Alea membuka gorden jendela kamarnya. Ia menatap ke arah kolam renang yang terlihat jelas dari kamarnya meski cahaya temaram. Niat hati ingin membuka jendela biar udara masuk ke kamarnya, tapi yang terlihat justru pemandangan yang menusuk mata.
Di sana terlihat Bian sedang memeluk Amara di dalam kolam renang. Mereka berdua sedang berenang padahal hari sudah beranjak malam. Alea kembali menutup gorden saat tiba-tiba pandangan yang menyayat hatinya terlihat jelas di matanya.
Bian dan Amara sedang berciuman di sana.
"Dasar murahan! perempuan tidak tahu diri!"Alea mengepalkan tangannya.Rasanya dirinya ingin sekali kesana dan memisahkan mereka berdua. Alea bahkan sudah melangkahkan kakinya dengan hati bergemuruh menahan amarah.
Tapi saat ia ingin membuka pintu tiba-tiba pintu terbuka dari luar.
"Non Alea, makan dulu dari tadi siang Non kan belum makan."Mbok Sumi datang sambil membawa nampan di tangannya.
"Kenapa Non?"Mbok Sumi melihat ke arah Alea yang terlihat marah.
"Mbok .... " Alea berhambur ke pelukan Mbok Sumi.
"Sabar Non .... "Mbok Sumi yang tadinya heran melihat Alea marah langsung mengerti saat pandangannya tak sengaja mengarah ke arah jendela yang tertutup gorden separuh.
Di sana terlihat kedua insan yang sedang memadu kasih seolah dunia milik mereka berdua.
"Mereka bahkan sudah melakukan hal yang lebih dari ini Non, Non Alea seharusnya sudah terbiasa. Jangan menjadi perempuan bodoh lagi dengan pergi kesana dan membuat Den Bian marah dan kembali menyakiti Non Alea."
"Jangan menangis lagi Non, Non Alea harus kuat." lanjut Mbok Sumi menasehati.
Alea yang tadinya menangis langsung mengusap air matanya.
"Aku sudah berjanji tidak akan menangis lagi, tapi hati ini tidak bisa berbohong Mbok..." Alea melepaskan pelukannya.
"Rasanya sakit sekali .... " Alea menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.
"Sabar Non ... " Mbok Sumi kembali memeluk Alea.
"Sekarang Non Alea makan, terus minum obatnya. Non Alea harus cepat pulih, harus sehat lagi agar kuat menghadapi semuanya."
Mbok Sumi menyuruh Alea duduk di tepi ranjang.
"Biar saya suapin, Non Alea harus makan yang banyak biar cepat sehat." Alea menerima suapan dari Mbok Sumi.
"Tidak boleh menangis lagi, Non harus semangat. Mereka saja yang menyakiti Non tertawa bahagia, kenapa Non malah menyiksa diri?"Mbok Sumi menyuapi Alea seperti seorang Ibu yang sedang menyuapi anaknya.
"Non Alea juga harus bahagia. Kalau Non Alea masih bisa bertahan, Non Alea bisa bertahan sekuatnya. Tapi kalau sudah tidak kuat, Non Alea bisa pergi, Non Alea juga berhak bahagia." Nasehat Mbok Sumi.
"Nanti kalau Non sudah sembuh, gimana kalau Non Alea pergi berlibur?"Alea nampak berpikir mendengar usulan Mbok Sumi.
"Saya hanya mengusulkan Non, pokoknya Non Alea harus punya kegiatan lain agar pikiran Non Alea tidak hanya tertuju pada Den Bian dan perempuan itu."
"Iya Mbok, terima kasih sudah baik sama aku."
"Non Alea ini ngomong apa. Saya ini asisten rumah tangga Non Alea, tentu saja saya harus baik sama Non Alea."Mbok Sumi tersenyum.
"Tapi pertama-tama, Non Alea harus mengobati wajah Non Alea dulu, biar jadi cantik lagi. Nanti kalau luka lebamnya sudah sembuh, Non Alea harus ke salon untuk perawatan. Non Alea harus tampil lebih menarik dari perempuan itu." Mbok Sumi sudah selesai menyuapi Alea, ia mengambil obat yang langsung di minum oleh Alea. Tak lupa pula, Mbok Sumi mengoleskan obat pada wajah Alea yang masih terlihat memar.
Tanpa disadari, Mbok Sumi meneteskan air matanya saat mengobati luka-luka di wajah Alea.
"Kenapa Mbok menangis?"Alea menghapus air mata Mbok Sumi.
"Saya teringat anak saya Non."Bi Sumi kembali meneteskan air matanya.
"Anak saya menikah karena di jodohkan oleh ibu tirinya. Awalnya laki-laki itu memang baik, tapi setelah dia menikah lagi dengan perempuan lain, laki-laki itu sering kali marah dan memukuli anak saya." Mbok Sumi menjeda ucapannya.
"Saya menyesal karena saya tidak ada di samping anak saya saat itu. Saya dan anak saya adalah korban perselingkuhan Non, makanya saya sangat tahu seperti apa perasaan Non Alea saat ini." Mbok Sumi menatap Alea dengan berlinang air mata.
"Bedanya dulu saya langsung menyerah saat tahu kalau suami saya mengkhianati saya, tapi tidak dengan anak saya. Karena alasan sangat mencintai suaminya, dia tetap bertahan. Meski terus di sakiti lahir dan batin. Hingga suatu saat .... " Mbok Sumi tak kuasa menahan tangisnya
"Sekarang anaknya Mbok Sumi ada di mana Mbok?"Alea penasaran mendengar cerita asisten rumah tangganya itu.
"Karena tidak kuat menanggung beban yang begitu berat, akhirnya anak saya mengakhiri hidupnya dengan membawa janin yang saat itu sedang di kandungnya."
Alea menutup mulutnya karena kaget.
"Anaknya si Mbok bunuh diri?!"
Mbok Sumi mengangguk kemudian menangis tersedu membuat Alea memeluk tubuh perempuan baya itu.
"Saya menyesal karena saya tidak ada di sampingnya disaat dia membutuhkan saya, hingga dia memilih mengakhiri hidupnya Non." Mbok Sumi semakin terisak membuat Alea ikut menitikkan air matanya.
"Non Alea, berjanjilah sama saya Non, Non Alea harus kuat. Harus semangat!tidak boleh menangis lagi. Kalau memang Non Alea masih bertahan, Non Alea harus sabar dan kuat, karena pada saat Non Alea memutuskan untuk bertahan, itu berarti Non akan terus merasa kesakitan."
"Non Alea harus belajar mengikhlaskan, karena hanya dengan itu hati Non Alea baru bisa merasa lega."
"Jangan menangis lagi, air mata Non Alea terlalu mahal kalau hanya untuk menangisi pria seperti Den Bian."lanjut Mbok Sumi.
"Saya permisi dulu Non .... "
Alea mengangguk menatap wanita paruh baya itu.
"Semangat Non!"Mbok Sumi berseru sebelum akhirnya menutup pintu dan berjalan keluar.
Saat baru sampai di luar pintu kamar Alea, Mbok Sumi melihat sepasang insan yang sedang di mabuk cinta itu sedang berciuman di atas tangga. Bian menggendong Amara tanpa melepaskan ciuman mereka kemudian menuju kamarnya di lantai atas.
"Den Bian, saya yakin suatu saat kamu pasti akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan perempuan sebaik Non Alea."gumam Mbok Sumi kembali meneteskan air mata, membayangkan seandainya dirinya ada di posisi Alea saat ini.
"Ya Allah ... semoga Engkau menguatkan hati Non Alea."Doa Mbok Sumi dalam hati kemudian melangkah menuju kamarnya.
Alea menutup gorden yang tadi sempat terbuka separuh. Tak ada lagi Bian dan perempuan itu di sana. Alea tersenyum getir meratapi nasibnya.
"Pernikahan macam apa yang sedang aku jalani sekarang? Mbok Sumi benar, aku tidak boleh lemah. Aku harus semangat."
Bian ... mungkin memang sudah saatnya aku harus melepaskanmu, aku juga berhak bahagia seperti dirimu yang begitu bahagia bersamanya.
Aku sudah berkali-kali memberimu kesempatan dan selalu melakukan yang terbaik untukmu, tapi itu semua tak bisa membuatmu melihatku.
Jika mencintaimu hanya membuatku semakin terluka, lebih baik aku melepaskanmu saja, agar tersisa sedikit ruang di hatiku untuk menyembuhkan lukaku.
Alea menatap langit yang hitam tak berbintang, semuanya gelap, segelap hatinya saat ini.
Alea ... kamu harus kuat.
*
*
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa like, koment dan Votenya ya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Siti Aisyah
jd gemes sendiri..
2022-08-21
0
Dinda Herlangga
wah critanya bagus cih tp bikin air sungai meleleh😭
2022-02-26
0
kostantina agnes
jengkel sy sm perempuan yg kayak alea mau di injak injak ,😂😂😂
2022-02-20
0