"Kesalahan saat ini berasal dari dirimu sendiri"
⏳⏳⏳
Menganggumkan, setelah manggung selama dua jam tanpa henti, suara Al masih sempurna. Dia menatap sekeliling. Hampir terkejut kala matanya bersitatap dengan iris mata El.
Dia langsung meletakkan gitar, dan berjalan mendekati tempat duduk El. Lelaki itu sepertinya tidak tahu kalau orang yang sedari tadi bernyanyi adalah Al, wanita yang mati matian dia jauhi. El sudah membereskan buku, memasukan kedalam tas dan berdiri.
Belum sempat bergerak, tangan di cekal Al, wanita itu tersenyum.
"Lepas" katanya
Al menggeleng, menunjukan deretan gigi yang terpangur rapi. Tidak ingin beranjak sedikitpun, enak saja, dia sudah mati matian mengejar El, dan El justru memintanya pergi.
"El kesini nontonin Al nyanyi?" tanyanya penuh antusias.
El menepis tangan Al, menyampirkan tas ke bahu dan berjalan keluar cafe. Al berlarian merentangkan tangan untuk menghentikan El pergi.
"Mau lo apa sih?" suara El menaik, terdengar tidak bersahabat.
"Mau Al, El gak boleh ngehindari Al" adalah kalimat pertama yang dia tuturkan sesuai hati.
Meski begitu, tatapan tidak bersahabat terus tersemayamkan di wajah El. Lelaki itu berdecak, mengambil nafas dan bersiap mengomel.
"Dan gue gak pernah nuruti kemauan orang lain"
Dia menyingkirkan tubuh Al, gadis itu sempat limbung. Dengan tenaganya dia berjalah mendahului El, merentangkan tangan dan berkacak pinggang.
"El kira, Al mau nuruti kemauan El?"
"Memangnya gue pernah minta apa sama elo?"
"Minta Al ngejar ngejar El terus" katanya tanpa tahu malu.
"Dasar cewek sinting"
El hendak berlalu, tapi lagi lagi rentangan tangan wanita itu membuat langkah El terhenti.
"Al suka sama El" adalah kalimat terjujur yang pernah di ucapkan oleh Al.
Dia tidak malu. Memangnya apa yang perlu di permalukan, dia kan hanya mencintai El.
Lelaki itu tidak kaget, tidak pula senang. Memasukan tangan kedalam saku, dan melangkah maju, menipis jarak keduanya.
"Gue gak tertarik sama cewek kayak elo"
Dia pergi, melangkah lebih cepat. Al hanya memaku. Kalimat El tidak membuatnya kecewa, dia yakin El akan menyukainya. Meski butuh waktu yang panjang. Buru buru masuk cafe, mengambil tas, gitar dan keluar tanpa membawa upah manggung.
Al lari, setengah mati mengejar orang yang sudah tidak terlihat lagi. Kalau tidak salah El sering ke gang sempit itu. Tujuan Al adalah gang sempit yang tak jauh dari cafe.
Berada di gang sempit yang minim pencahayaan, Al hanya terus melangkah meski kakinya terasa ragu. Gang ini cukup berpotensi buruk bagi dirinya, mungkin tempat para mafia berkumpul, tempat para lelaki brengsek disini.
Suara hiruk pikuk dari gedung membuat berhenti, ini adalah gedung tua yang belum pernah Al datangi. Meski tidak yakin. Rasanya banyak orang didalam. Apa El ada disana?
Al berniat pergi, tapi tidak jadi,.dia ingin mencari El.
Pintu yang sudah berlubang, hanya ditutupi papan bewarna coklat dengan bumbuhan tulisan kasar dari pilok. Al menggeser pelan pelan, gelap pertama kali dia temui.
Al mengeluarkan ponsel, menghidupkan senter dan melangkah pelan. Hanya ada tengki tengki bekas minyak tanah yang sudah tua, kayu kayu yang sudah lapuk, lantai tanah yang berdebu, sarang laba laba. Rasanya dia ragu kalau El ada disini, ditempat gelap dan berdebu. Lagipula apa ada orang yang ada digedung setua ini
Al memutar langkah, tapi sebuah cahaya yang seketika membuat langkahnya berputar kembalu. Dia melihat cahaya dari balik pintu yang tidak terlalu jauh. Al melangkah maju tidak merasa takut sama sekali. Ketika membuka pintu, dia dibuat takjup, ring tinju di ujung sana. Hiruk pikuk para penonton serta cahaya yang terang benderang.
Al meletakkan gitar disebelah kaki. Duduk dengan menatap sekeliling. Yang membuatnya yakin kalau tempat ini tidak buruk adalah, banyaknya perempuan yang juga melihat pertandingan dengan wajah antusias.
Al menatap kearah ring, dimana lelaki itu berada. Lelaki berwajah dingin, yang beberapa kali selalu marah marah padnya. Dia ada di dalam ring, memberi tendangan ke lawan hingga sang lawan tumbang.
Al menganga, berdiri lalu berteriak kencang. Sangat kencang, Al adalah penyanyi, meski sebenarnya suaranya masih bisa hilang ditelan hiruk pikuk penonton.
"Ellllllllllll"
Bughh
Elterjatuh, menyeka darah yang mengalir dibibir, bangkit dan membalas tinjuan lawan. Pertandingam baru selesai setelah tiga puluh menit dari teriakan Al. Dia keluar dari ring, tanpa mengenakan pakaian pun. Melangkah ke arah penonton, menatap wajah Al yang tersenyum cerah. Menarik lengan Al dan membwa gadis itu pergi.
Dia hampir melempar tubuh Al ke lantai, kalau Al tidak menyeimbangkan tubuhnya. Ruangan gelap dimana pertama kali Al datang tadi.
"Sakit El" protes Al tidak terima
"Kalo elo tahu sakit kenapa elo ngikutin gue terus?" suara El menggema.
"Al cuman penasaran, kenapa El selalu datang ke gang ini"
Wajah Al berubah sedih, tidak terlalu ketara. Minimnya pencahayaan membuat El tidak tahu kalau Al hampir menangis.
"Gue minta, jauhi gue" bentaknya
"Tapi Al suka sama El"
"Kita cuman kenal sehari, dan elo udah berani beraninya ngomong cinta ke gue"
El melangkah maju. Mendorong dada Al hingga gadis itu terbentur ke dinding. Cukup menyakitkan untuk punggung Al yang rapuh.
"El gak suka sama Al?"
Al berusaha menarik senyum. Meski itu susah.
"Enggak, dan gak akan pernah suka!!!"
"Terus Al harus gimana kalau El ga suka sama Al?"
"Itu bukan urusan gue"
El pergi, sebelum pergi dia mendekati telinga Al, membisikan kalimat yang membuat dunia Al hampir runtuh
"Jangan ikutin gue lagi. Gue gak segan segan lapor polisi"
Dia pergi, pergi menjauhi Al yang tengah mematung. Mencoba memberi kekuatan dirinya lagi. Itu hanya penolakan El pertama.
"Gak papa, seribu kalipun El nolak Al, Al akan tetap suka sama El"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sita Aryanti
Al GK bs y jaim dikit .hege
2021-10-06
0
Fakiraardiyus
wah..sedeng si Al.😄
2020-04-21
2
🌴ᷤ͢ ᷤ ᷞ⃟𝒏𝒉𝒂ᚐ֟፝𝒗𝒊𝒏𝒂ᙇ͢៷⃑
lahh critanya love to first look gitu yaa..
ehh gw bner ga sih ngeja bsa englishnya,, hahahaaa.. pake sok"an bhsa english pula
2020-02-12
2