Part 4 Alea Sakit

Bian dan Amara beriringan menuruni tangga. Tadi malam Amara menginap dan tidur bersama Bian di kamar yang biasanya ditempati Alea dan Bian. Tapi semenjak Bian membawa Amara tidur di kamar itu, Alea tak pernah lagi tidur di sana, apalagi saat Amara sudah mengklaim kalau kamar itu adalah miliknya dan Bian.

Amara bahkan dengan tidak tahu diri memindahkan semua barang-barang milik Alea dari sana. Semua baju, alat kosmetik dan segala hal yang menyangkut Alea sudah dikeluarkan semua oleh Amara, tentu saja dengan persetujuan Bian yang jelas-jelas mendukungnya.

Mereka berdua menuruni tangga dengan bergandengan tangan. Mbok Sumi yang melihat mereka dari dapur menggelengkan kepalanya.

'Istri sendiri dibiarkan sakit, tapi perempuan lain digandeng mesra.'

Kata-kata itu hanya mampu diucapkan Mbok Sumi dalam hatinya saja, merasa prihatin dengan nasib yang menimpa majikannya.

"Padahal Non Alea jauh lebih cantik dan juga baik, kenapa Den Bian justru memilih perempuan seperti Non Amara?" Mbok Sumi masih menggelengkan kepalanya sambil menyiapkan makanan untuk majikannya yang sudah ia sajikan di meja makan.

"Mana Alea Mbok, tumben Mbok Sum yang siapin?" Bian menatap Mbok Sumi. Biasanya asisten rumah tangganya ini hanya membersihkan rumah tanpa ikut campur dengan urusan memasak, karena yang memasak biasanya Alea tanpa di bantu siapapun termasuk Mbok Sumi.

"Non Alea sakit, Den, tadi pagi Non Alea menelepon menyuruh saya masak." Mbok Sumi menundukkan kepalanya.

"Alea sakit? Perasaan semalam dia baik-baik saja, Mbok." Bian jadi ingat pertengkarannya dengan Alea semalam, ia melihat kedua tangannya sendiri saat mengingat kedua tangannya kembali menyakiti perempuan itu. Semalam karena emosi, Bian kembali menampar wajah Alea.

Bian menghembuskan napas panjang saat terbersit rasa bersalah di sudut hatinya.

"Palingan cuma akting, Bian. Karena semalam kau memarahinya." Amara menatap Bian dan menyeruput kopi buatan Mbok Sumi.

Bian mengangguk kemudian mengaduk-aduk nasi goreng, menu sarapan pagi yang dibuat oleh Mbok Sumi, kemudian menyuapkannya ke dalam mulut.

'Rasanya tak seenak buatan Alea. Padahal semalam aku sengaja meminta dia memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini, karena aku ingin sekali makan nasi goreng buatannya.' Bian berucap dalam hati.

"Mbok!" teriak Amara.

"Ada apa, Non?"

"Kok rasanya nggak kayak bikinan Alea sih, Mbok, nggak enak." Wajah Amara terlihat kesal kemudian menyingkirkan piring berisi nasi goreng yang baru ia cicipi satu suapan.

"Maaf Non, masakan saya memang nggak seenak masakan Non Alea." Mbok Sumi melihat ke arah Amara dengan perasaan bersalah.

"Besok-besok Mbok Sumi nggak usah masak, biar Alea saja yang masak!" perintah Amara dengan kesal.

"Iya Non, maafkan saya." Mbok Sumi menundukkan wajahnya.

"Ya udah, aku nggak jadi makan. Nanti aku makan di kantor saja." Amara beranjak dari kursinya.

"Ayo, Sayang ... kita cari sarapan di luar saja." Amara menarik tangan Bian dengan manja.

"Kamu tunggu di luar, aku mau ngambil tas kerjaku dulu."

Amara mengangguk kemudian menuju keluar rumah.

"Maafin sikap Amara ya, Mbok, jangan di ambil hati." Bian menepuk bahu Mbok Sumi, merasa tidak enak dengan perempuan itu.

Bian melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya yang bersebelahan dengan kamar tamu yang ditempati Alea.

"Biasanya semua udah disiapin sama Alea, aku tinggal berangkat saja ke kantor," gumam Bian saat dirinya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Saat Bian keluar dari ruang kerjanya, Bian melirik pintu kamar di sebelahnya. Bian masuk ke dalam kamar itu tanpa mengetuk pintu, ia ingin memastikan apa Alea benar-benar sakit atau hanya sekedar alasannya saja.

Bian sudah di dalam kamar Alea, ia melihat perempuan itu tertidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Bian mendekati Alea, menatap kedua mata Alea yang terpejam. Kedua mata itu terlihat membengkak, kedua pipinya memar dan sudut bibirnya pun membengkak.

Bian menarik napas panjang, menatap wajah Alea yang terlihat begitu menyedihkan.

Semalam, saking emosi, Bian menampar Alea dengan begitu keras hingga kedua pipinya terlihat memar.

"Dia pasti menangis semalaman." Bian menatap kedua mata Alea yang membengkak, kemudian meletakkan telapak tangannya di kening Alea. Bian terjengit kaget saat merasakan panas yang menyengat di kening Alea.

'Dia benar-benar sakit ternyata.'

Ia kembali menempelkan tangannya pada kening, pipi, dan leher Alea.

"Badannya panas sekali." Bian segera beranjak dari tempat tidur, kemudian melangkah meninggalkan kamar Alea.

"Mbok! Mbok Sumi ...!" Bian berteriak memanggil Mbok Sumi yang berada di dapur.

"Iya, Den. Ada apa?"

"Mbok Sumi cepat telepon Dokter Haris. Suruh dia ke sini secepatnya, Alea demam tinggi!" ucap Bian panik.

"Tapi, Den, Non Alea tidak mau diperiksa oleh dokter."

"Memangnya kenapa, Mbok?"

"I-i-itu, Den, Non Alea menolak di bawa ke dokter." Mbok Sumi menjawab dengan takut- takut.

"Kenapa dia tidak mau di bawa ke dokter?"

"Saya nggak tahu, Den." Mbok Sumi pura-pura tidak mengetahui alasan Alea tidak mau diajak ke dokter. Padahal, Mbok Sumi tahu persis, kenapa Alea tidak mau berobat. Majikannya itu ingin menutupi aib suaminya.

"Ya, sudah. Biar nanti aku saja yang telepon dokter ke sini," ucap Bian akhirnya.

"Jangan dulu, Den, sebaiknya Den Bian tanya dulu sama Non Alea."

"Aku tidak perlu persetujuan dia Mbok," ucap Bian keras kepala.

"Tapi, Den .... "

Bian sudah melangkahkan kakinya meninggalkan Mbok Sumi, ia kembali masuk ke kamar Alea. Saat Bian masuk, Alea sudah membuka matanya. Wajahnya terlihat pucat.

"Kenapa kau tidak mau ke dokter?" Bian menatap Alea dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa kau sengaja? Biar aku bersimpati padamu?" lanjut Bian.

Alea memalingkan wajahnya.Tak ingin melihat wajah pria yang berulangkali menyakitinya itu.

"Aku akan menelepon Dokter Haris, biar dia ke sini secepatnya." Bian mengambil ponsel dari dalam saku bajunya. Ingin menelepon dokter pribadinya.

"Kau ingin Dokter Haris melihat keadaanku?" Alea berucap dengan bibir bergetar.

"Kau demam, Alea. Kau harus berobat."

"Apa kau ingin Dokter Haris tahu, kalau kau sudah melakukan KDRT padaku?" Tubuh Alea menggigil, kepalanya terasa berat, dan badannya terasa panas. Mungkin ini efek dari menangis sambil berendam di bak mandi semalam.

Bian langsung mematikan panggilan teleponnya. Ia menatap Alea yang langsung memalingkan wajahnya.

'Kenapa aku tidak berpikir sampai kesitu?'

Alea menatap Bian yang langsung mematikan ponselnya.

"Bagaimana? Apa sekarang kau masih ingin memaksaku ke dokter?" Alea berkata dengan nada mencibir.

"Aku bisa saja pergi ke dokter dari pagi, tanpa kau suruh, tetapi aku memikirkanmu. Coba bayangkan, seandainya aku datang ke rumah sakit dalam keadaan lebam di seluruh wajahku, atau seandainya kau menyuruh Dokter Haris kesini, apa kira-kira tanggapan mereka melihat luka-luka lebam di wajahku?" Alea berucap tanpa memandang Bian sama sekali.

Bian melangkahkan kakinya mendekati Alea, ia ingin kembali menempelkan tangannya di kening Alea. Namun, belum sempat ia memegang kening Alea, ucapan yang keluar dari mulut Alea membuat ia menggantungkan tangannya.

"Tidak usah sok peduli padaku!" Alea menepis tangan Bian kasar, sambil menatap Bian.

"Sayang ...! " Terdengar suara teriakan Amara memanggil Bian. Namun, Bian masih belum beranjak. Ia masih menatap Alea yang terlihat berbeda. Tatapan mata Alea yang biasanya memelas, memuja, dan menghiba, kini terlihat dingin, hingga membuatnya terpaku untuk beberapa detik.

"Bian ...! Ayo cepat, Sayang, nanti kita terlambat." Kembali terdengar teriakan Amara dari luar.

"Aku akan menyuruh Mbok Sumi untuk membelikanmu obat." Bian kemudian beranjak keluar kamar meninggalkan Alea. Ia bergegas menuju mobil, di mana sang pujaan hati sedang menunggunya. Namun, sebelum pergi, Bian menyuruh Mbok Sumi untuk menjaga Alea dan membelikannya obat.

Sepeninggal Bian, Mbok Sumi masuk ke kamar Alea dengan membawa sarapan dan wadah berisi air juga handuk untuk mengompres Alea.

"Makan dulu, Non, setelah makan, baru minum obatnya." Mbok Sumi membantu Alea duduk bersandar di kepala ranjang. Mbok Sumi menangis melihat keadaan majikannya itu.

"Kenapa Mbok Sum menangis?"

"Saya nggak tega melihat Non Alea di siksa terus seperti ini, Non. Saya ikut sakit rasanya." Mbok Sumi kemudian memeluk Alea.

"Non Alea masih muda, cantik, juga baik. Non Alea harus bangkit, Non. Non Alea juga berhak bahagia."

"Kita ke dokter ya, Non, luka-luka Non Alea harus segera diobati."

"Tapi, Mbok?"

"Nanti kita suruh dokter merahasiakannya, atau nggak, sekalian saja Non Alea melakukan visum, buat jaga-jaga."

"Apa maksud, Mbok Sum?"

"Buat jaga-jaga seandainya suatu saat nanti, Non Alea ingin terlepas dari Den Bian." Mbok Sumi menatap wajah Alea dengan linangan air mata.

Bayangan wajah anaknya yang sedang tersenyum terlintas.

'Ibu tidak akan membiarkan orang lain mempunyai nasib yang sama seperti kamu, Anakku.'

Melihat Alea, Mbok Sumi jadi teringat anaknya yang meninggal bunuh diri, karena sering disiksa suaminya yang menikah lagi dengan perempuan lain.

.

.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa like, koment, dan votenya, ya Kakak-kakak 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Siti Aisyah

Siti Aisyah

aku jd sedih melihat keadaan alea..gemws banget sama si bian dan cecinguk binal nya

2022-08-21

0

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Ngemes lihat wanita bodoh

2022-07-03

0

Umi Abi

Umi Abi

harus bangkit

2022-03-24

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Memohon Padamu
2 Part 2 Kembali Menyakiti
3 Part 3 Tangis Alea
4 Part 4 Alea Sakit
5 Part 5 Mencoba Melepaskan
6 Part 6 Aku Membencimu ...
7 Part 7 Nasihat Mbok Sumi
8 Part 8 Karena Aku Tidak Ingin Melihatmu!
9 Part 9 Bersikap Dingin
10 Part 10 Sepasang Anjing Yang Bercinta Di Jalanan
11 Part 11 Ayo Kita Bercerai
12 Part 12 Kehilangan Kesucian
13 Part 13 Aku Ingin Berpisah Denganmu
14 Part 14 Teruslah Memohon
15 Part 15 Sudah Tidak Kuat
16 Part 16 Kenapa Mencintaimu Harus Sesakit Ini?
17 Part 17 Menjilat Ludah Sendiri
18 Part 18 Kau Benar-Benar Bajingan
19 Part 19 Aku Mohon, Ceraikan Aku Bian.
20 Part 20 Kenapa Bukan Kamu Saja Yang Menjadi Suamiku?
21 Part 21 Maaf!
22 Part 22 Amarah Bian
23 Part 23 Cemburu
24 Part 24 Aku Ingin Sekali Terlepas Darinya
25 Part 25 Sahabat sejati
26 Part 26 Bertemu Bian
27 Part 27 Ciuman
28 Part 28 Satu Kesempatan Lagi
29 Part 29 Kebohongan Amara
30 Part 30 Perasaan Kenzo
31 Part 31 Kau Sudah Berubah Alea
32 Part 32 Tragedi Di Pagi Hari
33 Part 33 Keguguran
34 Part 34 Semua Sudah Terlambat
35 Part 35 Kesempatan terakhir
36 Part 36 Kau Pembunuh!
37 Part 37 Kau Pembunuh!
38 Part 38 Mencari Alea
39 Part 39 Senyum Alea
40 Part 40 Aku Mencintaimu
41 Part 41 Aku Tidak Ingin Bertemu Bian
42 Part 42 Kembali Ke Rumah Sakit
43 Part 43 Kau Akan Menyesal Karena Tidak Mempercayaiku
44 Mencintai Diam-diam
45 Part 45 Kedatangan Keluarga
46 Part 46 Surat Cerai
47 Part 47 Rahasia Yang Terbongkar
48 Part 48 penyesalan
49 Part 49 Tanda Tangani Surat Cerai
50 Part 50 Sangat Mencintaimu
51 Part 51 Amarah Bian
52 Part 52 Di usir Bian
53 Part 53 Menyesal
54 Part 54 Aku Hanya Ingin Bahagia
55 Part 55 Penyesalan
56 Part 56 Kedatangan Orang Tua Kenzo
57 Part 57 Kecelakaan
58 Part 58 Penyesalan Andre
59 Part 59 Histeris
60 Part 60 Sungguh-Sungguh Mencintaimu
61 Part 61 Ingin Bertemu Amara
62 Part 62 Bian dan Andre
63 Part 63 Ciuman
64 Part 64 Bertemu Keluarga
65 Part 65 Perasaan Kenzo
66 Part 66 Seandainya ...
67 Part 67 Amarah Kenzo
68 Part 68 Lupakan Dia
69 Part 69 Lisa
70 Part 70 Selamat Tinggal Masa Lalu
71 Part 71 Sangat Bahagia
72 Part 72 Bertemu Bian
73 Part 73 Hanya Tinggal Menunggu Waktu
74 Part 74 Rahasia Yang Tersimpan
75 Part 75 Membuang Semua Kenangan
76 Part 76 Aku Mencintaimu
77 Part 77 Aku Juga Mencintaimu
78 Part 78 Penolakan Bian
79 Part 79 Bertemu Alea
80 Part 80 Memohon padamu
81 Part 81 Aku Tidak Akan Menyerah
82 Part 82 Kemesraan Alea dan Kenzo
83 Part 83 Mengusir Lisa
84 Part 84 Restu Orang Tua Alea
85 Part 85 Semakin Terluka
86 Part 86 Bian vs Kenzo
87 Part 87 Kedatangan Marsha
88 Part 88 Salah Paham
89 Part 89 Menagih Janji
90 Part 90 Rencana Jahat
91 Part 91 Kemarahan Marsha
92 Part 92 Menyingkirkan Alea
93 Part 93 Menyingkirkan Alea
94 Part 94 Hanya Ingin Memelukmu Saja
95 Part 95 Bian Aditama
96 Part 96 Tertangkap
97 Part 97 Izinkan Aku Memelukmu Sebentar Saja
98 Part 98 Kau Tidak Boleh Mati, Bian ....
99 Part 99 Selagi Hatimu masih Milikku ....
100 Part 100 Terima kasih
101 Part 101 Maafkan Aku ...
102 Part 102 Kepergian Bian
103 Part 103 Kepergian Bian
104 Part 104 Hukuman Untuk Lisa
105 Part 105 Cemburu
106 Part 106 Kabar Tentang Bian
107 Part 107 Selamat Tinggal
108 Part 108 Obsesi Marsha
109 Part 109 Aku Merindukanmu
110 Part 110 Sekretaris Baru
111 Part 111 Kemarahan Kenzo
112 Part 112 Siapa Pria Itu?
113 Part 113 Pesan Palsu
114 Part 114 Jebakan
115 Part 115 Jebakan 2
116 Part 116 Sakit Hati
117 Part 117 Mencoba Menjelaskan
118 Part 118 Kita Harus Bicara
119 Part 119 Menangkap Bella
120 Part 120 Jangan Menyentuhku
121 Part 121 Syarat
122 Part 122 Menikah Denganku
123 Part 123 Menikah Denganku
124 Part 124 Menuruti Syarat Bella
125 Part 125 Menjauh
126 Part 126 Kartu Undangan
127 Part 127 Kartu Undangan
128 Part 128 Bertemu Alea
129 Part 129 Hari Pernikahan
130 Part 130 Ijab Kabul
131 Part 131 Game Over
132 Part 132 Pernikahan Impian
133 Part 133 Resepsi Pernikahan
134 Part 134 Akhir Bahagia
135 Bonchap 1 Mangga muda
136 Infoo ....
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Part 1 Memohon Padamu
2
Part 2 Kembali Menyakiti
3
Part 3 Tangis Alea
4
Part 4 Alea Sakit
5
Part 5 Mencoba Melepaskan
6
Part 6 Aku Membencimu ...
7
Part 7 Nasihat Mbok Sumi
8
Part 8 Karena Aku Tidak Ingin Melihatmu!
9
Part 9 Bersikap Dingin
10
Part 10 Sepasang Anjing Yang Bercinta Di Jalanan
11
Part 11 Ayo Kita Bercerai
12
Part 12 Kehilangan Kesucian
13
Part 13 Aku Ingin Berpisah Denganmu
14
Part 14 Teruslah Memohon
15
Part 15 Sudah Tidak Kuat
16
Part 16 Kenapa Mencintaimu Harus Sesakit Ini?
17
Part 17 Menjilat Ludah Sendiri
18
Part 18 Kau Benar-Benar Bajingan
19
Part 19 Aku Mohon, Ceraikan Aku Bian.
20
Part 20 Kenapa Bukan Kamu Saja Yang Menjadi Suamiku?
21
Part 21 Maaf!
22
Part 22 Amarah Bian
23
Part 23 Cemburu
24
Part 24 Aku Ingin Sekali Terlepas Darinya
25
Part 25 Sahabat sejati
26
Part 26 Bertemu Bian
27
Part 27 Ciuman
28
Part 28 Satu Kesempatan Lagi
29
Part 29 Kebohongan Amara
30
Part 30 Perasaan Kenzo
31
Part 31 Kau Sudah Berubah Alea
32
Part 32 Tragedi Di Pagi Hari
33
Part 33 Keguguran
34
Part 34 Semua Sudah Terlambat
35
Part 35 Kesempatan terakhir
36
Part 36 Kau Pembunuh!
37
Part 37 Kau Pembunuh!
38
Part 38 Mencari Alea
39
Part 39 Senyum Alea
40
Part 40 Aku Mencintaimu
41
Part 41 Aku Tidak Ingin Bertemu Bian
42
Part 42 Kembali Ke Rumah Sakit
43
Part 43 Kau Akan Menyesal Karena Tidak Mempercayaiku
44
Mencintai Diam-diam
45
Part 45 Kedatangan Keluarga
46
Part 46 Surat Cerai
47
Part 47 Rahasia Yang Terbongkar
48
Part 48 penyesalan
49
Part 49 Tanda Tangani Surat Cerai
50
Part 50 Sangat Mencintaimu
51
Part 51 Amarah Bian
52
Part 52 Di usir Bian
53
Part 53 Menyesal
54
Part 54 Aku Hanya Ingin Bahagia
55
Part 55 Penyesalan
56
Part 56 Kedatangan Orang Tua Kenzo
57
Part 57 Kecelakaan
58
Part 58 Penyesalan Andre
59
Part 59 Histeris
60
Part 60 Sungguh-Sungguh Mencintaimu
61
Part 61 Ingin Bertemu Amara
62
Part 62 Bian dan Andre
63
Part 63 Ciuman
64
Part 64 Bertemu Keluarga
65
Part 65 Perasaan Kenzo
66
Part 66 Seandainya ...
67
Part 67 Amarah Kenzo
68
Part 68 Lupakan Dia
69
Part 69 Lisa
70
Part 70 Selamat Tinggal Masa Lalu
71
Part 71 Sangat Bahagia
72
Part 72 Bertemu Bian
73
Part 73 Hanya Tinggal Menunggu Waktu
74
Part 74 Rahasia Yang Tersimpan
75
Part 75 Membuang Semua Kenangan
76
Part 76 Aku Mencintaimu
77
Part 77 Aku Juga Mencintaimu
78
Part 78 Penolakan Bian
79
Part 79 Bertemu Alea
80
Part 80 Memohon padamu
81
Part 81 Aku Tidak Akan Menyerah
82
Part 82 Kemesraan Alea dan Kenzo
83
Part 83 Mengusir Lisa
84
Part 84 Restu Orang Tua Alea
85
Part 85 Semakin Terluka
86
Part 86 Bian vs Kenzo
87
Part 87 Kedatangan Marsha
88
Part 88 Salah Paham
89
Part 89 Menagih Janji
90
Part 90 Rencana Jahat
91
Part 91 Kemarahan Marsha
92
Part 92 Menyingkirkan Alea
93
Part 93 Menyingkirkan Alea
94
Part 94 Hanya Ingin Memelukmu Saja
95
Part 95 Bian Aditama
96
Part 96 Tertangkap
97
Part 97 Izinkan Aku Memelukmu Sebentar Saja
98
Part 98 Kau Tidak Boleh Mati, Bian ....
99
Part 99 Selagi Hatimu masih Milikku ....
100
Part 100 Terima kasih
101
Part 101 Maafkan Aku ...
102
Part 102 Kepergian Bian
103
Part 103 Kepergian Bian
104
Part 104 Hukuman Untuk Lisa
105
Part 105 Cemburu
106
Part 106 Kabar Tentang Bian
107
Part 107 Selamat Tinggal
108
Part 108 Obsesi Marsha
109
Part 109 Aku Merindukanmu
110
Part 110 Sekretaris Baru
111
Part 111 Kemarahan Kenzo
112
Part 112 Siapa Pria Itu?
113
Part 113 Pesan Palsu
114
Part 114 Jebakan
115
Part 115 Jebakan 2
116
Part 116 Sakit Hati
117
Part 117 Mencoba Menjelaskan
118
Part 118 Kita Harus Bicara
119
Part 119 Menangkap Bella
120
Part 120 Jangan Menyentuhku
121
Part 121 Syarat
122
Part 122 Menikah Denganku
123
Part 123 Menikah Denganku
124
Part 124 Menuruti Syarat Bella
125
Part 125 Menjauh
126
Part 126 Kartu Undangan
127
Part 127 Kartu Undangan
128
Part 128 Bertemu Alea
129
Part 129 Hari Pernikahan
130
Part 130 Ijab Kabul
131
Part 131 Game Over
132
Part 132 Pernikahan Impian
133
Part 133 Resepsi Pernikahan
134
Part 134 Akhir Bahagia
135
Bonchap 1 Mangga muda
136
Infoo ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!