Makanan yang disajikan di Restoran Laperpull adalah jenis western food tapi disesuaikan dengan lidah Indonesia. Ale memang tidak mau diekspose jika Restoran ini miliknya juga, jadi dia selalu bilang hanya jadi Head Chef disini. Lio pun paham kalo sobatnya yang satu ini hanya mau mikir tentang masakan aja, ga mau mikir kearah manajemen serta pemasarannya.
.
Malam farewell party diadakan disalah satu cabang barunya Laperpull, bangunan tiga lantai dengan konsep berbeda ditiap tingkatnya, para kru yang terlibat di Chef Academy akan dijamu di tingkat tiga, berkonsep outdoor ala-ala Bali, sofa berbentuk lucu dan warna warni serta hiasan payung ala-ala pantai tersusun dengan desain yang ciamik. Beratap langit dan bulan purnama malam ini, cukup membuat suasana jadi romantis.
Malam ini khusus lantai tiga akan ditutup untuk umum karena sudah disiapkan untuk acaranya Chef Ale.
Sang Chef sudah menyiapkan menu pumpkin soup (sup labu), onion ring (bawang bombay yang digoreng dengan tepung), garlic bread (roti bawang putih), lemon herb roasted potatoes (kentang panggang ditaburi daun parsley dan lemon), chicken cordon bleu (ayam yang dililit bersama keju dan dilapisi tepung panir kemudian digoreng), beef tenderloin salad, truffle pizza (pizza jamur truffle yang konon termasuk jenis jamur mahal di dunia), original buttermilk pancake (pancake rasa susu dan mentega) dan berbagai jus buah tropical serta lime squash.
.
Musik pun sudah dipasang untuk memeriahkan acara. Semua tampak enjoy hangout, makan bareng, ngobrol ngalor ngidul tanpa memandang jabatan seperti di kantor atau studio. Menurut para kru yang terlibat, baru kali ini kerja dengan suasana kekeluargaan yang sangat kental.
Semua talent juga tampak akrab, bahkan para peserta Chef Academy menggunakan momen ini sebagai kenangan bersama-sama karena mulai besok sudah balik ke daerahnya masing-masing.
💠
Alawiyah (Wiya), ikut farewell partynya Ale malam ini karena dia termasuk salah satu tim kreatif acara. Karena Nyaknya rada ribet kalo acara diadakan malam hari, jadilah dia mengajak sepupunya Julaikha (Ulay) untuk mendampingi.
Tadinya Ulay ga mau ikut, tapi Wiya memaksa biar dia bisa ikut acara farewell party ini. Karena hubungan sepupu ini sangat erat, jadilah Ulay mengalah menjadi tameng buat Wiya.
.
Dandanan Ulay yang jauh beda sama tim kru televisi sangat terlihat jelas. Saat para kru makan dan bercanda bersama, Ulay memilih menepikan diri di lantai dua. Di lantai ini lebih berkonsep untuk orang kerja dan tempat meeting. Hampir semua berornamen kayu dengan pemilihan interior seperti berada di rumah Nenek tempo dulu. Suasananya tidak terlalu terang, tapi disetiap meja dilengkapi dengan lampu baca yang unik. Sentuhan selera lelaki sangat terasa di lantai dua ini, karena terkesan tegas dan serius.
Untuk lantai satu, konsepnya untuk family, desainnya gaya industrialis, seperti box kontainer di pelabuhan dan tempat duduknya banyak dari modifikasi besi walaupun diberi dudukan busa yang empuk.
.
Ulay duduk di kursi tinggi model bar menghadap ke rak buku yang bisa bebas dibaca oleh para pengunjung Restoran Laperpull. Dandanannya simple aja, ga seperti Wiya yang rada girly, Ulay bercelana jeans dan kaos serta jilbab model pashmina menghiasi kepalanya, dilengkapi dengan sepatu kets dan tas kecil untuk membawa dompet dan HP. Wardrobenya kali ini pun pakai punyanya Wiya semua.
Sebagai anak tunggal dari tukang sayur, pastinya dia tidak mampu membeli barang branded meskipun KW seperti ini. Usia Ulay lebih tua tiga tahun dari Wiya, bulan depan usianya sudah masuk kepala tiga dan masih sendiri hingga detik ini.
Diambilnya buku tentang potensi diri yang tampak menarik matanya untuk dibaca. Sebagai seorang guru PAUD, pastilah dia harus belajar menggali potensinya untuk bisa mengajar muridnya dengan baik. Dulu Ulay mendapat tawaran kuliah di jurusan pendidikan usia dini dari sebuah kampus negeri tersohor di Jakarta dengan jalur nilai akademis di SMA. Prestasi akademiknya yang bagus membuat dia bisa masuk tanpa tes. Ketika dinyatakan lulus seleksi dan melewati sesi wawancara bersama orang tuanya, Ulay bisa dikategorikan sebagai mahasiswa yang orang tuanya tidak berpenghasilan tetap dan bertempat tinggal kurang dari tujuh puluh meter persegi dan statusnya kontrak. Sehingga saat mahasiswa yang lain membayar uang semesteran hingga lima juta rupiah, dia cukup membayar lima ratus ribu rupiah saja per semesternya.
Berat memang perjuangannya selama menempuh bangku perkuliahan, terutama untuk ongkos dan membeli buku literatur serta tugas-tugas yang memerlukan laptop. Saat kuliah dulu, orang tuanya terpaksa meminjam uang ke orang tuanya Wiya dan tiap bulan dicicil. Alhamdulillah Uwak lakinya (bapaknya Wiya) memberikan pinjaman dengan pelunasan yang bebas kapanpun dibayarnya.
Orang tua Ulay membuka warung sayur kecil-kecilan didepan rumah, setelah Babanya sudah tidak kuat lagi menjadi tukang sayur keliling akibat terserang stroke ringan setahun yang lalu.
Memang masih bisa jalan dan beraktivitas normal tapi tenaga tidak sekuat dulu, mudah lelah dan lemas. Demi dapur ngebul, pekarangan depan rumahnya dijadikan warung, hanya ada meja dan atasnya dipasang terpal plastik agar tidak kepanasan dan kehujanan.
Gerobak Baba Somad (Bapaknya Ulay) dijual untuk tambah modal dagang sayuran. Tiap harinya, jam dua malam, Ulay yang belanja ke pasar induk untuk belanja dagangan yang akan dijual sama Nyak dan Babanya di pagi hari. Karena udah langganan, jadi biasanya pesan sehari sebelumnya dan tinggal ambil bayar saja.
Ulay ke pasar induk membawa motor bekas yang dibelinya dengan cara menabung dari gajinya dan patungan sama orang tuanya. Pulang dari pasar induk sekitar jam empat subuh, seusai sholat subuh, dia biasanya membersihkan rumah, masak dan nyuci jemur.
Sedangkan orangtuanya menyiapkan dagangan. Jam tujuh pagi semua selesai dan gantian sarapan, setengah jam kemudian Ulay berangkat ke PAUD yang berjarak hanya sekitar tiga ratus meter dari rumahnya.
Di sekolah dia dipanggil dengan nama Bu Ikha, tapi lingkungan rumah dan keluarga, semua memanggilnya dengan panggilan kecilnya, Ulay.
.
Lembar demi lembar buku dibaca Ulay, bukunya ringan dibaca tapi berbobot. Wiya membawakan Ulay lime squash, onion ring dan chicken cordon bleu dari lantai tiga, karena Ulay menolak bergabung bersama. Pada intinya Ulay ini jenis manusia pemakan segalanya, tapi hidangan yang tersaji kali ini baru pertama kali melewati tenggorokannya kecuali lime squash.
.
"Rombongan kru TV ya?" sapa Lio yang membuat kaget Ulay.
Karena hari ini weekday, jadinya tidak terlalu ramai.
"Iya" jawab Ulay sopan.
"Kok ga gabung di lantai atas? Chef Ale nya kan ada diatas" ujar Lio.
"Sebenarnya saya hanya mendampingi salah satu kru aja, karena merasa ga nyaman pindah kesini, liat lantai dua ini kayanya lebih menarik" jelas Ulay.
"Oh ya.. perkenalkan saya Lio, owner Restoran ini" kenal Lio.
"Ikha..." jawab Ulay singkat.
Memang jika berkenalan, Ulay akan memakai nama formalnya.
"Bagaimana makanannya?" tanya Lio meminta pendapat.
"Ga diragukan memang hasil karya Chef yang lagi naik daun. Kalo kita liat di TV aja keliatan banget sangat teliti dan perfeksionis. Enak banget ini, semua pas" ungkap Ulay.
"Ya... dia memang pria yang perfeksionis" lanjut Lio.
"Anda ga ikut bergabung diatas Pak?" tanya Ulay.
"Walaupun bisnis saya dibidang seperti ini, kayanya lebih enak menikmati rasa sepi ditengah keramaian, sama kaya kamu.. oh ya satu lagi, jangan panggil Pak.. panggil Lio atau Mas Lio aja" kata Lio.
Ulay hanya tersenyum dan kembali membaca. Lio pun ikut mengambil buku di rak kemudian memesan secangkir kopi hitam tanpa gula ke waiter.
.
"Ulay... pulang yuk, udah jam sepuluh lewat nih, ntar Nyak gw bawel" ajak Wiya sambil menghampiri Ulay.
"Permisi ya Mas, terima kasih atas sajiannya" pamit Ulay ke Lio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Edelweiss🍀
Masih meraba2, walau udah tau akhirnya Ulay sama chef Ale. tp aku yakin jalan yg author pilih pasti yg berliku😂
2022-07-04
1
Asniaty Nurzalfah
mampir sini setelah baca Candra dan lexq
2021-11-28
1
Kustri
Seru ky'a...lgsg ❤️
2021-11-08
1