The power of Doa Orang Tua

Titi menuju pusat kerumunan di ruang depan laboratorium komputer. Rupanya penasaran juga Dia. Segera dilihatnya televisi layar datar 50 inci itu. Layar datar itu diletakkan di atas meja yang ukurannya besar, meja kayu jati, terdapat pula motif ukiran dari Jepara dengan finishing warna coklat muda atau terang.

Titi penasaran, mengapa setelah melihat di layar tersebut, banyak peserta yang histeris. Rupanya di layar televisi itu ada pengumuman rangking dari tes SKD tadi yang sudah mereka lewati. Ada juga peserta yang tidak dikenalnya menginformasikan kepada Titi kalau selama tes tadi berlangsung bisa dipantau dari layar itu. Perasaan senasib sepenanggungan membuat mereka bersatu untuk saling menguatkan. Rupanya selama tes berlangsung, jawaban kita bisa dilihat dari layar tersebut. Jadi kalau kita menjawab salah, langsung keluar nilainya atau terlihat grafiknya. Banyak dari peserta yang total nilai keseluruhannya sangat tinggi, tetapi tidak lolos, karena belum memenuhi passing grade dari salah satu yang disyaratkan. Itu yang membuat peserta tersebut mengeluh dan menyayangkan hasil kerjanya sendiri. Ya kembali lagi ada faktor x juga yang berperan, faktor keberuntungan. Di layar terlihat ada peserta nilainya pas banget dengan passing grade yang disyaratkan. Jadi nilai TWK 80, nilai TIU 80 dan nilai TKP 153. Jumlah keseluruhannya 313. Pas dengan nilai yang diperoleh peserta tersebut berjumlah 313. Amazing.

Titi melihat nilainya sendiri yaitu 363. Itu hasil yang harus disyukurinya. Hasil kerja kerasnya belajar selama ini. Dan yang terpenting the power of doa orang tua. Dari awal Titi niatnya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Titi yakin selalu ada jalan terbaik selama kita menurut dan memuliakan kedua orang tuanya. Dan yang tak kalah pentingnya, bisa jadi keberhasilan kita berkat doa tulus dari guru-guru kita dari mulai PAUD sampai jenjang yang lebih tinggi.

Titi segera meninggalkan layar berukuran besar itu karena semakin banyak lagi peserta yang ingin menuju ke tempat ini. Dia melangkah sendirian, karena belum punya kenalan. Dari arah belakang ada yang mensejajarkan langkah kakinya.

"Sendirian saja Mbak?" tanya orang tersebut.

Titi menghentikan langkah kakinya. Karena tidak ada orang lain di sekitarnya sekarang, kecuali mereka berdua. Otomatis yang diajak bicara ya sudah tentu dirinya.

"Iya betul Mbak. Saya berangkat sendiri. Mbak sendiri dengan siapa?

"Saya juga sendirian. O iya, kenalkan namaku Rania. Mbak namanya siapa?"

"Saya, Titi."

"Dari mana?" tanya orang tersebut lagi.

"Dari Madiun. Kalau Mbak Rania aslinya mana?"

"Pacitan. Kita ngobrol di serambi masjid saja yuk. Sambil nunggu azan Ashar?" ucap Mbak Rania.

Mereka melanjutkan langkahnya menuju ke masjid. Setelah melepaskan alas kakinya. Mereka menuju serambi masjid yang agak sepi. Masjid ini terlihat sesak, masih penuh dengan peserta ujian, baik yang berada di dalam masjid maupun yang di luar. Karena habis ashar nanti masih ada jadwal tes juga. Jadi banyak peserta yang memilih menunggu di masjid ini. Banyak juga anak kecil yang bermain-main.

Titi dan Rania beristirahat sejenak. Meregangkan otot kaki, tangan, leher yang lumayan penat sehabis tes tadi. Sesudah itu mereka duduk berselonjor. Mereka meluruskan kakinya untuk mengurangi capek.

"Lumayan capek ya? Gimana tadi, lolos?" tanya Rania.

"Alhamdulillah lolos. Mbak Rania gimana?"

"Alhamdulillah lolos juga. Walaupun ngepres nilainya. Selisih 5 points dari nilai yang disyaratkan. Yang penting lulus passing grade."

"Alhamdulillah," ucap mereka secara bersamaan. Sungguh hati mereka merasa lega. Setidaknya sudah berhasil melewati tahap ini.

"Mbak Titi daftar di mana?"

"Purwokerto, Mbak Rania?"

"Kudus. Mau pulang ke Madiun naik apa?" tanya Rania.

"Naik kereta Mbak. Nanti sehabis Maghrib. Istirahat sebentar dulu. Mbak Rania naik kereta juga?"

"Nanggung kalau naik kereta. Aku naik bus saja bisa turun di Pacitan."

Setelah berbincang-bincang cukup lama sambil menikmati udara di Pekalongan, mereka kemudian mengambil wudhu karena sudah mendengar suara adzan yang dikumandangkan. Sehabis melaksanakan sholat ashar, Titi dan Rania segera berkemas. Rania ingin segera ke terminal untuk naik bus sedangkan Titi baru nanti menuju ke stasiun untuk naik kereta. Mereka berpisah dan tak lupa saling bertukar nomor WhatsApp.

Jadwal kereta Titi masih nanti setelah Maghrib. Titi ingin jalan-jalan dulu menikmati kota Pekalongan. Ingin lihat-lihat proses pembuatan batik. Di Pekalongan yang Titi tahu terkenal dengan batiknya. Titi berjalan kaki sambil membawa tas punggungnya. Tidak terlalu banyak barang yang Ia bawa, hanya dua stel baju yakni baju seragam untuk tes tadi dan sepasang lagi yang Titi pakai sekarang. Pakaian yang Titi kenakan kemarin dan seragam tadi yang saat ini menghuni tas punggungnya.

Titi telah mengganti bajunya sehabis salat tadi. Dia masih belum terbiasa memakai rok, masih kesulitan untuk melangkah, tadi sempat kesrimpet tetapi untungnya tidak sampai jatuh. Sekarang Titi memakai celana jeans dengan atasan kaos yang tidak terlalu ketat dan ditambah kerudung instan. Titi bertekad ingin istikamah mengenakan hijab, apapun yang terjadi kemudian. Titi akan terus belajar menjadi lebih baik lagi.

Di sinilah Titi, sebuah galeri plus toko batik besar yang berada di ujung jalan. Tadi sempat berjalan kaki kurang lebih setengah km. Berjalan sendirian seperti orang hilang. Tetapi Titi sangat menikmati suasananya. Sudah tidak terlalu panas seperti siang tadi. Matahari bergerak ke arah barat, sehingga sinarnya tidak menyengat lagi. Lebih adem dirasakannya disertai angin bertiup sepoi-sepoi, angin pantai yang membuat perasaan menjadi nyaman.

Titi disambut ramah oleh pramuniaga di toko tersebut. Lumayan ramai pengunjungnya. Titi balas tersenyum kepada pramuniaga itu.

"Mau cari apa Mbak? Ada yang bisa dibantu?" sambut pramuniaga yang lainnya lagi.

"Saya lihat-lihat dulu ya Mbak," jawab Titi supaya pramuniaga itu bisa melayani konsumen yang lainnya dulu. Tidak enak kalau mau memilih-milih sesuatu dirinya diikuti, walaupun memang sudah tugasnya sih.

Titi memilih dua tunik batik yang berwarna coklat dan merah marun. Dia coba terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan oleh toko tersebut. Setelah dirasa pas dan sreg di hati, Titi segera menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Lumayan miring harganya untuk kualitas sebagus ini. Karena Titi juga realistis kalau harga itu berbanding lurus dengan kualitas. Bisa jadi karena membeli di pusatnya langsung, tentu harganya beda. Ini salah satu strategi yang bisa dilakukan penjual juga untuk kulakan atau membeli langsung di pusat barang tersebut diproduksi biar mendapatkan harga yang bagus.

Titi tidak membelikan untuk keluarganya juga, dikarenakan uang sakunya mepet. Mungkin nanti kalau Dia sudah mendapatkan penghasilan. Semoga saja bisa segera terwujud, Titi bisa mencari uang sendiri, tidak minta terus kepada orang tuanya.

Titi membeli langsung dua potong karena Dia menyadari belum banyak bajunya yang panjang. Juga tadi masih aman untuk uang di dompetnya. Setelah membayar, Titi keluar dari toko tersebut. Langsung memesan ojek online menuju ke stasiun. Tidak ingin melihat-lihat di toko yang lainnya karena takut khilaf. Masih ada waktu sedikit biar bisa istirahat di stasiun Pekalongan sekalian salat Maghrib di sana.

Titi naik ke atas kereta setelah Maghrib dari stasiun Pekalongan. Akhirnya sampai di stasiun Madiun pukul 23.00 WIB. Tadi sudah memberi tahu Anjas, adiknya supaya dijemput. Ternyata yang menjemput ada Papah, Mamah dan Anjas juga. Titi segera sungkem kepada orang tuanya.

"Bagaimana hasilnya Nak?" tanya Mamah dan Papah.

"Alhamdulillah lulus Pah, Mah. The power of doa Mamah dan Papah."

"Alhamdulillah, kamu cantik banget pakai kerudung Nak," puji Mamah.

Titi tersenyum malu tapi hatinya senang, wajahnya sampai merona. Mereka berpelukan untuk meluapkan kegembiraan tersebut dan mengucapkan syukur berulang kali. Mereka segera naik mobil untuk pulang ke rumah karena sudah tengah malam. Besok Mamah dan Papah kan harus berangkat bekerja, Anjas juga harus sekolah. Titi merasakan nyaman berada di tengah keluarganya. Rasa pegal karena perjalanan tadi seolah lenyap setelah menyaksikan senyum kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Shofia Hanina

Shofia Hanina

❤️♥️

2021-05-24

0

Bang Regar

Bang Regar

lanjut kak 👍

2021-05-02

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kereta Api Cinta ?
3 Musibah atau Anugerah ?
4 Khilaf?
5 Asal Mula Berada di Kota Satria
6 Mendaftar
7 Harap Tenang Ada Ujian
8 The power of Doa Orang Tua
9 Ternyata Menyenangkan Orang Lain itu Tidak Sulit.
10 Artis Dadakan
11 Apa yang Harus Aku Tertawakan?
12 Selalu Ada Hikmah di balik Peristiwa
13 Akhirnya
14 Pemberkasan
15 Menerima SK
16 Prepegan
17 Dia lagi...Dia lagi.
18 Halal bihalal
19 Launching?
20 Surat Ijin Mengajar
21 Ngajar Perdana
22 Definisi dari Dunia Sempit.
23 Layu Sebelum Berkembang?
24 High Risk High Return
25 Tersesat di Jalan yang Benar.
26 Putus atau terus?
27 Me Time?
28 Tour Guide
29 Harga Yang Harus Dibayar
30 Modal Dengkul
31 Upacara
32 Bertemu Idola
33 Doa Kalbu
34 Hedge
35 Rapat HMJ
36 DWP
37 Urip iku sawang sinawang
38 Rihlah Ilmiah
39 BTA
40 DUIT
41 Bunga Tabebuya
42 Reuni
43 BEP
44 Ada Apa Dengannya?
45 Tetap Bersyukur
46 Presidential Lecture
47 Hampa
48 SunMor
49 Belum Beranak Cucu
50 Imla
51 Cemburu yang Santun
52 Belajar Sambil Travelling
53 Sekuritas
54 Belajar Sejarah Yuk
55 Menjaga Rahasia
56 Fluktuasi perasaan
57 Wirausaha
58 Saatnya Relaksasi
59 Santuy
60 Bertanggungjawab?
61 Mencari Solusi
62 Teman Makan Teman?
63 Bertemu Camer
64 Kepastian
65 Yang Mahal itu Gengsi
66 Akhlaknya Bagus dan Bertanggungjawab.
67 Kencan?
68 Menentukan Tanggal
69 Ketaman Asmoro
70 Sumur Sinaba
71 Double Date
72 Ujian Sebelum Menikah
73 Diselesaikan secara Adat
74 Semoga Badai Segera Berlalu
75 Sepandai-pandainya Menyimpan Bangkai Pasti akan Tercium juga
76 Mati Satu Entah Tumbuh Berapa lagi?
77 Mitsaqan Ghalizha
78 Seri
79 Mahasiswaku Suamiku
80 Siraman
81 Malam Terakhir Menjadi Lajang
82 Ketika Janur Kuning Melengkung
83 Kekasih Halal
84 Ibadah Bersama
85 Aku Tresno Sliramu
86 Jalani, Nikmati, Syukuri.
87 Sepasar
88 Childfree?
89 Durasinya Pendek?
90 Gaskeun
91 Cimplung
92 Jajan Pasar
93 Perjalanan ini
94 Dampo Awang Beach
95 Mabuk Cinta
96 Gembrobyos
97 KTL
98 Menuju Puncak
99 Komunikasi
100 Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu
101 Naik-naik ke Puncak Gunung
102 Parijoto dan Air Tiga Rasa
103 Bawor
104 Jagung Bakar Dieng
105 Patuh
106 Sanad Keilmuan
107 Berkunjung ke Rumah Mertua
108 Ziarah
109 Kila wa Qola
110 Istri Pintarku
111 Investasi Sebelum Menikah?
112 Secuil Surga Dunia
113 Kabar Bahagia?
114 Meluruskan Kesalahpahaman
115 Tujuh Minggu
116 Alhamdulillah
117 Ngapati
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Prolog
2
Kereta Api Cinta ?
3
Musibah atau Anugerah ?
4
Khilaf?
5
Asal Mula Berada di Kota Satria
6
Mendaftar
7
Harap Tenang Ada Ujian
8
The power of Doa Orang Tua
9
Ternyata Menyenangkan Orang Lain itu Tidak Sulit.
10
Artis Dadakan
11
Apa yang Harus Aku Tertawakan?
12
Selalu Ada Hikmah di balik Peristiwa
13
Akhirnya
14
Pemberkasan
15
Menerima SK
16
Prepegan
17
Dia lagi...Dia lagi.
18
Halal bihalal
19
Launching?
20
Surat Ijin Mengajar
21
Ngajar Perdana
22
Definisi dari Dunia Sempit.
23
Layu Sebelum Berkembang?
24
High Risk High Return
25
Tersesat di Jalan yang Benar.
26
Putus atau terus?
27
Me Time?
28
Tour Guide
29
Harga Yang Harus Dibayar
30
Modal Dengkul
31
Upacara
32
Bertemu Idola
33
Doa Kalbu
34
Hedge
35
Rapat HMJ
36
DWP
37
Urip iku sawang sinawang
38
Rihlah Ilmiah
39
BTA
40
DUIT
41
Bunga Tabebuya
42
Reuni
43
BEP
44
Ada Apa Dengannya?
45
Tetap Bersyukur
46
Presidential Lecture
47
Hampa
48
SunMor
49
Belum Beranak Cucu
50
Imla
51
Cemburu yang Santun
52
Belajar Sambil Travelling
53
Sekuritas
54
Belajar Sejarah Yuk
55
Menjaga Rahasia
56
Fluktuasi perasaan
57
Wirausaha
58
Saatnya Relaksasi
59
Santuy
60
Bertanggungjawab?
61
Mencari Solusi
62
Teman Makan Teman?
63
Bertemu Camer
64
Kepastian
65
Yang Mahal itu Gengsi
66
Akhlaknya Bagus dan Bertanggungjawab.
67
Kencan?
68
Menentukan Tanggal
69
Ketaman Asmoro
70
Sumur Sinaba
71
Double Date
72
Ujian Sebelum Menikah
73
Diselesaikan secara Adat
74
Semoga Badai Segera Berlalu
75
Sepandai-pandainya Menyimpan Bangkai Pasti akan Tercium juga
76
Mati Satu Entah Tumbuh Berapa lagi?
77
Mitsaqan Ghalizha
78
Seri
79
Mahasiswaku Suamiku
80
Siraman
81
Malam Terakhir Menjadi Lajang
82
Ketika Janur Kuning Melengkung
83
Kekasih Halal
84
Ibadah Bersama
85
Aku Tresno Sliramu
86
Jalani, Nikmati, Syukuri.
87
Sepasar
88
Childfree?
89
Durasinya Pendek?
90
Gaskeun
91
Cimplung
92
Jajan Pasar
93
Perjalanan ini
94
Dampo Awang Beach
95
Mabuk Cinta
96
Gembrobyos
97
KTL
98
Menuju Puncak
99
Komunikasi
100
Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu
101
Naik-naik ke Puncak Gunung
102
Parijoto dan Air Tiga Rasa
103
Bawor
104
Jagung Bakar Dieng
105
Patuh
106
Sanad Keilmuan
107
Berkunjung ke Rumah Mertua
108
Ziarah
109
Kila wa Qola
110
Istri Pintarku
111
Investasi Sebelum Menikah?
112
Secuil Surga Dunia
113
Kabar Bahagia?
114
Meluruskan Kesalahpahaman
115
Tujuh Minggu
116
Alhamdulillah
117
Ngapati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!