Bian menatap punggung Alea yang berlalu begitu saja menuju kamarnya. Otaknya sedikit mencerna ucapan yang baru saja ia dengar dari mulut Alea.
"Apa dia bilang? dia tidak ingin melihatku?" Bian mencibir dalam hati.
"Bukankah harusnya aku yang berkata seperti itu?" Bian melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya. Ia melirik sebentar ke arah pintu kamar Alea yang bersebelahan dengan ruang kerjanya.
"Benarkah dia tidak ingin melihatku? benar-benar tidak bisa dipercaya." Bian menggelengkan kepalanya, seolah tidak terima dengan apa yang di katakan Alea.
******
Pagi hari ini seperti biasanya, Alea membuatkan sarapan untuk Bian. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di dapur berperang dengan bahan makanan yang akan di masaknya.
Setelah hampir satu jam lamanya, Alea sudah selesai dengan masakannya. Mbok Sumi yang baru selesai bersih-bersih langsung mendekati Alea di dapur.
"Tolong beresin ya Mbok,aku mau mandi."
"Siap Non!" Alea tertawa melihat gaya Mbok Sumi.
"Nanti seperti biasanya ya Mbok, bawa sarapanku ke taman."
"Baik Non."
Alea melangkah menuju kamarnya, tapi sebelum sampai di kamarnya, Alea masuk terlebih dahulu ke dalam ruang kerja Bian.
Ia membereskan semua berkas-berkas yang berserak di meja kerja Bian, mengumpulkannya jadi satu kemudian memasukkannya ke dalam tas kerja Bian.
Alea meletakkan tas itu di sofa seperti biasanya, kemudian ia masuk ke dalam kamarnya.
Setelah selesai mandi, Alea bermaksud ingin pergi ke taman dengan membawa laptopnya, tapi tiba-tiba Bian muncul di hadapannya. Hampir saja Alea menabrak Bian karena kaget.
"Temani aku sarapan." ucap Bian menatap Alea yang terlihat segar sehabis mandi, bahkan Bian bisa mencium aroma sabun yang menguar dari tubuh Alea.
Tanpa menjawab pertanyaan Bian, Alea langsung menuju ke meja makan di ikuti oleh Bian yang menatapnya tak berkedip.
Alea mengambil piring, kemudian menyendok nasi dan menambahkan lauk pauk yang ia masak pagi ini. Lalu ia memberikannya pada Bian yang sudah duduk manis di hadapannya.
Kalau dulu, Alea pasti akan memberikan senyum terbaiknya pada Bian saat ia melayani Bian makan. Tapi itu dulu, tidak berlaku lagi untuk sekarang.
Alea hanya menatap datar, dan seolah enggan untuk bertatap muka dengan Bian. Setelah melayani Bian, Alea mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Bian memperhatikan Alea yang terlihat acuh seolah dirinya tidak ada di depannya. Perempuan itu terlihat santai menyantap makanannya tanpa berucap satu patah katapun padanya.
"Ada apa dengan dirinya?" Bian berucap dalam hati sambil terus memperhatikan Alea.
Hingga mereka selesai sarapan, tidak ada satu katapun yang keluar dari bibir mereka berdua.
Alea mendiamkannya, dan itu adalah satu hal yang langka dan mengejutkan untuk Bian. Biasanya perempuan di depannya ini selalu mencari perhatiannya dan banyak bicara.
Tapi hari ini, setelah hampir dua minggu kemarin Bian tidak melihatnya, perempuan itu tiba-tiba berubah begitu dingin padanya. Bahkan kedua matanya saja enggan untuk menatap dirinya.
Alea berjalan mengikuti langkah Bian menuju mobilnya. Ia membawa tas kerja Bian di tangannya.
"Kau sudah memasukkan semua berkas yang berserak di meja?"
Alea mengangguk sebagai jawaban, dan menyerahkan tas kerja yang dipegangnya pada Bian.
"Aku berangkat." Bian menyodorkannya tangannya pada Alea yang langsung di sambut jabatan tangan dan ciuman di punggung tangannya oleh Alea.
Bian masuk ke dalam mobilnya, kemudian menyalakan mesin dan siap berangkat, tapi saat ia menoleh dan akan melambaikan tangannya pada Alea, Bian di buat melongo karena ternyata Alea sudah tidak ada di tempatnya berdiri, perempuan itu sudah pergi tanpa menunggu Bian berangkat terlebih dahulu.
Biasanya dia masih berdiri di situ sambil tersenyum, menunggu sampai mobilnya beranjak dari garasi sambil berteriak "Hati-hati!" tapi sekarang, jangankan senyuman, batang hidungnya saja tak terlihat.
Bian menghembuskan nafas dengan kecewa kemudian melajukan mobilnya meninggalkan garasi rumahnya.
Sementara Alea saat ini sedang berada di taman. Seperti biasanya, ia asyik mengetik dan menatap layar laptopnya. Mukanya terlihat cemberut.
"Pantesan dia mengajakku sarapan, ternyata karena perempuan ular itu tidak menginap di rumah." Alea tersenyum getir.
Meski di depan Bian ia terlihat kuat, tapi sebenarnya hatinya tidak bisa berbohong. Alea masih sangat mencintai pria itu. Meski selama delapan bulan ini bersamanya, yang ia rasakan hanya kesakitan.
"Setelah begitu banyak kesakitan yang kau berikan padaku, kenapa aku tetap tidak bisa melupakanmu ...." Alea memegangi dadanya yang terasa berdenyut nyeri.
Alea menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Ia kembali mengetik, dan meneruskan tulisannya yang sempat tertunda.
Hatinya sedikit tenang, karena ia sudah menumpahkan segala sesak dan rasa sakitnya ke dalam tulisan. Alea menceritakan kisah hidupnya ke dalam novel yang ia buat sekarang.
Bian melajukan mobilnya dengan kencang. Entah mengapa ia sangat kesal dengan sikap Alea tadi. Ia sendiri bingung kenapa mendadak kesal, pdahal selama ini juga ia tidak terlalu peduli dengan Alea.
"Kenapa sekarang aku jadi mikirin dia sih?"
*****
Alea memoles lipstik di bibirnya, kemudian memeriksa kembali riasannya di depan cermin.
"Sempurna."
Alea tersenyum sendiri melihat wajah cantiknya. Hari ini ia ada janji dengan Dokter kecantikan di rumah sakit yang akan mengobati semua bekas luka di wajahnya.
Luka di wajahnya memang sudah sembuh, tapi bekas memar dan luka robeknya masih meninggalkan bekas.
Alea meraih tasnya kemudian beranjak keluar kamar. Tapi saat ia sampai di depan rumah, ia melihat mobil Bian masuk ke halaman depan rumahnya.
"Ckk! tumben banget jam segini dia udah pulang." Alea melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan jam dua siang.
Alea buru-buru melangkahkan kakinya menuju teras dengan buru-buru. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Bian saat ini.
"Alea!"
Alea menoleh ke arah Bian yang masih berada di dalam mobil.
"Niat nggak pengen ketemu malah dia manggil."
Bian keluar dari mobilnya, kemudian bergegas turun dari mobil menemui Alea yang terlihat cantik. Alea bahkan terlihat seperti remaja SMA karena baju yang ia kenakan.
"Kau mau kemana?" Bian meneliti Alea dari atas sampai ke bawah dengan sorot mata tajam.
"Ada apa?"
"Aku tanya kau mau kemana?"
"Aku mau jalan-jalan."
"Dengan pakaian seperti ini?"
"Memangnya kenapa dengan pakaianku?" Alea kembali meneliti pakaian yang ia pakai.
Rok di atas lutut, kaos di atas pinggang yang memperlihatkan perut ratanya, di tutup dengan jaket tipis lengan panjang sebatas pinggang. Jangan lupakan sepatu kets yang melekat di kakinya.
"Kau mau memamerkan tubuhmu pada laki-laki di luaran sana?"
Alea menatap Bian tak berkedip.
"Kekasihmu bahkan memakai pakaian yang lebih parah dari aku, tapi kau tak pernah protes. Tapi melihatku memakai baju seperti ini kau malah mengkritikku?" Alea menurunkan tas gendongnya, kemudian ia merapikan jaketnya memasang satu persatu sampai ke bagian dada, hingga perut ratanya yang tadi terlihat seksi kini tak nampak lagi.
"Sekarang kau puas?"Alea mengambil kembali tas gendongnya, kemudian memakainya dan segera berlalu dari hadapan Bian.
"Dasar menyebalkan!" rutuk Alea
"Alea!"
"Alea!"
Alea terus berlalu meninggalkan Bian yang terus berteriak.
"Alea! berhenti! atau aku akan mengusirmu dari sini!" Bian kembali berteriak.
Alea menghentikan langkahnya, ia kemudian berbalik menghadap ke arah Bian.
Bian tersenyum smirk melihat Alea berbalik dan mendekat ke arahnya.
"Giliran aku mengancammu dengan kata-kata ini, nyalimu langsung menciut." Bian berucap dalam hati sambil tersenyum mengejek.
Alea mendekat ke arah Bian, kalau dulu, ia langsung menangis dan bersimpuh pada Bian saat mendengar kata-kata itu dari Bian. Kata-kata itu adalah kata-kata keramat yang membuat Alea ketakutan. Ketakutan jika suami tercintanya itu meninggalkannya dan mengusirnya dari rumah ini.
"Kau akan mengusirku dari rumahku sendiri Bian Aditama? kau benar-benar tidak tahu malu."
Bian terkesiap mendengar ucapan Alea. Ia pikir, Alea akan menangis dan memohon seperti biasanya, tapi ternyata tidak.
Alea bahkan dengan sorot mata tajam menantangnya.
"Aku sudah muak dengan ancamanmu, asal kau tahu, tanpa kau usir pun, aku akan pergi dari sini dengan senang hati." ucap Alea dingin kemudian meninggalkan Bian yang terlihat begitu terkejut mendengar ucapan Alea.
.
Jangan lupa like n koment ya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Nofarahin Mohd Kamel
bagus kalau boleh tinggal kan terus je
2024-02-12
0
Siti Aisyah
baru diacuhin gitu aja sama alea kamu sdh seperti kebakaran jenggot..dan mengurusi penampilan alea..hello kemana aja selama ini kamu bos..
2022-08-21
1
Nilla Novriza
habis baca kebucinan babang rayyan sama karmila,lanjut ke alea dan bian.rasanya tuh kayak terhempas ke jurang thor.. nyesek banget dah 😭
2022-07-21
0