Sesaat kemudian aku melihat Indira menyerahkan ponselku padaku. Meski senyum manis itu terpatri di bibir Indira, tapi aku dapat melihat binar luka dimatanya.
Hatiku bergemuruh, apa yang terjadi ataukah rahasiaku terbongkar??"
Dengan hati yang berdebar tak menentu aku beranikan diri mengambil ponselku dan melihat nama si pemanggil.
Bagai dihujani anak panah hatiku saat nama itu jelas tertulis kontak Widuri, aku menempelkan ponsel yang telah tersambung beberapa menit yang lalu ditelinga ku itu dengan melihat kearah Indira yang ternyata telah berlalu ke kamar mandi.
Aku memberi salam pada istri keduaku itu, Widuri mengucapkan kata maaf berkali-kali, aku bertanya apa yang sempat mereka bicarakan tadi, Widuri berkata, manja memintaku cepat pulang, anak mereka sakit dan bla. bla .bla.. yang membuat ponselku terjatuh begitu saja di lantai.
Aku bergegas menyusul istriku yang berada di kamar mandi, aku begitu khawatir dengan kondisi tubuh nya..
Aku merasakan rasa takut luar biasa, aku begitu takut Indira akan meninggalkan ku dengan membawa buah cinta kami. yaa..buah cintaku padanya, karena sepertinya aku mulai mencintai istri ku.
Tanganku tak berhenti mengetuk pintu kamar mandi, hatiku lega luar biasa saat Indira membuka pintunya.
Namun aku justru sakit hati saat mendengar ucapan maafnya padaku, kenapa dia yang meminta maaf sedangkan disini diriku lah yang brengsek.
Ku rengkuh tubuhnya yang masih beraroma sabun, ku ulangi aktifitas kami dengan rasa penuh penyesalan, aku menggauli istriku dengan bibir yang tak pernah berhenti berucap maaf.
Ciuman kami di iringi dengan rasa asin, air mata kami sama sama tak terkendali, aku dengan penyesalan ku, Indira mungkin dengan berjuta rasa kecewanya.
Pagi setelah kejadian itu, Istri ku melayaniku seperti biasa, membuat hatiku semakin tersayat, kenapa dia tidak menampar ataupun memaki ku, kenapa dia seperti wanita bodoh yang rela di duakan.
Harusnya aku senang, istriku tidak marah dan tetap mempertahankan rumah tangga kami, tapi nyatanya aku tidak senang rasa bersalah dan berdosa ku menyesakkan dada saat aku melihat senyum dibibir Indira.
Aku beranikan diri untuk bertanya tentang perasaan nya.
Indira hanya tersenyum, namun jatuhnya air mata mengiringi senyuman tulusnya, dia mengatakan dia bisa apa?? sedangkan semua sudah terjadi.
Justru Indira memintaku untuk pulang ke rumah Widuri, Indira berkata dia tidak menyalakan ku, Indira mengatakan mungkin itu karena dirinya yang belum mampu menjadi istri yang baik untuk ku.
Hari itu aku bersujud di kaki istriku, memohon maaf atas sikap dan perilaku yang tidak pantas terhadapnya.
Istriku menggeleng, menuntunku masuk kedalam pelukannya, Indira berkata, apapun yang kulakukan, tidak mengurangi rasa cintanya untuk ku.
Bahkan Indira memintaku membawa Widuri untuk bertemu orang tua ku dan meresmikan pernikahan ku di mata hukum.
Hingga hari pertemuan itu terjadi. Kakek ku murka, beliau sampai masuk ke rumah sakit akibat jantung nya kambuh, Mama Papa hanya memberiku hadiah tamparan berkali-kali.
Indira tampak memeluk Widuri dan putranya, aku melihatnya dengan hati bergemuruh, istriku berhati malaikat.
Saat mama hendak menampar Widuri Indira berlutut di kaki mama agar mama mau menerima Widuri dan putranya seperti apa yang Indira lakukan.
Mama dan papaku menangis tergugu.
Papa yang murka ingin lagi memberiku bogem mentah namun sayang Indira berlari menghalangi tubuhku hingga pukulan itu telak mengenai pipi istriku, hingga Indira oleng dan tubuhnya menghantam meja kaca di sampingnya.
Duniaku hancur dihari itu, mataku menangkap tubuh Indira yang berlumuran darah, pecahan kaca mengenai hampir seluruh tubuhnya, dan darah hitam pekat mengalir melalui sela pahanya.
Hari itu, Indira pergi dengan membawa dua malaikat ku...
Hari itu aku kehilangan istri yang begitu kucintai...
Hari itu aku pun kehilangan separuh jiwaku...
Aku menikahi Widuri secara sah karena permintaan Indira. Setelah pernikahan itu aku belajar mencintai Widuri dengan serpihan hati yang kumiliki, saat itu juga aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan ku.
Putra Widuri yang ku anggap putraku telah tumbuh menjadi pria yang berbakat, dia Damian, anak ku...
Sepanjangan pernikahan ku dengan Widuri yang hampir 22th tidak dikaruniai seorang anak, satu-satunya pewaris tunggal ku adalah Damian.
Sedangkan aku sibuk berbisnis di berbagai negara, aku jarang di rumah, terkadang Widuri yang menyusul ku atau aku yang datang menemuinya.
Apa aku mencintai Widuri?? Aku merasa mungkin iya..dan entahlah yang ku tahu selama ini aku mencoba menutup rapat hatiku untuk wanita. Cukup Widuri wanita yang menjadi pilihan ku dimasa lalu.
6 bulan aku tidak bisa pulang ke tanah air, putraku Damian dan Widuri datang mengunjungi, aku terkejut saat putraku memintaku pulang karena dua bulan lagi dia akan menikah.
Aku bahagia tentu saja, aku tau putraku ini sebagai pebisnis muda berusia 29th telah banyak menarik perhatian para wanita.
Namum seperti yang kutahu Damian hanya mencintai satu gadis dari sejak sekolah menengah atas yaitu bernama Bening Larasati.
Meski Damian sering menceritakan tentang pacarnya itu, namun sekalipun aku belum pernah melihat wajahnya.
Yang aku tau putraku begitu menyayangi dan mencintai nya.
Namum sayangnya satu bulan sebelum pernikahan Damian aku memiliki kendala, yaitu kondisi tubuhku drop yang membuatku harus melakukan perawatan medis, akhirnya Widuri dan Damian melarang kepulangan ku.
Aku diminta pulang dekat hari H saja, meski aku menolak tapi putraku bersikeras memaksaku untuk beristirahat saja, Damian khawatir dengan kondisi tubuh ku, kalau aku memaksa pulang Damian mengancam akan membatalkan rencana pernikahan nya.
Akhirnya mau tidak mau aku mengalah. hingga satu minggu sebelum pernikahan Damian terjadi, aku menerima kabar duka, putraku Damian mengalami kecelakaan setelah pulang kerja.
Damian meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Hari itu hatiku kembali hancur berkeping-keping, hari itu juga aku pulang ketanah air, telah ku dapati putraku didalam kotak peti jenazah, tubuhnya yang banyak luka membuatnya dikebumikan dengan menggunakan peti, karena darah itu tak pernah bersih dari kain kafan nya.
Aku menyaksikan putra yang 22th ku besarkan dengan sepenuh jiwa kini terbujur di dalam peti di hadapan ku , wajah tampannya tersenyum, tak mampu terbendung lagi air mataku.
Damian adalah pewaris tunggal Adi ningrat, nama marga keluarga kami.
Sampai dikebumikan jenasah putraku, aku kembali di kejutkan dengan keadaan istri ku Widuri, karena shock berat istriku hampir saja depresi, dokter menyarankan agar aku bisa menghiburnya, dan menuruti keinginan-keinginan yang membuat dirinya sedikit melupakan kesedihannya yang membuatnya semakin stress.
Malam itu aku mendekati tubuh Widuri memeluknya erat, memberikan semangat dan penguat hati meski sebenarnya aku pun tak kalah depresi nya dari Widuri namun dia pasti jauh lebih kehilangan, dialah ibu kandungnya.
Sedangkan aku yang hanya ayah tirinya saja begitu berduka apa lagi Widuri.
Kulihat wanita ku itu menatap lekat wajahku, memintaku untuk melakukan satu hal untuk nya, namun sebelum dia mengatakan keinginan itu aku diminta berjanji akan mengabulkannya.
Karena mengingat pesan dokter sebelumnya aku mengangguk kan kepalaku tanpa tahu apa sebenarnya yang Widuri mau.
Betapa terkejutnya aku ketika aku mendengar permintaan Widuri , Widuri memohon agar aku menikahi wanita yang sebelumnya akan menikah dengan Damian putra ku, lebih tepatnya wanita yang sebelumnya adalah calon menantu ku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
kalea rizuky
karma itu
2024-07-28
0
Andri
karma ne maleh gak duwe anak kapok
2024-06-21
0
abu😻acii
walaupun muter 2 tapi alur cerita menarik beda dri novel sebelum nya.
2022-08-15
1