Dipedalaman hutan diperbatasan Kerajaan Espen dan Kerajaan Lupilon, berdiri sebuah bangunan tua yang dikelilingi pepohonan. Sebuah sungai kecil mengalir disamping bangunan itu. Menumbukan pepohonan disekitarnya menjadi lebih lebat dan lebih segar.
Kalara berdiri diatas bola hitamnya. Melayang 30 meter diatas tanah. Bangunan itu nampak memiliki pencahayaan dari obor yang dipasang dibeberapa titik. Mata birunya berkilat terkena cahaya. Beberapa orang besar terlihat berjaga ditempat itu.
Ketika beberapa orang nampak keluar dan berkumpul seolah merundingkan sesuatu, Kalara mengangkat tangan kirinya. Ada bola hitam yang lebih kecil ditangannya melayang beberapa centimeter diatas telapak tangannya. Tak lama, bola itu berputar dengan cepat.
"Paranada Perangkap." Bergumam kecil, Kalara menjatuhkan jari telunjuknya yang diliputi cahaya membentuk sebuah bentuk meruncing.
Ketika benda meruncing itu bersentuhan dengan piringan hitam yang berputar cepat, paranada berwarna hitam muncul menjadi nyata dan meliuk. Paranada hitam itu bergerak mengitari beberapa pria besar yang kebingungan dengan apa yang terjadi. Ketika mereka mencoba berteriak, tak terdengar apapun karena suara mereka benar-benar teredam.
Bola hitam melayang turun dan menghilang. Kaki ramping Kalara membawanya mendekat menuju mereka. Mata mereka membelalak dan menatap nyalang kearahnya. Bibir mereka terbuka menyumpah serapahi Kalara yang mengulum senyuman.
"Jika kalian ingin bebas, renungi kesalahan kalian. Bahkan jika kalian berusaha sekeras apapun untuk keluar, kalian akan terjebak didalam sana selamanya jika kalian bahkan tak tahu apa itu hati nurani." Ucap Kalara dengan tenang.
Suaranya dapat masuk menembus selaput lingkaran cahaya yang muncul dari paranada yang melingkar. Namun suara pria-pria itu sama sekali tak bisa terdengar keluar, sekeras apapun mereka berteriak. Mereka mencoba menggunakan elemen sihir mereka untuk menghancurkan dinding ransparan tipis itu, namun, serangan itu terserap dan menghilang.
"Nikmati sisa hidup kalian didalam sana." Gumam Kalara meninggalkan mereka yang meraung-raung dan memukuli dinding dengan marah.
...🌙...
Melangkah masuk dengan diam-diam, Kalara mendapati banyak sekali orang-orang didalam bangunan luas itu. Mereka besar-besar dan berwajah menyeramkan. Menyibukkan diri dengan urusan masing-masing. Aroma alkohol dan asap cerutu tercium menyengat. Indra Kalara yang sedikit lebih tajam menjadi sakit, sehingga ia segera menutup hidungnya dengan tangan kanannya. Ia berada dibalik dinding dan mengintip. Menemukan sebuah pintu yang sedikit terbuka menampakkan anak tangga menurun.
Pintu ruang bawah tanah.
"Sepertinya disana." Gumam Kalara sangat pelan.
Kalara memandang sekitarnya, "Sepertinya satu-satunya cara adalah melawan mereka. Jika tidak, aku tidak bisa membawa anak-anak keluar."
Kalara mengangkat tangan kirinya sejajar dengan perutnya. Bola hitam kembali muncul dan berputar dengan cepat. Jari telunjuk tangan kanannya dilingkupi cahaya memanjang.
Detik berikutnya cahaya itu muncul membentuk lingkaran. Dan melebar seketika menembus apapun yang dilaluinya. Lingkaran cahaya emas itu membentuk sebuah kubah dengan diameter 100 meter dan tinggi 50 meter berwarna transparan. Namun ketika benda luar menyentuhnya, itu akan sedikit mengeluarkan cahaya keemasan penanda ada dinding disana. Ketika ada benda asing menembus mereka, semua orang didalam sana terkejut dan langsung memasang sikap waspada. Terutama saat Kalara memunculkan dirinya.
"Siapa kau?!"
...🌙...
Levi bersama dengan Vermel kini hampir tiba ditempat yang sama. Menurut informasi yang mereka dapat dari penduduk kota, beberapa minggu yang lalu memang ada kereta baru dari Ular Hitam yang mengarah kemarkas mereka. Ketika Vermel sudah membawa Levi mendekat, ia tiba-tiba berhenti dan terbang turun hingga mendarat ditanah. Levi turun dan bertanya padanya bingung.
"Apa yang terjadi?" tanya Levi dengan wajah datar andalannya.
"Ada dinding pelindung disini tuan." Jawab Vermel.
Levi menoleh dan bergerak maju. Untaian paranada tertangkap jelas olehnya ketika sudah ada dibawah. Ia mengulurkan tangannya ketika merasakan dinding yang terasa hangat namun dingin secara bersamaan. Cahaya keemasan memendar samar.
Tangan kanannya terangkat dan cahaya putih berbentuk bola tercipta disana. Namun begitu Levi hendak bergerak, Vermel menahannya.
"Sebaiknya, tidak perlu menghancurkan dinding pelindung ini, tuan. Dinding pelindung ini tidak berguna untuk melindungi mereka dari penyusup, namun melindungi sesuatu agar tidak keluar." Kata Vermel.
Levi berhenti dan menoleh, "Bagaimana bisa?"
"Dinding ini dilingkupi energi hangat. Ini bukan dinding pelindung yang akan diapasang oleh orang jahat. Dan disana, saya melihat dinding yang sama menjebak beberapa orang. Ada orang lain disini selain anda yang berurusan dengan Ular hitam." Jelas Vermel.
"Lebih baik anda membiarkan dinding pelindung ini tetap ada." Lanjut Vermel.
"Lalu bagaimana caranya aku masuk?" tanya Levi.
Vermel mengepak mendekat. Mengulukan sayapnya ke dinding, helaian bulunya bisa menembus dinding pelindung dengan mudah tanpa hambatan.
"Sesuai dugaan saya. Roh dan binatang sihir tingkat tinggi kecuali manusia bisa melewati dinding ini. Sepertinya pemasang pelindung ini mengkhawatirkan sesuatu jika ada orang lain yang masuk." Kata Vermel.
"Bawa aku masuk." Dingin Levi membuat Vermel mengangguk.
Tubuh Vermel berubah menjadi cahaya dan menyelimuti Levi. Pemuda itu kemudian berjalan dengan tenang memasuki dinding pelindung dan mendapati suara berisik dari dalam bangunan. Dari luar nyaris tak teredngar apapun, namun ketika masuk, suara berisik dan teriakan terdengar dengan jelas. Rasa penasarannya membuat dia dan Vermel yang telah merubah dirinya menjadi seukuran burung pipit mendekati menuju bangunan.
Dari balik jendela, Levi jelas melihat seseorang tengah berdiri diatas piringan bola hitam yang mengambang lima meter diatas tanah dan menghindari tiap serangan yang datang kearahnya. Suara teriakan itu berasal dari orang-orang yang geram dan berteriak ingin menghabisinya. Levi mengernyitkan dahinya saat melihat helaian rambut panjang dan kaki ramping itu.
"Dia perempuan?" gumam Levi.
Mata biru Kalara menyorot mereka dengan tenang. Belahan bibirnya terbuka, "Hey. Bisakah kita hentikan dulu? Mari berbicara secara baik-baik."
Suara lembut Kalara membuat mereka termasuk Levi tertegun ditempatnya. Ia tahu bahwa Kalara adalah perempuan. Namun suaranya benar-benar lembut dan penuh kehangatan.
Pria besar itu menyela, "Bicara baik-baik omong kosong! Turun dan aku akan mencincangmu habis!"
"Aku hanya ingin membawa anak-anak yang kalian culik." Ucap Kalara masih bersembunyi dibalik jubahnya.
"Heh? Kau ingin membawa mereka? Kau harus membeli mereka." Pria itu berujar dengan sarkas.
Kalara terdiam sesaat. Ia turun lebih rendah dan kembali berbicara. "Mari buat taruhan."
"Taruhan? Taruhan apa?" tanya mereka bergantian.
Kalara mengangkat tangan kirinya, "Kita beradu hewan sihir. Hewan sihir kita tak perlu bertarung. Aku hanya akan memasukkan hewan sihir kalian semua selama beberapa detik kedalam cincin sihirku dan akan kukeluarkan kembali. Aku berjanji tidak akan melukai mereka. Jika mereka keluar tidak seperti saat mereka masuk, bebaskan semua yang kalian culik dan biarkan mereka pergi denganku."
"Lalu apa yang akan kami dapat jika hewan kami keluar dengan keadaan baik-baik saja?" tanya salah satu pria.
Kalara melepas jubahnya dan menampilkan penampakan sempurnanya. Senyuman indah terpasang diwajahnya. Semua orang menganga dan tertegun melihat keindahan yang ada didepan mereka. Levi menatap Kalara dengan tatapan tertegun sebelum menolehkan kepalanya pada gerombolan pria yang menatap lapar pada Kalara.
Ia melebarkan matanya sesaat saat mendengar jawaban Kalara, "Kalian bisa mendapatkan aku."
"Tapi jika kalian melanggar, kalian semua akan mati." Tambahnya dengan kilatan tajam dimatanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
🍾⃝💫ᴛͥᴀᷜᴍᷜɪͥ
baru baca sampe sini kak, aku sampe menghayati
2022-04-29
1
hoomano1D
kalo iloania tdk punya kemampuan sihir yg mumpuni, gak bakal dia berani taruhan kek gitu
2022-01-18
1