"Boleh dibilang aku sudah gila
akan pesonamu"
Al masih berdiri, menganga tidak percaya sambil bertepuk tangan. Bu Niken putar badan, menatap garang wajah Al yang justru terlihat cerah.
"Alriestella" panggil bu Niken dengan suara lantang
Al nyengir, melempar senyum ke arah bu Niken. Kalau ditanya siapa siswa paling menyebalkan di seantero SMA Mesma jawabannya adalah gadis mungil dengan rambut panjang bergelombang, mata sipit, tubuh langsing serta kulit putih. Itu adalah Al, gadis yang hampir tidak pernah punya ketakutan pada apapun, kecuali pada Leo pamannya. Gadis yang selalu punya tingkah ajaib. Kalau guru yang mudah hafal nama siswa, dia akan tahu saat nama Al disebut, gadis yang selalu membuat orang pusing dengan kepolosannya. Seperti saat ini bu Niken memijat pelipis , menatap semburat wajah Al.
"Punya siswa kayak gini sepuluh pusing kepala ibu"
Bu Niken melanjutkan menulis kelompok, selesai menulis bertepatan bunyi bel pulang terdengar. Para siswa sudah merapikan buku.
"Dengar, ibu mau kalian membuat tulisan di karton mengenai asam basa, harus cantik" tuturnya menjelaskan
"Aspek penilainnya, yang pertama : tulisan harus rapi, bila perlu warna warni gak papa, kedua : materi harus jelas dan mudah dipahami" tambah bu Niken
"Tugas dikumpul minggu depan, ada yang ditanyakan?"
Kompak seluruh siswa menggeleng "tidak bu"
"Pinter, kalau begitu kita akhiri pelajaran hari ini, selamat siang"
Bu Niken berdiri dengan tumpukan buku, dia langsung hilang dibalik pintu. Kepergian bu Niken diikuti bangkitnya siswa dari kursi, ada yang langsung pulang, ada juga yang masih duduk di kursi.
Al tidak berjalan keluar kelas, melainkan berjalan kearah El. Lelaki itu masih duduk dengan santai sambil membaca buku.
"Gandi, kamu gak pulang?" tanya Al pada Gandi yang masih sibuk memainkan game di ponsel.
Sekilas Gandi mendongak, lalu mengalihkan fokusnya pada game.
"Kenapa Lo mau duduk disini?" tanya Gandi, mulai paham dengan Al.
Al mengangguk antusias, binar matanya tidak bisa membohongi bahwa dia senang mendengar Gandi bisa paham maksudnya. Gandi bangkit, menyampirkan tas dibahu dan pergi keluar kelas.
Arnol? Oh lelaki itu sibuk bercerita dengan rombongan Celly, jadi dia tisak ada di sebelah El.
"El, kita ngerjain tugas kimia kapan?"
Al menggeser kursi, duduk di depan Al. Saat Al duduk, buku yabg tengah di baca El langsung dia tutup, memasukan buku kedalam tas dan bangkit. Dia menatap Al sekilas, tidak lama.
"Gue aja yang kerjain, elo terima beres"
Dia langsung pergi, meninggalkan Al yang sudah bersiap memasang kuda kuda. Al bukan tipe perempuan yang bisa menyerah dengan mudah.
"El tungguin Al"
Al menarik tas ransel El, lelaki itu sempat merasa beban dibelakang. Dia berhenti tapi tidak menoleh, melihat pergerakan El yang tidak akan menolpehnya, Al melangkah maju. Berdiri sambil memegang tali tas.
"Al kan pengen bantu juga, lagian bu Niken bilang ini tugas kelompok, jadi di kerjain perkelompok" ujar Al.
"Gak usah, gue aja yang kerjain"
Al menggeleng "enggak, pokoknya Al mau bantuin. Titik"
Al masih mengotot, untungnya keadaan koridor kelas yang sepi membuat mereka tidak banyak menyita perhatian. Al masih berdiri, menghentakkan kaki sambil memasang wajah melas.
"Terserah, gue gak mau kerja kelompok"
"Tapi El, Al kan____aww"
Tiba tiba, El menarik lengan Al dengan keras. Membawa tubuh mungil itu hingga menatap tembok.
"Maaf kak" seorang siswa yang tengah membawa rak kayu menatap Al dan El bersamaan. Hampir saja, kalau Al tidak segera di tarik oleh El, mungkin bahunya akan terbentur orang yang tengah membawa rak sepatu.
Siswa itu lantas pergi, meninggalkan AL dan El yang sama sama memaku. Al merasakan nyeri di sekujur pinggang, tidak apa setidaknya hubungan mereka mengalami kemajuan. El jadi lebih perhatian padanya.
"Pokoknya Al mau ban_____"
El langsung berlalu pergi tanpa mendengarkan El menyelesaikan kalimat. Dia sudah hilang bersama para gerombolan club Basket.
Al menghentakkan kaki ,kecewa. Dia menyungutkan bibir, memutar mata.
"Iihh El nyebelin deh, Al kan belum selesai ngomongnya"
Al kembali ke kelas, mengambil tas dan pulang.
Dia menapaki trotoar jalan, menyandungkan lagu lagu. Berhenti sebentat untuk menyebrang, sialnya jalanan yang seharusnya dugunakan untuk menyebrang di zebra cros saat lampu merah masih ada pengguna motor yang menyelip disana.
Hampir sjaa pengguna motor itu menabrak Al.
"Om kalau mau jalan berenti dulu, udah tahu lampu merah masih jalan aja, om buta warna?" maki Al.
Orang itu ingin melempar sumpah serapah, tapi masih dia tahan. Tatapan pengguna jalan membuatnya memundurkan motor. Al melanjutkan menyebrang. Sampai di cafe Welno dia langsung membanting tas, kesal.
"Ada apa sih Al, dateng dateng muka cemberut gitu?" tanya Ibrahim
"Al keselllllll" rancau Al.
"Alristella, bisa gak sih elo gak usah teriak teriak. Sakit kuping gue"
Al memegang telinga, menekan nekan untuk menghilangkan suara dengungan.
"Abis, tadi Al nyebrang jalan malah mau ketabrak , gara gara ada oom oom yang gak sabaran" cerita Al dengan wajah sedih
"Yang penting kan elo gak papa, gak usah lebay deh"
Ibrahim bangkit, mengambil gitar dan memainkannya.
"Malam ini mau bawain lagu apa? Tanya Ibrahim.
Al memutar mata, meletakkan jari telunjuk di bibir, berfikir keras.
"You are the reason gimana?"
"Emm boleh deh, kita latihan dulu ya"
Ibrahim langsung memetik gitar, mencari cari kunci pada internet lalu kembali memetik gitar lagi. Menyesuakan dengan nada Al.
Saat Al mulai membuka mulut. Dia teringat akan kedatangan El kesini setiap hari. Al langsung berdiri dari duduk, berlari menghampiri Ayunda yang masih mengelap meja depan.
"Ayunda Ayunda"
Al bisa memanggil Ayunda dengan sebutan Ayunda karena gadis itu seumuran dengan Al. Hanya saja dia harus bekerja paruh waktu untuk membiayai ibunya yang sakit. Gadis bermata coklat, rambut pendek dan tubuh tinggi itu menoleh.
"Ada aap?" tanyanya
"Nanti kalo ada cowok tinggi, alis tebel, mata galak, wajah nya dingin, rahang kokoh kasih tau Al ya, dia El calon pacarnya Al"
Al nyengir, sehingga deretan gigi rapi itu tampak.
"Calon pacar" ulang Ayunda
"Iya, dia calon pacarnya Al. Bentar lagi jadi pacar kok" jelas Al.
"Oh iya deh nanti kalau gue liat dia, gue bakal bilang ke elo"
"Makasih ya Ayu, Ayu emang paling the best"
Setelah mengacungkan jempol Al beranjak pergi, menghampiri Ibrahim yang mungkin sudah kesal dengan nya.
Lagu you are the reason berhasil mereka bawakan dengan baik, lagu lain seperti Planet tempat ku sembunyi milik Arsy Widianto juga mereka bawakan. Mampu membius para pengunjung untuk betah duduk di cafe.
Al merapikan tas, membawa gitar yang sudah rusak untuk dia bawa pulang atau dia buang. Saat akan pergi Welno menghadang jalan Al.
"Ada apa sih om, Al mau pulang nih, udah malem takut di cariin papa" ujar Al panjang lebar.
"Om cuman mau nanya, itu gitar kenapa bisa rusak gitu?"
Al mengingat kembali momen tadi pagi, saat El keluar dari ruangan dan membanting gitar secara tiba tiba. Wajah marah saat dia menatap Al masih tergambar jelas, mungkin akan segera hilang keesokan hari.
"Kebanting aja tadi, Al jatoh" dusta Al.
"Bener?"
Welno tidak sepenuhnya percaya, benda itu adalah benda kesayangan Al. Mungkin benda nomor satu yang selalu dia rawat dengan baik. Sehingga kalau rusak pun akan membekas sangat lama, sedangkan saat ini wajah Al dan hatinya terlihat baik baik saja.
"Iya om"
Al tidak yakin untuk berbohong, tapi dia tidak ingin mengatakan kalau El yang merusak gitarnya, bisa bisa pertanyaan Welno akan bertambah lebar.
"Al mau pulang, takut dicari papa"
Sebenarnya Al tidak yakin akan langsung pulang, atau dia pergi mencari lelaki yang sama sakali tidak mengharapkan kehadirannya, boleh dibilang Al sudah gila akan pesona El Nevaro Semanding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments