
Jissiana yang melihat wajah mereka bertanya, "Ada apa? Mengapa wajah kalian begitu? Apa rasanya tidak enak?"
Iloania dan Lasius masih terdiam. Tak lama wajah mereka berubah menjadi hijau dan keduanya secara bersamaan berlari menjauh dan mengeluarkan isi perut mereka dibalik pohon.
"Eh?" Gumam Jissiana.
Penasaran, ia meraih sendok dan memasukkan sesendok penuh nasi dan berbagai macam lauk itu kedalam mulutnya sendiri.
Hoeekkk!!!
Dan ia berakhir memuntahkan isi perut dibalik pohon sama halnya dengan Iloania dan Lasius.
"Ternyata ini bukan garam. Tapi bimimi. "Kata Jissiana.
Bimimi adalah semacam bubuk yang dibuat dari tumbukan sisik duyung sihir kering yang sengaja dilepaskan oleh duyung ketika sedang meregenerasi kulitnya. Bagi orang-orang dikerajaan itu, bimimi digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan binatang sihir. Dan rasanya sangat-sangat tidak enak.
Sementara duyung sendiri adalah salah satu dari species roh sihir. Cabang dari roh air yang utama.
Iloania tersenyum kecil sembari memegangi perutnya yang terasa sangat kosong karena telah dimuntahkan. Sama halnya dengan Lasius.
Jissiana mengatupkan tangannya. "Maafkan aku! Ini kesalahanku, sehingga tidak bisa makan malam."
"Tidak apa Jie. Bukan salahmu," kata Iloania.
Jissiana tertunduk, "T-Tapi karenaku kita tidak makan malam. Kalian pasti lapar. Dan sekarang sudah malam, pasti toko-toko sudah tutup."
Iloania nampak tersenyum. "Tidak masalah. Kita akan makan."
Jissiana mendongak menatap Iloania. Sementara Lasius masih tenang duduk diatas kasur diatas piringan hitam dalam diam.
"Bagaimana? Semua bahan kita sudah habis."
Iloania tersenyum, menampilkan deretan gigi kecil dan rapinya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Last Udate:
17/05/2021
Jangan lupa beri dukungan tiap sudah membaca chapter~
Makasih banyak...
[Kata² asing hanya karangan. Tidak berhubungan dengan dunia nyata ya😁]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments