Bab5

Disini Bening berada dihadapan keluarganya dan ibu dari Damian kekasihnya yang seharusnya akan menjadi suaminya, namun Allah berkehendak lain.

Calon suaminya telah berpulang kepangkuan Allah sebelum rencana mereka terlaksana.

Rasa saling mencintai itu kini tinggal cinta sepihak, karena sang kekasih tak lagi ada, belum usai patah hatinya, kini Bening dihadapkan dengan permohonan seorang ibu dari Damian yang memintanya untuk melanjutkan pernikahan.

Namun, mempelai prianya tidak lain dan tak bukan adalah papa Damian sendiri, syok bercampur bingung membuat Bening hanya diam tergugu.

Namun melihat wajah mama Damian yang sudah seperti mamanya sendiri itu begitu memelas, membuat hati kecil bening tak tega.

Tapi untuk menerima tawaran mama kekasihnya itu pun Bening masih sanksi, belum lagi Bening sama sekali belum pernah melihat wajah papa Damian.

Hingga tiga hari berlalu, duka masih menghujam hati Bening, harusnya malam ini dirinya sudah mulai merasa sedikit tenang namun nyatanya tidak, malam ini mama Damian kembali memohon padanya dengan wajah bersimbah air mata, melihat seorang ibu yang kehilangan harapan hidup membuat hati Bening goyah, keluarga Bening meminta waktu untuk memikirkan lagi setidaknya dua hari saja.

Hingga malam kelima Bening bertekad untuk menerima tawaran mama kekasihnya, setidaknya demi Ibu dari seseorang yang pernah mengisi harinya dan memberikan banyak kebahagiaan.

*******

Gaun putih gading membalut tubuh kecil Bening, menutup hingga kaki indahnya, wanita cantik itu begitu terlihat makin cantik, wajahnya yang imut dan bodinya yang tidak terlalu besar membuatnya seperti remaja 18th.

Hari ini hari dimana seharusnya Bening menjadi istri Damian, namun nyatanya dia harus menjadi istri kedua dari pria yang seharusnya menjadi ayah mertua nya.

Bapak Damar adalah sebutan pria yang akan menjadi suaminya setelah ini yang menikahinya demi seorang penerus dan pewaris dari keluarga Adi ningrat.

Sesaat acara akan segera dimulai, Bening gugup di genggamnya erat tangan ibunya.

"Sahhh...!! suara menggema di lantai bawah membuat tubuh Bening gemetar.

Hingga beberapa waktu ibu Damian membuka pintu kamarnya, wanita yang bernama Widuri itu begitu cantik dengan kebaya merah menyala, meski usianya tak lagi muda tapi kesan cantik masih terpatri di wajah itu.

Dengan senyum mengembang Widuri memeluk tubuh Bening.

"Sekarang kita saudara, Bening!!" terimakasih ya nak...Ibu bahagia... kebahagiaan terpancar jelas di wajah Widuri membuat Bening bingung.

Harusnya seorang wanita akan merasa sakit ketika suaminya menikah lagi tapi ini justru terlihat begitu senang.

"Yuk, kita turun semua sudah menunggu kamu dibawah Bening!!" di tuntunnya lembut tubuh calon menantu yang kini berubah status menjadi madunya itu.

Keringat dingin membasahi kedua tangan Bening, saat dirinya mulai menuruni undakan tangga. " rileks.. Bening!!" bisik Widuri, Bening hanya menanggapinya dengan senyum canggung.

Saat menuruni tangga banyak mata yang terpukau menata paras ayu Bening, kulit yang putih, hidung kecil tapi mancung, rambut yang tertata sedemikian rupa membuat Bening layaknya putri dari negeri dongeng.

Hanya seorang saja yang tidak sama sekali melihat kearah Bening, sayangnya seseorang itu adalah Damar suami Bening sendiri.

Bening pun tak berani mengangkat kepalanya, gadis cantik itu menunduk dalam, malu dan minder dengan keadaan ini.

Beruntung sang ibu dan wanita yang telah menjadi madunya itu mengarahkan dirinya untuk tempat yang dituju jadi Bening tidak khawatir tersandung.

Sesaat Bening diminta untuk duduk disamping seorang pria yang Bening yakini dia adalah papa Damian yang merupakan suaminya saat ini.

" Cium tangan suami mu Bening," bisik sang ibu ditelinga anaknya, membuat Bening segera memutar tubuhnya menghadap sang suami, tangan Damar terulur dan disambut oleh tangan halus Bening dan segera membawa telapak tangan itu ke hidung dan bibir mungilnya.