Alea melihat wajahnya di depan cermin. Bekas luka bengkak di pipinya sudah terlihat membaik. Alea mengoleskan obat diwajahnya yang terlihat masih lebam dan sedikit sakit.
Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Ayo semangat Alea! kamu pasti bisa." Alea menyemangati diri sendiri. Ia sudah memutuskan, mulai hari ini, ia tidak akan lagi menjadi lemah di depan Bian.
Alea membuka pintu kemudian keluar dari kamarnya. Ia langsung menuju dapur, di sana terlihat Mbok Sumi yang sudah mulai berkutat dengan bahan-bahan makanan di depannya.
"Pagi Mbok?"
"Lho, Non Alea. Kok Non sudah bangun sih, semalem bukannya Non Alea demam lagi?" Mbok Sumi mendekati Alea, merasa khawatir dengan majikannya itu.
"Aku sudah nggak apa-apa Mbok, udah mendingan." Alea tersenyum manis
"Terima kasih udah perhatian sama aku Mbok." Alea mengambil alih pisau yang di gunakan Mbok Sumi untuk memotong sayuran.
"Biar aku yang masak, Mbok Sumi bantuin aku ya."
"Iya Non."
"Apa dia menginap?" Alea memotong sayuran dengan cepat.
"Semalam dia datang dan menginap di sini."
"Oh .... "
"Kenapa? Non Alea mau memasak buat dia lagi?"Alea menggeleng pelan
"Kita siapin yang ada aja Mbok."
"Baik Non."
Alea sudah menyelesaikan masakannya dengan cepat, saat ini ia sudah mulai menyajikan makanannya di meja makan di bantu sama Mbok Sumi.
"Aku makan di kamar aja ya Mbok, nanti tolong bawain sarapan aku ya Mbok?"
"Non Alea kenapa? pusing lagi?"tanya Mbok Sumi khawatir.
"Nggak Mbok, cuma pengen istirahat saja." Alea yang memang belum pulih benar merasakan pusing di kepalanya.
"Saya antar ke kamar ya Non."
Mbok Sumi memapah Alea sampai ke kamar, kemudian membaringkan tubuh Alea di atas ranjang.
"Sebaiknya Non Alea istirahat saja, biar saya saja yang masak Non." Alea mengangguk.
"Saya ambilin Non sarapan ya, biar Non Alea bisa langsung minum obat."
"Iya Mbok."
Mbok Sumi menutup pintu kamar Alea dan langsung menuju ke dapur untuk mengambilkan sarapan buat Alea.
"Pagi Mbok .... "
"Eh, selamat pagi Den Bian."Mbok Sumi terlonjak kaget saat tiba-tiba Bian sudah berdiri di sampingnya.
"Gimana keadaan Alea Mbok, apa sudah membaik?"
"Semalam Non Alea demam lagi, tapi tadi pagi-pagi banget Non Alea sudah kembali memasak."
"Alea yang masak lagi hari ini Mbok?"
"Iya Den, tapi selesai masak langsung ambruk lagi."
"Maksudnya?"
"Non Alea pusing lagi Den, sekarang lagi istirahat di kamarnya."
"Bukannya dia sudah minum obat?"
"Sudah Den, Non Alea sudah minum obat."
"Baguslah."Bian menarik kursi Kemudian mulai memakan sarapannya.
"Apa Non Amara tidak ikut sarapan Den?"
"Amara semalam tidak jadi menginap Mbok, ada kerjaan mendadak, jadi tengah malam dia pulang."
"Oh .... " Mbok Sumi mengangguk kemudian pamit pada Bian mengantarkan sarapan untuk Alea.
Setelah selesai sarapan, Bian melangkahkan kakinya ke dalam ruang kerjanya. Saat sampai di depan pintu ruang kerjanya, terlihat Mbok Sumi baru saja keluar dari kamar Alea.
"Den Bian sudah selesai makan?"
"Udah Mbok, gimana keadaannya? apa dia mau makan?"
"Non Alea sudah makan Den, dia juga sudah minum obat."Bian tersenyum mendengar ucapan Mbok Sumi.
"Saya ke dapur dulu Den,"
"Iya Mbok."
Bian masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mengambil tas kerjanya.
"Biasanya Alea yang yang mempersiapkannya." gumam Bian sambil membereskan beberapa dokumen penting yang berserak di meja kerjanya.
Semalam ada pekerjaan yang belum ia selesaikan karena saat ia ingin menyelesaikannya, Amara datang. Dan seperti biasanya, setiap Amara datang, kekasihnya itu pasti langsung mengajaknya bermain di ranjang sampai puas.
Bian tahu, apa yang ia lakukan itu salah. Ia dan Amara sudah seperti sepasang suami istri yang setiap kali saling memuaskan. Tapi rasa cintanya pada Amara membuatnya buta dan melupakan istrinya yang sesungguhnya.
Bian bergegas keluar dari ruang kerjanya. Sesampainya di luar, ia menatap pintu kamar Alea. Sejenak ia terpaku, tapi beberapa detik kemudian akhirnya Bian masuk ke dalam kamar Alea tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Alea baru saja tertidur saat Bian masuk ke dalam kamarnya. Mungkin karena pengaruh obat yang ia minum hingga Alea begitu cepat tertidur.
Bian mendekati ranjang, menatap wajah istrinya yang tertidur pulas. Bekas luka di wajah Alea yang membiru belum juga hilang.
"Seharusnya aku tidak menikahimu." Bian membelai wajah Alea yang membiru.
"Ini rasanya pasti sakit sekali." Bian meringis membayangkannya.
"Kenapa setiap kali aku emosi, aku selalu saja tidak bisa mengontrol tanganku untuk tidak memukulmu .... " Bian kembali mengingat pertengkarannya dengan Alea.
"Apa yang kau lakukan pada Amara?"
"Aku tak melakukan apapun Bian, dari tadi aku disini." Alea saat ini sedang berada di taman, duduk di gazebo dengan sebuah laptop yang ia letakkan di hadapannya.
"Apa yang kau katakan pada Amara sampai dia menangis?"Bian menarik tangan Alea
"Oh ... dia mengadu?"
"Alea!"Bian berteriak, amarahnya sudah memuncak.
"Tidak usah berteriak padaku!"
"Apa yang kau katakan padanya!"
"Aku hanya mengatakan padanya kalau dia itu seorang pelakor, murahan, tidak tahu malu .... "
"Plakk!!"
Bunyi tamparan dipipi Alea terdengar keras, seketika itu juga darah mengalir di sudut bibir Alea.
"Apa aku salah ngomong begitu Bi?"
"Jelas salah! karena kaulah yang hadir diantara hubungan kami. Harusnya dia yang menyebut kamu perempuan tidak tahu diri karena telah hadir di tengah-tengah kami."
"Tapi aku istrimu Bian! sedangkan dia cuma kekasih gelapmu!"
"Plakk!!"
Kembali sebuah tamparan mendarat dipipi Alea.
"Dia bukan kekasih gelapku! makanya aku membawanya kesini dan menyuruhnya menginap di sini agar kau tahu posisimu!"
"Kau memang istriku Alea, tapi aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai istriku. Karena aku membencimu!"
"Kau membenciku tapi kau menikahiku, kau sungguh lucu!" Alea mengusap darah yang mengalir dipipinya.
"Itu karena orang tuamu yang memaksaku!"
"Kalau kau tidak tergiur dengan perusahaan dan rumah besar ini, seharusnya kau tidak usah menikah denganku walaupun orang tuaku memohon padamu Bian!" Alea mulai menangis.
"Harusnya kau menolak keinginan orang tuaku, seandainya aku tahu dari awal kalau kau menikahiku karena terpaksa, aku juga tidak akan sudi menikah denganmu, karena aku tahu kalau kau sudah memiliki kekasih."
"Kau sendirilah yang menyeretku dan membawaku di tengah-tengah hubungan kalian Bian, bukan aku. Tapi kenapa kau selalu saja menyalahkanku!" Alea berteriak mengeluarkan semua kekesalannya. Habis sudah kesabarannya.
"Kalau bukan karena orang tuamu yang memaksa orang tuaku agar aku menikahimu, aku juga tidak akan pernah menikah denganmu Alea."
"Kalau begitu salahkan saja orang tuaku, kenapa kau harus menyalahkanku?!" Bian terdiam mendengar teriakan Alea.
Selama ini ia mengira kalau Alea lah yang memaksa orang tuanya agar ia mau menikah dengannya, tapi dugaannya ternyata salah, dari perkataannya Bian bisa menyimpulkan kalau Alea tidak tahu menahu tentang perjodohan yang dilakukan orang tuanya waktu itu.
Bian memandangi wajah Alea yang tertidur pulas. Kening Alea berkerut dalam, wajahnya tiba-tiba berkeringat, sementara bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu.
'Mama, Papa ... kenapa kalian begitu jahat padaku ... '
Kepala Alea menggeleng ke kiri dan ke kanan, air matanya mengalir di kedua pipinya
'Bian ... aku membencimu, aku membencimu ... aku membencimu ... '
Bian terkesiap mendengar ucapan lirih Alea di dalam tidurnya. Alea mengigau dan mengatakan kalau dia membencinya.
Bian menatap dalam wajah Alea yang berurai air mata. Ia mengusap air mata Alea dengan jarinya.
"Kau tidak mungkin bisa membenciku Alea, karena yang aku tahu, selama ini kau begitu mencintai aku." Bian mencibir memandangi wajah Alea. Ia seolah tidak terima dengan ucapan Alea dalam mimpinya.
.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa like n koment dan Votenya ya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
guntur 1609
sok kepdean
2023-09-25
0
Royanah
aku suka baca novel saat intrik seperti ini..kebawa sama alur nya..tapi pas datar lagi malah ga tertarik..😁
2022-06-15
0
Erni Kusumawati
Alea cepat pergi please...jgn semakin menyikasa diri dg ttp berada di samping Bian...Laki2 lucnut itu terlalu hina utk menerima ketulusan cintamu Alea😢😢😢
2022-05-26
0