Titi akan menyerahkan pemberkasan ke OKPP (Organisasi Kepegawaian dan Penyusunan Peraturan). Di depan ruangan OKPP Titi bertemu dengan Satria, kepala suku yang membuat grup CPNS Dosen angkatannya.
"Mbak, sudah beres semua syarat-syaratnya?" tanya Satria waktu mereka bertemu di depan ruangan OKPP.
"Sudah kayaknya Pak."
"Kok kayaknya. Saya masih muda dan single lho Mbak. Masa dipanggil Bapak. Memang saya sudah kelihatan seperti Bapack-bapack ya?" jawab Satria pura-pura merajuk.
Titi tersenyum menanggapi reaksi Satria. "Calon Bapak Dosen, memang harus dipanggil apa? Kan benar manggilnya Pak. Masa Kak Dosen, nanti saya kualat lagi," ucap Titi sambil tertawa.
"Panggil Mas saja ya, kita sebentar lagi jadi teman sejawat lho. Umur kita juga sepertinya tidak selisih jauh. Mbak Titi bukan mahasiswa saya, jadi tidak wajib memanggil Pak. Sunnah kalau manggil saya, Mas." ujar Satria sambil mengerling ke arah Titi.
"Iya in aja deh. Hitung-hitung dapat pahala bisa menyenangkan orang lain," jawab Titi jengah.
Mereka berdua segera masuk ke ruangan OKPP. Tampak Pak Jalal duduk di kursi kebesarannya.
"Assalamualaikum. Selamat pagi Pak Jalal. Maaf mengganggu waktunya. Kami mau mengumpulkan berkas persyaratan CPNS," ucap Satria dengan sopan. Ini kandidat cocok untuk dijadikan kepala suku. Tidak salah memang, Satria sangat berwibawa, cocok jadi pemimpin.
"Wa'alaikumsalam. Monggo silahkan duduk. Sekalian ini dengan Mbak Titi, kok bisa barengan?" tanya Pak Jalal sambil memandang wajah Titi dan Satria bergantian. Efek artis dadakan kemarin kayaknya masih terus berlanjut. Nama Titi sudah banyak dikenal karenanya.
"Hehehe... kebetulan tadi bertemu di depan Pak. Jadi sekalian kita bareng ke sini," jawab Satria menjadi juru bicara mereka berdua.
Kemudian Pak Jalal menyebutkan urutan untuk syarat pemberkasan. Satria yang terlebih dahulu mengumpulkan. Setelah Satria sudah oke semuanya, barulah giliran Titi melakukan hal yang sama. Ternyata Titi ada yang masih kurang. Surat pernyataan yang harus ditulis tangan sebanyak empat lembar. Titi segera pamit kepada Pak Jalal dan Satria untuk melengkapi yang kurang. Titi memutuskan untuk mengerjakan kekurangan tadi di serambi masjid kampus yang suasananya tenang, sebelumnya tadi mengambil gambar sebagai contoh punyanya Satria dengan kamera handphone untuk meminimalisir kesalahan.
Titi lewat tangga samping untuk menuju masjid itu. Masjid dengan kubah yang berwarna coklat kemerahan. Lumayan besar kelihatannya. Masjid itu ada di lantai dua dengan dinding dan pilarnya diberi cat warna hijau. Pantas kalau ini disebut kampus hijau, karena bangunannya hampir semuanya berwarna hijau. Titi melewati tempat wudhu kemudian menuju ke depan masjid langsung di lantai 2. Karena lantai satu merupakan ruang auditorium.
Tampak di dalam masjid ada yang sedang melaksanakan salat. Titi melihat jam di tangan kirinya. Pukul 09.30 WIB. Orang tersebut sedang mengerjakan salat Dhuha, pikirnya. Titi bersyukur karena diberi penjelasan oleh ustadzah Aini tentang sholat Sunnah dan pengetahuan seputar agama yang lainnya juga. Sebelum mengerjakan kekurangan tadi, Titi memutuskan untuk salat Dhuha terlebih dahulu. Titi masuk ke dalam masjid dan meletakkan tasnya di pojok. Tampak ada mahasiswi di pojok dekat dirinya yang masih mengenakan mukena dan memegang Al-Qur'an di tangannya tetapi matanya terpejam. Titi mengamati orang tersebut "Apa mungkin ketiduran ya?" pikirnya. Ternyata mulutnya bergerak dan terdengar suaranya sedang mengaji. Titi melangkah pelan-pelan melewati orang tersebut karena tidak ingin mengganggu konsentrasinya. Segera menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil, setelah itu wudhu. Ada kaca di ruangan tersebut, Titi merapikan jilbabnya, masih memakai jilbab instan karena belum mahir kalau memakai jilbab yang banyak jarum pentul nya.
Titi mengambil mukena di almari yang letaknya di belakang. Dipakainya mukena terusan yang berwarna putih itu. Titi menjalankan sholat di shaf pertama yang khusus untuk wanita. Iya...di dalam masjid itu shaf di depan untuk pria sedangkan untuk wanita di belakang. Yang diberi satir atau pembatas dari kain yang berwarna hijau. Titi salat Dhuha empat rakaat, dengan dua rakaat salam. Menurut penjelasan ustadzah Aini salat Dhuha ada dua belas rakaat. Disunnahkan (dianjurkan, Sunnah itu perkara yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala, kalau tidak dikerjakan tidak apa-apa atau tidak berdosa) mengerjakannya supaya rejeki kita dilancarkan.
Setelah selesai salat dan berdoa, Titi segera mengerjakan kekurangan pemberkasan tadi. Pemberkasan itu syaratnya banyak karena sebagai langkah terakhir untuk menjadi CPNS agar mendapatkan NIP (Nomor Induk Pegawai). Peserta CPNS yang lolos bisa mengikuti langkah terakhir yaitu pemberkasan atau bisa mengundurkan diri tentunya dengan surat pernyataan, dan biasanya tidak bisa lagi untuk mendaftar CPNS di tahun berikutnya.
Titi selesai mengerjakan selama tiga puluh menit. Segera dirapikan barang bawaannya dan turun dengan tangga di sebelah seperti waktu naik tadi karena sepatu Titi diletakkan di sana. Titi ke ruangan OKPP kembali dan menyerahkan syarat pemberkasan sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan. Setelah semuanya selesai, Titi segera pamit kepada Pak Jalal.
Titi menuju ke depan dan langsung ke ATM yang letaknya di pojok dekat pos satpam. Uang Titi menipis karena harus bolak balik untuk mengurus segala persyaratannya. Ini masih lumayan, coba kemarin ada peserta yang dari pulau sebelah, sudah tentu biaya untuk akomodasi lebih banyak. Titi ingin langsung pulang pada malam harinya dengan naik kereta.
Setelah sampai Madiun Titi segera beristirahat. Keesokan harinya Titi ingin mempraktekkan ilmu dari kursus kemarin. Titi ingin membuat onde-onde. Hehehe... tidak keren ya...ini kearifan lokal... makanan tradisional kita supaya tetap lestari salah satu caranya apabila generasi muda bisa membuatnya. Menurut guru kursus masak kemarin onde-onde yang baik kalau digoreng tidak meletus. Gurunya kemarin langsing banget, wajahnya melakukan perawatan, 11 12 dengan chef yang sering muncul di TV. Titi jadi semangat ingin belajar, gurunya sudah cantik pinter masak pula. Ternyata kenyataan tidak seindah ekspektasi. Titi waktu mengolah adonan dari tepung ketan itu terlalu cair jadinya lembek dan ketika digoreng meletus ke mana-mana. Dapur jadi seperti kapal pecah. Jadinya produk gagal alias malpraktek.
Di lain hari Titi ingin praktek membuat gamis. Kemarin guru kursus menjahitnya laki-laki. Orangnya sabar, sudah Bapak-bapak. Titi membeli kain batik dari toko di Madiun. Setelah membuat pola kemudian kain dipotong menurut pola, setelah itu dijahit. Untungnya Titi di rumah sudah ada mesin jahit. Mesin jahit kuno punyanya Eyang Putri, Ibunya Mamah. Ketika sudah jadi gamisnya, Titi coba dulu, sudah pas panjangnya, cuma di lengan masih belum nyaman. Memang perlu banyak latihan untuk bisa menjadi ahli.
Titi dan keluarganya masih istikamah mengaji. Alhamdulillah sekarang sudah sampai jilid tiga. Sudah bisa mengaji sedikit lancar. Akhirnya tiga bulan setelah pemberkasan kemarin, ada pengumuman di grup kalau besok Jum'at diminta ke kampus. Titi berangkat pada Kamis malam. Titi ke kampus memakai seragam hitam putih sesuai arahan dari grup wa. Pukul 09.30 WIB acaranya dimulai. Titi dan teman-teman semuanya sudah berkumpul dalam ruang senat di lantai 2 gedung Rektorat. Acara dibuka oleh MC kemudian dilanjutkan sambutan dari Pak Jalal. Hari ini semua peserta mendapatkan SK CPNS dan Senin sudah mulai masuk kerja.
Satu persatu nama peserta dipanggil dan mendapatkan SK CPNS (Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri Sipil). Pak Jalil berseloroh kalau SK tersebut bisa langsung disekolahkan. Titi dan teman yang lainnya ada yang masih loading.
"Oh... ternyata" pekiknya.
Setelah foto satu persatu peserta yang menerima SK, kemudian dilanjutkan dengan foto bersama seluruh peserta dengan Pak Jalal dan panitia yang lainnya. Setelah acara penerimaan SK selesai, semua peserta diminta untuk ke basemen atau lantai bawah untuk proses absen dengan menggunakan mesin melalui deteksi wajah atau faceprint. Rangkaian acara sudah dilalui semuanya, 16 peserta menuju ke depan gedung Rektorat di dekat air mancur untuk foto bersama dengan memegang SK masing-masing.
"Kertas ajaib warna hijau yang penuh perjuangan," teriak salah satu peserta yang ternyata Satria.
Semua tersenyum gembira, Alhamdulillah akhirnya bisa mendapatkan kertas tersebut dengan melalui perjuangan yang tidak mudah.
"SK oh SK"
Bagaimana kelanjutannya??
Ikuti terus ceritanya...
Terima kasih..🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Vernando Official
terlalu banyak flash backnya, kalo bisa buat tidak terlalu panjang, semangat thor
2021-12-02
0
Bebz Sangpencinta Ygsetia
Cerita nya bisa di persingkat n perjelas gak thor,, biar yg bacah gak bosan
2021-08-28
5
Bang Regar
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-05-11
1