"Cinta itu bisa datang kapan saja tanpa membutuhkan waktu lama"
⏳⏳⏳
Al menyandungkan sebuah lagu dari penyanyi Kodaline , All i want.
🎵🎵
All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die as a happy man I'm sure
🎵🎵
Suara nya mengalun lembut, menampaki anak tangga tanpa sebuah kemarahan sama sekali. Suasana hati nya kembali cerah.
🎵🎵
When you said your last goodbye
I died a little bit inside
🎵🎵
Dia membuka pintu roftof, berjalan sambil memandangi sepatu. Dia suka saat melihat langkah kakinya beriringan. Seperti sebuah harapan kelak El akan berjalan beriringan dengan nya.
🎵🎵
I lay in tears in bed all night
Alone without you by my side
🎵🎵
Langkahnya berhenti kala melihat sepatu seseorang dihadapannya. Dia mendongak, menatap iris mata hitam yang tidak terlalu dalam.
Sebuah minuman kaleng soda dingin yang dia sodorkan pada Al.
Al menarik senyum, memegang kaleng soda, dan kembali menatap iris mata hitam itu.
Lelaki itu adalah El, dia memasukan dua tangannya kedalam saku celana.
"Gue gak perlu minta maaf kan"
Dia pergi tanpa bisa dicegah lagi oleh Al, pergi entah kemana. Al masih berdiri memaku menatap punggung El yang hilanng dibalik pintu. Dia tersenyum ,senyum yang lebar lebih dari apapun.
Kaleng soda dia tatap kembali. Al melompat girang ,mungkin ini adalah lompatan pertama yang paling tinggi.
Ivana harus tahu berita ini. Dia berlari an menuruni anak tangga. Mungkin jika langkah El tidak cepat dia akan bertemu kembali dengan Al.
Tapi sepertinya setiap langkah Al menuruni anak tangga, menyusuri lorongan kelas, dia tidak melihat keberadaan El. Dikelas, Ivana sibuk menyisir rambut.
"Ivannaaaaa" teriak Al menjuru di ruangan.
Ivana hampir terperajat, mendelik kearah Al yang saat ini tengah berlarian kearahnya.
"Liattt" Al menjinjing kaleng soda.
Wajahnya cerah dengan senyuman yang mengembang sempurna.
"Apa sih Al?"
Ivana hanya menangapi dengan berdecak, dia tidak suka tiba tiba dikagetkan seperti tadi.
"El ngasih Al minuman"
Kali ini senyuman Al benar benar terlihat senang. Lengkungan bibir nya lebar, hingga rongga mulut terlihat. Matanya menyipit.
Ivana menangapi dengan memutar mata. Entahlah dia merasa malas saja setiap mendengar Al membahas tentang El.
"Al, lo sama dia baru kenal dua hari, dan kalau elo bilang suka sama dia, bukannya berlebihan?"
Ivana menaik turunkan alis
"Ivana, yang namanya cinta itu bisa dateng kapan aja tanpa waktu lama"
Al menggabungkan jemari membentuk sebuah jembatan "lagian Al ngerasa udah nemuin belahan jiwa Al tahuuuuu"
Gadis itu nyengir penuh dengan sesuatu yang terlihat menggembirakan untuk diceritakan. Meski lagi lagi Ivana mendegus.
Panjang umur, orang yang dibicarakan masuk kedalam kelas. El bukan tipe siswa yang selalu berpenampilan acak acakan, bajunya masih tebungkus rapi, dasi yang terikat dengan benar, tatanan rambut yang juga rapi. Dia berjalan melintasi beberapa teman sekelasnya dengan acuh.
Melihat El yang sudah duduk dibangku, Al langsung menghampiri. Menarik senyum dengan gembira. Dia duduk di kursi depan El, tepat di kursi Gandi. Al tidak peduli kemana perginya si Gandi .
"El, nanti malam ada waktu gak?" tanya Al basa basi.
El mengeluarkan buku paket Kimia, mencoret soal soal tanpa memperdulikan pertanyaan Al.
Gadis itu hanya menunggu. Sambil menarik senyum lebar. Setidaknya dia tidak diusir oleh El, sebuah kemajuan dalam hubungan mereka.
Merasa ditatap dengan lekat, El mendegus. Dia hampir membanting pena kalau tidak ingat, saat ini dia sedang berada dikelas.
"Mau lo apa sih?" tanya El dengan suara dingin.
"Mau Al nanti malam El lihat Al manggung di cafe om Welno" Al masih bisa tersenyum meski orang yang di senyumi memberi tatapan tajam tidak bersahabat.
"El mau kan?" tanya Al lagi karena tidak mendapatkan jawaban apapun.
"Gak. Dan gak akan pernah mau"
El kembali fokus pada bukunya, kembali membaca materi Asam Basa.
"El kenapa sih El selalu kayak gitu sama Al?" ekspresi wajah Al dibuat sesedih mungkin.
El menghela nafas, menatap wajah sedih Al dengan tanpa ekspresi
"Denger gue, cuman cewek **** yang dua hari setelah ketemu cowok, dia bilang suka" El mengatakan itu dengan penekanan
"Enggak El, cinta itu gak butuh waktu. Bahkan orang bisa langsung menikah setelah satu kali bertemu" ujar Al.
"Cape ngomong sama orang kayak elo"
El berniat bangkit, tapi kedatangan bu Niken kekelas membuat dia kembali duduk.
Al langsung kembali duduk di kursinya. Mengeluarkan buku paket kimia.
"Ini kenapa pada gak ganti baju?" tanya bu Niken bersidekap di depan kelas.
"Mager bu" jawab Gandi.
"Lagian tinggal mata pelajaran ibu, abis itu kita caw pulang" tambah Febri
"Duh pusing ngomong sama kalin"
Bu Niken kembai duduk di kursi, membuka buku paket dan mengenakan kaca mata.
"Hafis, materi kemarin sampai mana?"
"Asam Basa bu"
Suara Hafis yang berat mulai terdengar, Hafis siswa pintar dengan banyak prestasi, dia menjabat sebagai ketua osis. Tapi sikap pendiam dan mudah di pengaruhi membuat nilai Hafis sering anjlok.
Hafis selalu bergaul dengan Febri, Gandi dan Arnol. Meskipun dengan Arnol tidak terlalu seriing.
Lelaki itu selalu senang bergaul dengan perempuan, maksudnya Arnol senang kalau berteman dengan siswi perempuan dibanding laki laki. Mungkin itu yang menambah jarak antara Arnol dan El.
Bu Niken mulai mejelaskan, hanya sekilas, dia menjelaskan pengertian asam basa, kekuatan asam basa sampai derajat keasaman. Sisanya dia memberi tugas kepada siswa untuk mengerjakan.
"Kita bagi kelompok saja" tukas bu Niken
"Mau ibu yang bagi atau kalian sendiri?"
"Ibu ajalah, kalau kita nanti yang pinter ngumpul jadi satu. Sisanya yang ****** ****** kayak saya" kata Arnol.
Saran Arnol banyak mendapat persetujuan, akhirnya bu Niken berdiri, membawa absen dan spidol. Menuliskan deretan nama beserta materi yang akan mereka kerjakan.
Pada kelompok pertama, Arnol dan Ivana menjadi satu. Keuntungan bagi Arnol, kerugian untuk Ivana. Al sempat kecewa padahal dia ingin satu kelompok bersama Ivana.
Kelompok selanjutnya Celly dengan Gandi, mendapat materi derajat keasaman.
Sampai pada kelompok kelima, spidol bu Niken seperti sebuah tulisan takdir. Sebuah hal ajaib yang membuat Al sampai berdiri dan berteriak histeris.
Kelompok itu tertulis nama El Nevaro Semanding bersama dengan Alriestella Lesham Shaenatte. Spidol itu seolah memulai semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments