Bian melepaskan ciumannya saat ia melihat air mata Alea menetes. Ia menyeka air mata itu dengan jarinya, ia juga mengusap lembut bibir Alea yang membengkak karena ulahnya.
"Ayo kita pergi, aku ada meeting pagi ini." Bian menarik tangan Alea meninggalkan apartemennya. Menggenggam erat tangan mungil itu, sambil merasakan irama jantungnya yang berdebar, entah sejak kapan.
Alea hanya patuh mengikuti langkah Bian, ia terdiam tanpa mengatakan apapun. Kata-kata Bian beberapa menit yang lalu kembali terngiang di telinganya.
"Meskipun saat ini kau berlutut di kakiku, aku tidak akan pernah menceraikanmu Alea, tidak akan pernah!" ucap Bian geram, kemudian kembali menyambar bibir Alea dan menciumnya penuh perasaan. Alea menggigit bibir Bian hingga ciuman itu terlepas.
"Bian! bukankah kau membenciku? tidak menyukaiku? kenapa kau tidak ingin bercerai denganku? aku benar-benar sudah tidak tahan lagi hidup bersamamu!"
Bian menatap tajam ke arah Alea, ia kemudian menyusuri wajah cantik itu dengan jarinya.
"Kalau aku bilang, aku sudah mulai menyukaimu ... apa kau akan percaya?" Suara Bian begitu lembut masuk ke relung hatinya. Bian menatap kedua mata Alea yang terlihat terkejut. Ia memindai wajah cantik itu cukup lama.
"Alea ... pernikahan kita sudah berjalan cukup lama, apa sekarang kau benar-benar ingin mengakhirinya?"
"Asal kau bertahan di sisiku, aku pasti akan memberikan semua yang kau inginkan Alea, semuanya, termasuk hatiku ... jika kau memang menginginkannya." Alea terdiam membisu, tidak ada lagi kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya. Hingga saat kedua bibir merah Bian kembali memagutnya, menciumnya dengan lembut penuh perasaan.
Alea masuk ke dalam mobil, di ikuti oleh Bian yang langsung duduk di belakang kemudi. Bian membantu Alea memasang sabuk pengaman, sementara Alea hanya diam tak bergeming, entah apa yang di rasakannya saat ini, ia sendiripun tidak tahu.
Bian mengecup lembut pipi Alea, kemudian segera melajukan mobilnya ke kantor, karena Bian tidak ingin terlambat menghadiri meeting di kantornya.
Alea hanya diam tak merespon tindakan Bian. Selama perjalanan, Alea terus terdiam, begitupun Bian yang seolah tenggelam dalam pikirannya, sekali-sekali ia melirik Alea yang nampak fokus menatap lurus ke depan.
"Turunkan aku di sana." Alea menunjuk ke arah super market yang tak jauh dari tempatnya sekarang.
"Kau ingin berbelanja?"
"Hmm ...." Alea membuka sabuk pengaman, kemudian bergegas keluar dari mobil.
"Tunggu!" Alea menoleh ke arah Bian.
"Pakailah ini, ini untuk membeli semua keperluanmu." Alea menatap kartu hitam yang di sodorkan Bian.
"Apa kau juga memberikannya pada Amara?" Bian terdiam. Diamnya Bian Alea anggap sebagai jawaban pertanyaannya.
"Baiklah, aku akan menerimanya, bukankah perusahaan itu juga milikku? jadi aku berhak menggunakan uang ini bukan?" Alea mengambil kartu itu kemudian memasukkannya ke dalam tasnya, sementara Bian tak menanggapi ucapan Alea, karena itu memang benar adanya. Perusahaan yang ia pimpin sekarang adalah perusahaan milik Alea yang di serahkan oleh orang tua Alea kepadanya, karena ia setuju menikah dengan Alea.
"Beli apapun yang kau inginkan Alea." ucap Bian sebelum pergi. Alea berhenti sejenak sambil menatap Bian yang tersenyum padanya. Senyum yang hampir tidak pernah ia jumpai di bibir Bian untuknya.
Bian melajukan mobilnya dengan senyum mengembang di bibirnya. Ada bahagia yang terselip di hatinya saat ini.
"Kenapa aku baru menyadarinya?"
******
Alea melangkahkan kakinya dengan linglung menuju restoran tempatnya bekerja. Restoran itu memang terletak tidak jauh dari pusat perbelanjaan, makanya tadi ia dengan sengaja menyuruh Bian menghentikan mobilnya di sana.
"Kalau aku bilang, aku menyukaimu, apa kau akan percaya?" ucapan Bian kembali terngiang. Alea memejamkan matanya, merasakan cairan bening yang kembali mengalir di pipinya.
Setelah semua yang kau lakukan padaku, sekarang kau bilang kalau kau menyukaiku? apa menurutmu aku akan mempercayaimu Bian ....
Alea mendesah panjang, kemudian menghapus air matanya kasar dan bergegas masuk ke dalam restoran.
"Maafkan aku, karena aku terlambat hari ini." Alea menundukkan wajahnya di depan Kenzo yang saat ini berdiri di depan meja kasir tempatnya bekerja.
Kenzo yang memang sengaja menunggu Alea sedikit terkejut melihat Alea yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.
"Kau sudah datang?" Kenzo menatap ke arah Alea dan terkesiap kaget saat melihat keadaan Alea.
"Apa yang terjadi? apa dia kembali menyakitimu?" Kenzo menangkup wajah Alea yang menggeleng pelan.
"Aku baik-baik saja Ken ...."
"Apanya yang baik-baik saja, matamu sembab, bibirmu berdarah, apa dia kembali memukulmu?"
"Ken!" teriak Alea
"Seluruh pegawaimu melihat ke arah kita."
Kenzo melihat ke arah sekelilingnya, dan benar saja, semua pegawainya sedang memperhatikan mereka saat ini.
"Kalian semua kembali bekerja." perintah Kenzo dingin. Kemudian ia menarik tangan Alea dan membawanya pergi ke ruang kerjanya.
"Ceritakan padaku, apa yang terjadi. Kenapa matamu terlihat sembab begini?"
Kenzo bertanya dengan lembut, membuat Alea langsung memeluknya.
"Alea, "
"Diamlah!"
Kenzo terdiam, meski sedikit kesal, tapi kemudian ia merengkuh tubuh Alea masuk ke dalam pelukannya. Kenzo mengangkat tubuh Alea agar duduk di pangkuannya, kemudian kembali memeluk perempuan yang diam - diam di cintainya itu.
"Menangislah ... sampai kau lelah! aku akan menemanimu." Kenzo mengeratkan pelukannya saat mulai terdengar suara tangis Alea yang membuat hatinya bergetar. Bergetar, karena ikut merasakan kesedihan yang Alea rasakan.
"Seandainya bisa, aku akan merebutmu darinya sekarang juga, tapi melihat banyaknya cinta yang kau punya untuknya, membuatku terpaksa harus menunggumu, menunggu sampai hatimu melepaskan laki-laki brengsek itu." ucap Kenzo dalam hati.
"Alea, aku benar-benar mencintaimu, dari dulu sampai sekarang, perasaanku tetap sama, semoga suatu saat aku bisa memilikimu dan melepaskanmu dari jeratan suamimu yang tidak tahu diri itu."
Semua kata -kata itu hanya dapat Kenzo ucapkan dalam hati.
Kenzo mempererat pelukannya, saat suara tangis Alea kembali terdengar seolah ikut menyayat hatinya.
"Ken ... aku hanya ingin berpisah dengannya, seperti yang dia inginkan selama ini, tapi kenapa dia mempersulitku?"
"Dia tidak ingin bercerai denganku, karena dia bilang sudah mulai menyukaiku, apa dia sudah gila? dia pikir hatiku terbuat dari apa?" Alea kembali menangis.
"Rasanya aku ingin sekali mengutuknya jadi batu." Alea bersungut-sungut membuat Kenzo menahan tawanya.
"Tapi Ken ... setelah semua kesakitan yang dia berikan padaku, kenapa aku tidak bisa dengan mudah membencinya? aku ingin sekali membencinya, aku ingin sekali melenyapkannya dari hatiku, tapi kenapa rasanya sulit sekali aku lakukan?"
Kenzo masih terdiam membiarkan Alea mengeluarkan semua kemarahannya, kekecewaannya, sekaligus rasa cintanya pada seseorang yang selama ini selalu menyakitinya.
"Ken ... kenapa bukan kamu saja yang menjadi suamiku? seandainya saja kau yang menjadi suamiku, aku yakin kau tidak akan pernah menyakiti aku, karena aku tahu, orang baik sepertimu tidak akan pernah menyakiti gadis baik sepertiku." Alea menyunggingkan senyuman yang langsung menghipnotis Kenzo.
"Seandainya aku yang menjadi suamimu, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik, menjagamu, dan mencintaimu seumur hidupku. Karena kau pantas untuk bahagia Alea ...." Kenzo menatap wajah cantik Alea, kemudian kembali membenamkan wajah itu ke dada bidangnya dan memeluk Alea dengan erat.
"Tapi sayangnya, aku bukan suamimu Alea, meskipun dalam hatiku, aku sangat ingin ...."
"Sangat ingin menjadikanmu sebagai istriku." lanjut Kenzo dalam hati.
.
.
Jangan lupa like, koment, dan Votenya ya kakak²,biar semangat updatenya ...🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
ganti saja judulx..KATAKAN AKU BODOH MESKI BERIBU KALI KAU MENYAKITIKU AKU AKAN TETAP BERTAHAN.
2022-10-18
0
Lj19
kenapa cuma ngomong dlam hati sih bikin kesel aja
2022-09-19
0
Siti Aisyah
aaaah cemen ..berani ngomong nya cuma dlm hati..gentle dong klo kamu memang mencintai dia..bkn berarti kamu jd pebinor..ini nama nya misi penyelamatan..
2022-08-21
0