Alea dan Mbok Sumi baru saja sampai rumah.Setelah mendapatkan nasihat dari Mbok Sumi, akhirnya Alea menurut untuk pergi ke rumah sakit. Alea juga menuruti apa yang di katakan Mbok Sumi padanya, yaitu melakukan visum.
Alea sudah sampai di tempat tidur, ia merebahkan tubuhnya di bantu oleh Mbok Sumi.
"Sebentar ya Non, saya ambil minum dan makan dulu, biar Non Alea langsung minum obat."
"Iya Mbok .... "
Alea memijit-mijit keningnya yang terasa berdenyut sakit. Seluruh bagian wajahnya yang bengkak pun terasa sakit saat di gerakkan.
Alea memejamkan matanya, mencoba menahan laju air mata yang selalu saja mengalir dengan sendirinya.
"Aku sudah memutuskan untuk tidak menangis lagi, tapi kenapa air mata ini tak mau berhenti." Alea langsung menghapus air matanya.
Mbok Sumi masuk dengan nampan berisi makanan dan juga minuman. Ia meletakkan nampan di atas nakas kemudian mengambil piring berisi nasi dan sayuran.
Mbok Sumi menyuapi Alea dengan telaten.
"Maaf, aku jadi ngerepotin Mbok Sumi."
"Non Alea ini ngomong apa, saya asisten rumah tangga di rumah ini, jadi wajar kalau saya mengurus Non Alea."
Alea tersenyum samar.
"Terima kasih Mbok .... "
Setelah selesai makan, Alea meminum obat yang di berikan Dokter padanya.
"Mbok, obat lukanya mana?" Mbok Sumi memberikan obat pada Alea.
"Biar saya aja yang obatin luka Non Alea." Mbok Sumi mengambil obat oles yang di pegang Alea, kemudian mengoleskan obat itu pada luka lebam Alea.
"Non Alea istirahat dulu ya Non, jangan memikirkan yang macam-macam. Inget nasihat saya Non, Non Alea harus bangkit, harus kuat. Biarkan saja mereka berdua melakukan apa, yang penting Non Alea tetap melayani Den Bian dengan baik. Karena bagaimanapun Den Bian masih suami Non Alea." Jelas Mbok Sumi panjang lebar.
"Iya Mbok, makasih udah ngasih semangat untukku." Alea tersenyum haru
"Sama-sama Non."
"Langsung tidur ya Non, biar Non Alea cepat pulih." Alea mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.
Mbok Sumi keluar dari kamar kemudian menutup pintu dengan pelan.
*****
Bian melangkahkan kakinya dengan tergesa saat dia baru saja sampai di rumahnya. Mbok Sumi yang melihat kedatangan majikannya langsung menghampiri Bian dan membawakan tas kerja Bian.
Biasanya Alea yang menyambut kedatangannya saat ia pulang kantor dan membawakan tas kerjanya dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Letakkan di ruang kerja ya Mbok." ucap Bian membuat Mbok Sumi mengangguk paham.
"Gimana keadaan Alea Mbok?apa dia sudah minum obat?" Mbok Sumi menghentikan langkahnya menjawab pertanyaan Bian
"Non Alea sudah minum obat Den, sekarang dia lagi istirahat."
Bian mengangguk kemudian ia membuka pintu kamar yang di tempati Alea.
Alea langsung menutup kembali kedua matanya saat terdengar bunyi pintu di buka. Ia bahkan sengaja memiringkan badannya.
Bian melangkah mendekati Alea, ia duduk di tepi ranjang. Bian menyentuh kening Alea, ia tersenyum samar saat mengetahui tubuh Alea tidak sepanas tadi pagi.
"Syukurlah, demamnya sudah turun." ucap Bian dalam hati. Ia memandangi Alea yang tertidur miring membelakanginya.
Ia kemudian mengusap sebelah pipi Alea yang masih terlihat membengkak karena perbuatannya.
"Seandainya kau lebih menurut, aku pasti tidak akan melakukan hal sekasar ini padamu." gumam Bian yang masih dapat didengar oleh Alea.
Bian kemudian beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamar itu.
Alea membuka matanya, mencerna perkataan Bian yang di dengarnya.
"Menurut? memangnya aku kurang menurut apa lagi?" ucap Alea lirih menahan sesak yang tiba-tiba memenuhi rongga dadanya.
"Kamu tidak boleh menangis Alea, tidak boleh!" Alea menyemangati dirinya sendiri saat buliran bening itu kembali mengalir dengan sendirinya.
Mungkin karena luka yang Alea rasakan terlalu dalam sehingga ia gampang sekali menangis.
*****
Pagi harinya Alea dan Mbok Sumi sudah sibuk berkutat di dapur. Alea memaksakan diri untuk memasak meski kondisi tubuhnya belum begitu pulih.
Bian yang baru saja turun dari tangga menatap ke arah Alea dengan heran.
"Memangnya kau sudah sembuh?"
Alea menganggukkan kepalanya.
"Kekasihmu tidak turun?aku memasak makanan kesukaannya." ucap Alea dengan wajah datar
"Amara tidak menginap, dia sedang ada kerjaan di luar kota."
"Oh, kirain dia menginap. Maaf, seharusnya aku tadi menyiapkan baju kerjamu." Alea meletakkan piring di depan Bian
"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri."
"Kau benar-benar sudah tidak apa-apa? wajahmu terlihat pucat." Bian terlihat khawatir.
"Lumayan baik." Alea mendudukkan bokongnya di kursi setelah ia selesai menuangkan nasi beserta lauk pauknya di atas piring Bian, hal yang sama sekali tak pernah dilakukan oleh Amara.
"Makanlah! nanti kau telat pergi ke kantor." ucap Alea saat ia melihat Bian justru memandangi dirinya dan mengaduk-aduk makanannya.
"Atau kamu nggak suka makanannya? biar aku masak yang lain." ucap Alea masih dengan nada datar, tidak seperti biasanya. Biasanya ia memberikan senyum terbaiknya pada Bian dan mencoba menarik perhatiannya.
"Tidak usah, aku makan ini saja." sahut Bian kembali menatap Alea, namun Alea segera menurunkan pandangannya.
Selesai sarapan, Alea langsung menuju ruang kerja Bian untuk mengambil tas kerjanya.
Seperti biasanya, Alea mencium punggung tangan Bian saat Bian akan berangkat ke kantor, meski ada Amara sekalipun, Alea tetap menjalankan tugasnya sebagai istri. Hanya saja terkadang sikap Amara menyulut emosinya hingga membuatnya bertengkar dengan Bian.
"Aku berangkat."ucap Bian, kata-kata yang tak pernah Bian ucapkan pada Alea selama ini. Biasanya Bian langsung masuk ke dalam mobil setelah Alea mencium tangannya.
"Hmm .... " Alea hanya menjawab dengan gumaman, kemudian dia berlalu masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Bian masuk ke dalam mobilnya seperti yang biasa ia lakukan.
Bian sejenak terpaku menatap punggung Alea.
"Ada apa dengannya?" Bian menggelengkan kepalanya kemudian masuk ke dalam mobil.
Alea kembali merebahkan tubuhnya yang masih terasa lemas, kepalanya juga masih terasa berat.
Mbok Sumi masuk ke kamar Alea sambil membawa segelas minuman di tangannya.
"Non Alea minum dulu obatnya, biar nggak pusing lagi."
Mbok Sumi membantu Alea bangun.
"Tadi sudah saya bilang, biar saya saja yang memasak tapi Non Alea memaksa." Mbok Sumi mengambil obat kemudian memberikannya pada Alea.
Alea meminum beberapa butir obat yang di berikan Mbok Sumi.
"Tidur lagi Non, inget, Non Alea nggak boleh stres, terus semangat Non! perjuangan Non Alea masih panjang." Alea tersenyum mendengar ucapan Mbok Sumi
"Mbok ... jika suatu saat aku ingin melepas Bian, apa aku akan baik-baik saja Mbok?" Alea menatap Mbok Sumi dengan mata berkaca-kaca.
"Jika itu memang yang terbaik buat Non Alea, saya yakin Non Alea pasti akan baik-baik saja." Mbok Sumi memeluk majikannya itu.
"Bukankah Non Alea bilang, sebelum menikah dengan Den Bian Non Alea juga sudah mencintainya?" Alea mengangguk
"Tapi Non Alea saat itu baik-baik saja bukan? meski Non Alea tidak bisa bersama Den Bian?" Alea kembali mengangguk dalam pelukan Mbok Sumi
"Kalau begitu, saya yakin Non Alea juga pasti akan baik-baik saja meski Non Alea tidak bersama Den Bian lagi." Mbok Sumi melepaskan pelukannya
"Daripada bertahan tapi menderita, lebih baik mencoba melepaskan dan memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk bahagia. Non Alea masih muda, masih banyak lelaki baik di luaran sana yang pasti akan mencintai Non Alea dengan tulus, saya sangat yakin itu Non ...." Mbok Sumi kembali memeluk Alea sambil menitikkan air matanya. Merasa prihatin dengan apa yang dialami majikannya itu. Umur Alea bahkan masih dua puluh dua tahun, umur yang masih terlalu muda untuk merasakan pahitnya berumah tangga.
"Non Alea harus bangkit, terus semangat. Kalau memang harus melepaskan, lepaskanlah! Non Alea juga berhak bahagia." Alea mengeratkan pelukannya pada Mbok Sumi.
"Mungkin benar, aku harus mencoba melepaskanmu dari hatiku Bian, agar rasa sakitku sedikit berkurang. Mungkin semua memang salahku, karena sudah hadir di tengah hubungan kalian berdua, tapi seandainya saat itu kau tak memberi harapan dengan menikahiku, mungkin aku juga tidak akan pernah berharap sebesar ini padamu." Alea memejamkan matanya yang kembali basah oleh air mata sambil mempererat pelukannya pada Mbok Sumi.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa like n koment dsn Votenya ya🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Siti Aisyah
edukasi.ini utk semua wanita...klo sdh tak kuat jgn dipertahan kan dan kita berhak utk membahagia kan diri kita sendiri..jgn terbelenggu..lepaskan saja
2022-08-21
1
Erni Kusumawati
Betul yg dikatakan mbok Sumi Alea..lepaskanlah Bian dr pd ttp mempertahankan tp menyakiti diri sendiri
2022-05-26
0
Jumiati Jumi
gitu baru perempuan pinter...jangan oon lagi...tunjukan perempuan itu ngk lemah...
2022-05-19
0