Davina duduk berhadapan dengan Nindy. Sesekali ia menyesap kopi yang ia buat tadi. Sejenak hening, seolah mereka tenggelam dengan fikiran masing-masing.
"Saya harus panggil apa yah biar kita bisa akrab?" Kata Nindy memecah keheningan, sorot matanya lekat menatap wajah manis Davina yang tanpa polesan mencolok. Sesekali ia memainkan ponselnya seolah sedang menjawab chat dari seseorang entah dengan siapa, nampak dari mimik mukanya yang berubah-berubah seolah sedang memikirkan sesuatu.
Sebenarnya Davina enggan harus berlama-lama di ruangan itu, mengingat pekerjaannya yang masih menumpuk.
"Nona boleh panggil saya Vina saja, oh iya mohon maaf sepertinya saya gak bisa lama-lama disini, soalnya belum waktunya istirahat. Jadi bila nona ada perlu, lebih baik kita ketemu lagi ketika istirahat nanti." Sambil tersenyum, Davina berdiri hendak meninggalkan ruangan.
"Baiklah kalau begitu, ini nomer ponsel saya. Lain kali kita ketemu lagi ya!" Seraya memberikan sebuah kartu nama bertuliskan nama dan nomer ponselnya, Davina pun meraihnya sambil tersenyum ramah, seraya sedikit menganggukan kepala, dan berlalu meninggalkan perempuan itu.
‐--------000---------
"Pak!.... Pak!"...
Panggil Davina sambil berlari kecil menghampiri Pak Jo yang terhenti langkahnya setelah mendengar namanya dipanggil.
"Iya, ada apa?" Tanyanya sambil manatap Davina.
"Maaf pak, ini soal agenda kerja yang pak Radith minta. Kenapa beliau harus meminta dibuatkan jadwal baru sementara agenda tiga hari kedepan yang baru saja dibuat, belum ia jalani?
Sesaat ia menghentikan kalimatnya sambil menatap lekat pak Jo, berharap ada sedikit jawaban dari pertanyaan sulit diluar kapasitas otaknya yang terbatas.
"Apalagi saya lihat, jika benar sampai agenda itu saya buat dalam waktu dekat ini, akan ada beberapa pertemuan dengan beberapa klien perusahaan besar dan perusahaan asing yang harus beliau pimpin sendiri, yang pastinya akan banyak menyita waktu istirahatnya. Gak kebayang gimana repot dan capeknya dia nanti pak, heee!"
Lanjutnya Sambil cengar-cengir Davina mencoba curhat kepada lelaki tampan yang diam-diam ia kagumi. Karena sejujurnya, jika memang agenda barunya pak bos sampai ada, imbasnya akan terjadi padanya juga. Ia pasti akan kerepotan sendiri.
Terbayang ia akan menghadapi hari-hari sulit selama dinas luar berdua saja dengan sang bos, tanpa pak Jo yang selama ini selalu membantunya.
Dan jika ada pilihan, ia akan lebih memilih jadi supirnya saja tanpa embel-embel menjadi asisten pribadi yang baginya sangat berat menyandang gelar itu walaupun untuk sebagian orang diluaran sana status gelar ASISTEN PRIBADI itu sangat keren didengar dan didambakan banyak orang.
"Bukankah kamu sudah tahu jawabannya, kenapa harus tanya lagi padaku?" Pak Jo balik tanya tanpa perasaan iba sedikitpun melihat raut wajah Davina yang sudah seperti kain pel habis dipakai.
"Bapak Radithya sedang tidak memerlukan saya dalam proyek ini, dan kamu yang telah ditunjuk untuk mendampinginya, jadi semestinya kamu bangga telah menjadi kepercayaannya untuk mendampinginya selama proyek itu berlangsung. Jadi selamat yah, semoga semua bisa lancar dan berjalan sebagaimana mestinya"
ucapnya tandas diiringi seulas senyum manis khasnya. Namun kali ini, senyumannya tidak semanis gula lagi bagi Davina. Yang ada bagaikan bermakna ejekan yang tidak membuat Davina bangga sama sekali, ia hanya diam dan tak berselera untuk menanggapi ungkapan pujian yang dilontarkan Pak Jo padanya.
"Ok Vin, saya pergi dulu ya karena masih ada yang harus saya kerjakan. Semoga harimu menyenangkan!" Tandas mengakhiri kalimatnya.
Lagi-lagi Davina tak menanggapinya, kali ini dan untuk yang pertama kalinya kalimat..... "menyebalkan!" keluar dari bibir mungilnya.
-------000---------
Kau yang selalu kupuja-pujaaaaaa.... namamu terlukis indaaaaaah... 5x
Terdengar dering ponsel Davina berulang-ulang. Namun Davina tetap tak bergeming, ia larut dalam lamunannya. Sampai satu tepukan di bahunya telah mengagetkannya.
"Neng, itu ponselnya berdering dari tadi!" Kata bi Icih sang pemilik warteg.
Sontak Davina meraih ponselnya yang sedari tadi berdering di hadapannya.
"Assalamualaikum, dengan siapa ini?" Jawab Davina. Panggilan telpon yang hanya tertera nomernya saja membuat penasaran Davina.
"Waalaikumsallam, ini saya Vin, Nindy!" Sejenak Davina tertegun, ia sedikit kaget karena Nindy bisa mengetahui nomer ponselnya padahal ia belum memberitahunya.
"Iya, ada apa ya?" Kata Davina balik nanya.
"Nanti sore sepulang kamu kerja kita bisa ketemu gak?" Tanyanya berharap.
Davina termenung sejenak memikirkan jawaban yang tepat, karena sejujurnya semenjak ia terikat kontrak kerja dengan sang bos, ia tidak bisa sebebas dulu untuk bisa bertemu dengan siapapun ataupun keluar rumah sekalipun itu diluar jam kerja tanpa seizin bosnya.
Sungguh peraturan tak masuk akal, namun Davina tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Yang ada dalam benaknya saat ini adalah uang.. uang..uang dan uang serta bisa memberikan kehidupan yang lebih baik lagi bagi kedua orang yang sangat ia sayangi... ibu dan adiknya, walaupun itu semua harus ditebus dengan kebebasannya menikmati masa mudanya.
"Nanti saya hubungi ya, maaf saat ini saya belum bisa kasih jawaban bisa atau tidaknya. Saya harus lihat jadwal bos saya dulu. Sekali lagi saya mohon maaf. Assalamualaikum!". Pungkasnya sopan.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Akun Baru16
pak jo kayanya orangnya ganteng2 imut deh.. bikin jadi jatuh cinta jg dong sama sekali davina biar s Radith tambah baper dn cmburu. seru pastinya.. hihihi
2021-10-26
0
Fransiska Sinaga
penasaran kelnjtannya
author update lgi crta nya
2021-09-22
2